Kamis, 21 April 2016

Kampung Dalam Dilanda banjir

Kampung Dalam Dilanda banjir

Kampung Dalam--Wakil Bupati Padang Pariaman, Drs. H. Ali Mukhni melihat kebutuhan tentang normalisasi sungai Batang Kalu dan Batang Nareh saat ini sudah sangat mendesak dilakukan, mengingat banjir yang terjadi sering membuat musnahnya lahan pertanian serta pemukiman masyarakat yang tinggal di Nagari Campago, Kecamatan V Koto Kampung Dalam dan sebagian korong yang ada dalam Kenagarian Kudu Gantiang Kecamatan V Koto Timur.
    Kepada Singgalang, Jumat (23/4) malam saat meninjau masyarakat disejumlah korong, yang ada di Campago tersebut, yang terkena banjir malam itu, Ali Mukhi yang juga calon bupati lima tahun mendatang ini sangat merasakan betul, betapa malam itu masyarakat banyak yang merasakan kesulitan untuk mengungsi. "Mau tidak mau mereka harus keluar untuk sementara dari tempat tinggal. Namun, tempat penampungan, selain masjid dan surau juga tidak banyak di kampung itu. Belum lagi persoalan perut, yang mesti diantisipasi dalam keadaan darurat saat itu," kata Ali Mukhni yang didampingi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Joni Rinaldi, Walinagari Campago, Fabet Effendi, Walinagari Kudu Gantiang, Syafnil Oyon serta sejumlah tokoh masyarakat kampung itu.
    Menurut Ali Mukhni, Pemkab bersama DPRD segera membicarakan hal ini, demi masa depan kampung, yang banjir kali ini sungguh luar biasa. "Sejak 60 tahun terakhir baru kali inilah banjir yang sangat mengkhawatirkan. Kita ingin DPRD segera memparipurnakan dana yang akan dialokasikan untuk normalisasi tersebut. Sebab, persoalan yang melanda Nagari campago ini, sudah sering terjadi. Banjir yang mengakibatkan terputusnya sebuah rajang dikamgpung itu tidak saja diakibatkan meluabnya kedua sungai tersebut. Namun, nagari yang dikelilingi banyak bukit itu juga mulai digunduli, sehingga air yang tidak tahu sumbernya, juga datang saat banjir tiba," ujar Ali Mukhni.
    Akibat banjir yang datang secara mendadak itu, juga membuat puluhan petani yang tengah memanen padinya merasa kehilangan. "Sore itu, usai malambuik padi, tiba-tiba hujan, lalu para petani itu menutup padi yang baru dituwai dengan plastik. Nyatanya, hujan tidak sekedar hujan biasa, namun sekaligus membawa air bah yang cukup hebat. Akibatnya, seluruh padi tersebut hanyut seketika. Para petani tidak tahu lagi, apa yang harus mereka perbuat, lantaran padi buat makan kesehariannya ludes semuanya," ujar Walinagari Campago Fabet Effendi.
    Menurut Fabet, banjir dikampung ini selalu menjadi pembicaraan yang belum ada solusi terbaik. "Kita berharap perhatian dari Pemkab, agar sesegera mungkin melakukan normalisasi tersebut, mengingat terlalu banyak korban yang ditimbulkan akibat banjir, terutama yang berhubungan dengan mata pencaharian masyarakat itu sendiri. Satu-satunya jalan terbaik, kedua sungai itu harus dinormalisasi," katanya. (dam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar