Sabtu, 29 Februari 2020

Rp13 Juta Uang Penjaga Jadi Abu Enam Lokal Gedung SMA YPP Lubuk Alung Terbakar

Lubuk Alung--Enam lokal bangunan sekolah SMA Yayasan Pembangunan Pendidikan (YPP) Lubuk Alung, Minggu (1/3) hangus terpanggang. Kebakaran yang terjadi sekira pukul 09.15 WIB itu berhasil dipadamkan setelah datang tiga unit mobil pemadam dari Padang Pariaman dan Kota Pariaman, beberapa saat setelah api menghanguskan kayu-kayu yang melekat pada gedung sekolah yang terletak di Nagari Sungai Abang Lubuk Alung tersebut.
Walinagari Sungai Abang Lubuk Alung, Ikhwan Boestami dari tempat kejadian peristiwa melaporkan, dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa. Namun, satu kepala keluarga yang menjaga sekolah, semua barang-barangnya ikut hangus dibakar api yang begitu cepat membesarnya. Satu unit sepeda motor milik penjaga sekolah juga tak bisa lagi diselamatkan.
"Yang menjaga sekolah ini adalah warga Sungai Abang. Uni Tis namanya. Dia bilang, semua pakaian dan alat-alat rumah tangganya, serta uang kontan sebanyak Rp13 juta ikut pula terpanggang. Hanya sehelai baju yang melekat di badan yang bisa selamat," ujar Ikhwan Boestami.
Bersama sejumlah petugas pemadam kebakaran dan aparat kepolisian, Ikhwan Boestami menjelaskan penyebab kebakaran adanya dugaan konsleting arus listrik. "Sejak beberapa tahun terakhir, aktivitas sekolah itu tidak ada lagi. Namun, berbagai dokumen penting yang berhubungan dengan SMA YPP masih berada di ruangan kantor sekolah, dan ikut hilang tentunya karena kencangnya sebaran api pagi itu," sebutnya.
Menurutnya, taksiran kerugian yang dialami penjaga sekolah ada sekitar Rp50 juta. Sementara, kerugian terhadap bangunan sekolah dan dokumen penting mungkin lebih banyak lagi. "Kerugian yang berhubungan dengan sekolah, tentu harus dikaji dulu dengan pemilik sekolah bersama aparat yang menangani musibah kebakaran ini," ulas dia.
Walinagari Ikhwan Boestami minta warganya yang terkena musibah itu untuk bersabar. "Yang jelas, untuk sementara petugas sekolah masih bisa tinggal di situ, di lokal yang tidak terkena dampak kebakaran. Sebab, masih ada sejumlah lokal yang dalam hal ini selamat dari kobaran api. Namun, soal pakaiannya dan makannya, itu yang menjadi persoalan bersama bagaiman bisa hal itu ditangani secepatnya," ungkapnya.
"Kita telah sampaikan kejadian ini ke pihak terkait. Terutama yang akan menangani tanggap darurat penjaga sekolah ini ke Damkar, Dinsos, BPBD dan Pemkab Padang Pariaman. Semoga saja, solusi dari antisipasinya bisa diatasi hari ini juga," harapnya.
Herry Syahnil, pemilik sekolah itu mengaku telah dapat kabar dari warga Lubuk Alung yang meneleponnya, mengabarkan bahwa telah terjadi kebarakan di SMA YPP. "Kita belum bisa taksir, berapa kerugiannya. Sekolah itu memang telah lama tidak ada proses belajar mengajarnya, karena tidak ada lagi siswa," kata mantan anggota dewan Padang Pariaman tersebut.
Dia menyebutkan, SMA YPP adalah aset yang lumayan besar, dan ikut andil dalam melahirkan banyak tokoh di Lubuk Alung. Dan sekolah itu telah lama berdirinya, berkali-kali di renovasi serta penambahan gedung lokal, lantaran banyaknya siswa yang ingin belajar di situ dulunya. (501)

Ditandai Peringatan Israk Mi'raj Buku Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah Moderat dan Disiplin Diluncurkan

Lubuk Pandan--Peluncuran buku Moderat dan Disiplin yang mengisahkan perjalan panjang Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah (1908-1996), dalam menuntut ilmu dan mengembangkannya di Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, Sabtu (29/2) malam ditandai dengan peringatan Israk Mi'raj yang sekaligus penyerahan buku secara simbolis oleh penulisnya, Ahmad Damanhuri kepada sejumlah pimpinan pesantren dan Walinagari Lubuk Pandan, Budiman di pesantren itu.
Damanhuri yang juga Ketua PWI Pariaman ini menjelaskan, penulisan buku ini adalah tanggungjawab moral karena dia pernah dan lama mondok dulunya di pesantren yang terletak di Korong Kampuang Guci ini. "Tentunya hal ini sekalian memberikan pendidikan bagi santri pesantren untuk bisa melakukan dan membuat karya tulis. Artinya, di samping dakwah secara lisan, kita ingin santri bisa pula dakwah secara tertulis," katanya.
Menurutnya, buku setebal 250 an halaman ini telah lama ditulis. "Kita luncurkan buku ini agar seluruh alumni dan keluarga besar Ponpes Madrasatul 'Ulum bisa memberikan masukan serta kritikan untuk perbaikan di masa mendatang," ujar dia.
Katanya lagi, Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah yang mendirikan pesantren ini sejak 1940 M punya banyak cerita dan dinamika dalam mencetak kader ulama. Hingga saat ini, pesantren yang telah dimakan usia tersebut telah mengalami pasang surut. Dipimpin oleh tiga generasi, yang dimulai oleh Buya Abdullah Aminuddin awalnya.
"Kemudian, semasa Buya hidup ikut juga mengendalikan jalannya pesantren ini, adalah H. Iskandar Tuanku Mudo, seorang ulama asli Lubuk Pandan yang pernah jadi Kepala KUA Kecamatan Nan Sabaris dan anggota DPRD Padang Pariaman dari Golkar. Iskandar meninggal, kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh H. Marzuki Tuanku Nan Basa, ulama yang asli Nagari Singgalang, Kabupaten Tanah Datar yang pernah jadi santri di era 1970 an," ungkap Damanhuri.
Sementara, Pimpinan Ponpes Madrasatul Lubuk Pandan, Buya Marzuki Tuanku Nan Basa memberikan apresiasi kepada alumni pesantren yang telah menulis buku tersebut. "Semoga buku ini menjadi catatan sejarah bagi pesantren ini dalam arti penting mendokumentasikan dinamika yang terjadi selama ini. Dan tentunya, buku ini tak terlepas dari kekurangan dan kelemahan yang harus di sempurnakan pada masa-masa mendatang," ujar dia.
"Ikhlas dalam mengabdi sebagai ulama di tengah masyarakat, adalah salah satu contoh terbaik yang pernah dikembangkan Buya Abdullah Aminuddin selama mengajar di pesantren ini," katanya.
Kemudian, kata Buya Marzuki, para anak didiknya diasuh untuk kritis dalam pengembangan proses belajar dan mengajar. Dan yang tak kalah penting itu, dia adalah ulama yang shaleh, yang selalu menjaga amal ibadahnya kepada Allah SWT. Sepanjang hayatnya, tak pernah shalat yang lima waktu secara sendirian. Selalu berjemaah. Makanya, kemanapun dia pergi selalu membawa seorang santri untuk nantinya bila waktu shalat masuk bisa shalat berjemaah.
"Dalam rentang usia yang cukup panjang, menghabiskan usianya untuk belajar dan mengajar, Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah dikarunia penglihatan yang sehat. Tak pernah rusak matanya dalam melihat kitab dan buku. Dan karena itu pula beliau tak pernah memakai kacamata," ulas Buya Marzuki. (501)




Kamis, 27 Februari 2020

PKB Harus Banyak Memberikan Sentuhan pada Kelompok Thariqat

Satu hal yang membuat Buya Muhammad Nur ikut bersama PKB; Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) yang menjadi paham dan aqidah dalam berpolitik oleh partai yang didirikan pada 1998 ini. Sebagai ulama besar, memiliki pengaruh yang luas di kalangan jamaahnya, Buya ini tertarik pada PKB, karena itulah satu-satunya partai di republik ini yang berpahamkan demikian. Seperti diketahui, paham Aswaja bagi kaum thariqat adalah paham yang menjadi landasan pengajian, serta menjadi paham yang paling diakui di antara sekian banyak paham umat Nabi Muhammad SAW akhir zaman ini. Sebenarnya, paham itu sangat banyak dianut oleh masyarakat perkampungan Sumatera Barat. Surau sebagai kekuatannya. Hingga kini pengajian thariqat terus di kembangkan. Memang, selama ini masyarakat pengikut thariqat itu adalah orang yang berusia lanjut. Mereka tak lagi disibukkan oleh urusan duniawi, sehingga bisa khusu' menjalani amalan thariqat di sebuah surau.
Apalagi untuk Thariqat Naqsabandiyah. Setiap orang yang masuk pengajian ini, prosesnya sangat panjang dan banyak. Ada suluak seminggu, bahkan ada pula yang 40 hari. Selama kegiatan itu mereka selalu dalam bimbingan Mursyid atau khalifah dan guru. Sejak Buya Muhammad Nur berkenalan dengan PKB, sejak itu pula dia mengajak jamaahnya, terutama pada saat musim Pemilu untuk selalu memilih PKB. "Alhamdulillah, hasil suara PKB, khusus untuk Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh cukup lumayan. Namun, secara jujur para pengurus PKB sangat jarang bersentuhan dan berkenalan langsung dengan masyarakat thariqat demikian," kata dia, Kamis 10 Mei 2012.
Cara panatik ke guru kaum thariqat di Minangkabau, dengan jamaah thariqat yang ada di Jawa sangat jauh bedanya. Ini yang mesti dipahami oleh PKB Sumatera Barat. Dengan demikian pula para jamaah thariqat ini banyak juga yang terpecah belah pada saat musim Pemilu. Tergantung partai apa yang paling pintar mempengaruhi jamaah tersebut. Jamaah tidak punya pendidikan politik, seperti layaknya jamaah thariqat yang ada di Pulau Jawa. Sebab, masyarakat kita masuk thariqat ketika usianya telah lanjut, manakala tidak lagi di sibukkan oleh berbagai aktivitas lain. Artinya, PKB lebih dituntut lagi untuk selalu bersilaturrahim yang banyak di kalangan kaum thariqat tersebut. Bagi jamaah dan Mursyid sebenarnya komunikasi itulah yang paling penting. Mereka merasa tahu, inilah orangnya yang memimpin dan mengendalikan partai, di mana partai demikian satu idiologi dan pemahaman keagamaan dengan pengajiannya sendiri.
Buya Muhammad Nur yang sehari-hari memimpin Surau Suluak Mutma'innah, Kelurahan Talang, Kecamatan Payakumbuh Barat itu banyak menghabiskan waktunya dalam mengurusi jamaah. Malam, waktu dia gunakan untuk berdakwah di surau lainnya di Kota Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota, Tanah Datar dan Kabupaten Agam sebagiannya, terutama tentu jamaahnya yang telah berkembang luas di tengah masyarakat. Sekali semusim Buya ini mengumpulkan jamaahnya secara keseluruhan dalam satu tempat, agar semua jamaahnya itu bisa saling kenal dan tentunya punya hubungan yang semakin kuat dan erat dalam mengamalkan pengajian yang telah diajarkan oleh gurunya sendiri.
Dia mulai mengembangkan suraunya itu sejak 1985 silam, setelah sebelumnya di kembangkan oleh guru dan orangtuanya sendiri; M. Aya Sulthani. Buya Muhammad Nur merupakan seorang pensiunan Lurah. Dia mengambil ijazah thariqat dari gurunya itu. Beliau juga pernah menuntut ilmu di MTI Caduang, Kabupaten Agam pada 1973. Buya kelahiran 1951 ini tak lagi berharap banyak untuk bisa duduk di lembaga wakil rakyat lewat PKB. Namun, yang paling penting baginya, sebagai partai yang didirikan oleh ulama yang tergabung dalam organisasi Nahdatul Ulama, PKB Sumatera Barat harus besar dan jadi. Anggota dewannya harus banyak, yang pada akhirnya tentu mampu membicarakan nasib dan masa depan jamaah thariqat itu sendiri. Selama ini, meskipun suara kaum thariqat banyak yang berserak kian kemari, belum ada rasanya perjuangan yang pasti untuk masyarakat demikian. Hanya PKB lah satu-satunya partai yang bisa diharapkan untuk hal demikian. Tak heran, bagi jamaahnya yang masih muda banyak yang telah disuruhnya untuk menjadi pengurus PKB. Baik untuk tingkat kecamatan, maupun untuk tingkat kabupaten dan kota di mana mereka berdomisili.
Buya Muhammad Nur senang dan bangga dengan kepemimpinan PKB Sumatera Barat di bawah kendali H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah saat ini. Ada harapan masa depan cerah yang dia lihat, dengan ketokohan anak muda yang bisa berkomunikasi dengan semua lapisan masyarakat. Baik itu ulama, niniak mamak, cadiak pandai, pemuda apalagi. Insya Allah seluruh jamaahnya telah diberitahu tentang partai PKB. Setiap kali pertemuan yang dilakukan Buya Muhammad Nur dengan jamaahnya, selalu dia sosialisasikan PKB. Dan lagi, Buya Muhammad Nur yakin, kekuatan jamaah thariqat yang dia pimpin cukup kuat untuk mampu membuat PKB bisa besar dan bisa mengantarkan wakilnya ke Senayan, Jakarta sana. Apalagi Febby Datuak Bangso Nan Putiah mampu berkomunikasi. Ada takah, ada tokoh. Bisa ka surau dan bisa pula duduk di lapau. Itulah sosok yang kini memimpin PKB. Bahkan seorang niniak mamak lagi dalam kaumnya. Tinggal lagi, bagaimana Febby bersama pengurus sering melakukan silaturrahim di kalangan jamaah dan pimpinan surau tersebut.

Selasa, 25 Februari 2020

Ahmad Khambali Menapaki Kebangkitan PKB Sumatera Barat Antara Asa dan Harapan

Menapaki kebangkitan PKB Sumatera Barat antara asa dan harapan; 80 persen umat Islam Minangkabau adalah berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah. Itulah tantangan dan opportunity bagi seorang Ahmad Khambali dalam membesarkan PKB. Di awal konflik yang begitu tajam antara Mas Imin, begitu dia menyapa H. A. Muhaimin Iskandar, sang Ketua Umum DPP PKB dengan mendiang Gus Dur, selaku Maha Guru PKB dan dia sebagai profesional pada profesi sejati; ahli di bidang keuangan.
Dengan penuh istiqomah pada saat itu Ahmad Khambali selaku pribadi harus berdiri, dan bersatu di barisan Mas Imin, begitu dia biasa memanggil Muhaimin Iskandar. Kenapa harus begitu? Karena Mas Imin adalah sosok yang mengetahui tentang lorong-lorong politik dan lorong hukum. "Dan pada saat itu kita semua dididik untuk mendewasakan diri dalam berpolitik. Situasi pada awal konflik cukup menegangkan dan penuh dengan intimidasi terhadap dirinya pribadi, yang akhirnya atas inisiatif Mas Imin, saya mampu untuk bisa menjembatani keutuhan PKB Sumatera Barat pada saat awal konflik demikian," ujar dia, Sabtu 12 Mei 2012.
"Pada bulan Februari 2008 kita adakan pertemuan di Restaurant Lamun Ombak," katanya. Di kawasan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman dengan seluruh DPC PKB se-Sumatera Barat bersama Ketum DPP PKB, Muhaimin Iskandar. Menyatakan sikap tetap setia dan mendukung penuh kepemimpinan H. A. Muhaimin Iskandar dan minta untuk segera mengambil langkah-langkah strategis, demi keutuhan partai dan kemaslahatan warga PKB. Kurun dua bulan pasca pertemuan Lamun Ombak, dengan penuh intrik dan manuver berbagai kubu serta dengan semangat PKB ria dan ambisi setiap pribadi, setiap orang menginginkan jadi Ketua DPW PKB Sumbar. Namun, pihak DPC-DPC pada saat itu tidak menghendaki PKB Sumbar di pegang oleh orang yang tidak mengerti roh, dan perjuangan PKB itu sendiri.
"Sehingga pada saat itu seluruh DPC PKB se-Sumbar meminta saya untuk bersedia dan mau untuk mengemban amanah menjadi Pjs Ketua DPW Sumbar. Dengan berat hati, dan saya juga meminta kepada kawan-kawan seperjuangan, bahwa saya pekerja swasta yang di larang berpolitik secara praktis. Tetapi dengan di desak terus oleh DPC-DPC, akhirnya saya terima tawaran untuk mengemban amanah sebagai Pjs Ketua DPW PKB Sumbar, dengan syarat hanya empat bulan masa transisi untuk melakukan Muswilub. Janji saya untuk menjabat Pjs menuju Muswilub sesuai target. Saya menghadap Ketum untuk melaksanakan Muswilub. Akan tetapi Ketum saat itu malah marah-marah. Orang semua berebut pingin jadi Ketua DPW, tapi kamu kok malah gak mau? Saya jawab pertanyaan Ketum dengan kata; Mas, kan saya hanya ingin PKB di Sumbar besar dengan Ahlussunnah-nya, dan saya hanya ingin membantu kawan-kawan menuju legislatif, sebagai kepanjangan tangan Orang-orang Ahlussunnah dan NU. Sebab saya pekerja swasta," cerita Ahmad Khambali.   
Nah, respon Ketum pada waktu itu geleng-geleng kepala karena semua orang mengharapkan jadi Ketua. "Tapi saya malah ingin segera melaksanakan Muswilub. Saya membesarkan PKB Sumbar penuh dengan suka cita. Karena bagi saya, PKB adalah roh dan jiwa saya. Di manapun saya bertugas, selalu memberikan support kebesaran PKB. Bahkan sampai sekarang dapat julukkan dari Ketum, 'Khambali Pengurus Bayangan'. Di mana provinsi selalu ada saya. Kesedihan pasti ada. Sedih manakala kita bekerja sendiri untuk mendesain, bahwa PKB Sumbar ada, walau meninggalkan profesi yang saya tekuni yang membesarkan saya selama ini. Akan tetapi, ikhtiar saya kadang di anggap menjadi ancaman bagi segelintir orang dan berusaha mengadu domba. Tetapi dengan Istiqomah dan bekal ilmu di kantor, semua permasalahan itu kita selesaikan dengan clear, dan bisa di pertanggung-jawabkan secara tertulis di hadapan Ketum," ulasnya.
Keberkahan selalu ada. "Di saat saya mengurusi DPW PKB Sumbar dan mampu menaikkan jumlah kursi legislatif di kabupaten dan kota. Pencapaian target di profesi saya hancur lebur. Tetapi malah saya di angkat menjadi Kanwil Sumatera, yang mau tidak mau harus berkantor di Medan, Sumatera Utara. Itulah Barokahnya. Karena mengurus PKB dengan ikhlas dan penuh perjuangan," ungkapnya.
Akhmad Khambali yang pernah berkecimpung pada sejumlah organisasi sayap Nahdlatul Ulama (NU), mulai dari IPNU, GP. Ansor, AMNU, PMII, PPM serta sejumlah aorganisasi lainnya di lingkungan NU itu dilahirkan pada 09 Juli 1972. Baginya, hidup adalah aqidah dan perjuangan. Lahir di Jawa, besar dan beristrikan urang awak. Dia masuk PKB Sumatera Barat pasca Muswil II PKB, setelah terpilihnya Buya Ibnu Abbas dan Azwandi Rahman menjadi Ketua Dewan Syura dan Ketua Dewan Tanfidz DPW PKB Sumbar pada 2006. Ahmad Khambali menjabat Wakil Ketua, dari komunitas Jawa yang berdomisili di Padang.
Ke-Nu-an Ahmad Khambali tak diragukan lagi. Dia alumni Pesantren Alhikmah. Kini menjadi profesional. Semasa bersama PKB di bawah kendali Azwandi Rahman, ia termasuk orator. Bersuara lantang, dan sangat mantap dalam memberikan motivasi terhadap kader dan konstituen PKB itu sendiri. Ke depan Ahmad Khambali berharap, PKB Sumbar akan tambah solid. Konsisten dalam memperjuangkan kepentingan umat, khususnya kaum Ahlussunnah wal jama'ah dan jam'iyyah Nahdlatul Ulama.
Menurut dia, situasi yang kondusif di internal PKB saat ini hendaknya di jadikan momentum kebangkitan PKB Sumatera Barat. Minimal bisa mengantarkan kader terbaiknya ke Senayan dua orang, dan lima orang di DPRD provinsi. Dan yang tidak kalah pentingnya, adalah pengurus harus amanah, mengerti tentang roh perjuangan dan jati diri PKB yang sebenarnya. Rangkul semua komponen yang ada. Saling memberikan support satu dengan yang lainnya. Dengan berbekal ini semua, kita yakin PKB di Ranah Minang akan menjadi kontestan Pemilu yang akan di perhitungkan banyak orang. Dan yang paling utama adalah; pengurus yang ada saat ini jangan pernah melupakan sejarah perjuangan pada saat awal-awal konflik. Rangkul semuanya. Kalau seorang Ketum PKB saja tidak pernah melupakan sejarah perjuangan, maka PKB Sumbar tentu lebih menghargai sejarah demikian. Apalagi kultur Minangkabau yang selalu mengedepankan badunsanak.
Ahmad Khambali melihat Ketua DPW PKB Sumbar saat ini; H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah telah mulai menata organisasi dengan baik. Apalagi konsolidasi demikian sebagiannya tinggal melanjutkan yang sudah ada. Hanya saja, carilah pengurus yang benar-benar mau berjuang dan mengabdi, bukan mencari kehidupan semata dalam partai. Seorang Febby yang termasuk anak muda progresif harus banyak belajar, terutama terkait soal roh dan nafas PKB itu sendiri serta memahami kultur jam'iyyah Nahdliyyah. Dan tidak kalah pentingnya, menjalin komunikasi denga pejuang-pejuang sejati PKB Sumatera Barat. Kita yakin, Febby mampu untuk itu dan semoga saja bisa, sehingga impiannya ingin membuat sejarah baru dalam PKB daerah ini terkabulkan dengan baik dan benar.

Senin, 24 Februari 2020

Azwandi Rahman PKB Sumbar Harus Banyak Melakukan Kaderisasi

Presiden RI ke-4, KH. Abdurrahman Wahid acapkali menyebutkan, bahwa suatu ketika PKB bakal memimpin bangsa ini. Ucapan itu menurut Azwandi Rahman sering disampaikan Gus Dur, begitu almarhum salah seorang pendiri PKB itu akrab dipanggil. Dan ungkapan itu diyakini banyak orang dalam lingkungan PKB dan NU, terutama orang yang tahu dan mengenal Gus Dur. Sebab, apa yang diucapkan Gus Dur selama ini sering menjadi kenyataan. Cuma, kapan hal itu terjadi, dan PKB semasa dipimpin oleh siapa, inilah yang menjadi tanda tanya. Azwandi Rahman yang bergabung dengan partai yang didirikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini sejak dari awal, tahu persis siapa itu Gus Dur. Baginya, Gus Dur adalah sumber inspirasi dan penyemangat dalam ber-PKB selama ini. Gus Dur pun sangat mengenal baik seorang Azwandi Rahman. Untuk itulah, meskipun tak lagi dalam struktur PKB, Azwandi Rahman tetap saja berjuang dan memikirkan bagaimana PKB Sumatera Barat punya kekuatan di bumi Ranah Minang ini.
Saat dipercaya sebagai Ketua DPW PKB Sumbar oleh peserta Muswil II pada 2006 silam, Azwandi Rahman punya mimpi besar tentang PKB masa depan. Dia sangat ingin partai yang dia kendalikan itu mampu bicara banyak di tengah percaturan politik daerah dan nasional. Jalan satu-satunya adalah memperkuat kader militan. Nah, baru saja terpilih jadi Ketua DPW di daerah yang bukan basis PKB, dia langsung bergerak cepat. Di tengah kekurangan dan kelemahannya, Azwandi Rahman bersama pengurus lainnya mampu mewujudkan kantor DPW PKB Sumbar yang terletak di komplek Gor H. Agus Salim bisa hidup. Kantor itu dijadikan sebagai pusat pelatihan. Bahkan, DPP PKB sempat tiga kali melakukan pelatihan kaderirasi. Dan kegiatannya melibatkan DPC PKB yang ada di zona Sumatera. DPP PKB kala itu melihat PKB Sumbar layak dijadikan percontohan oleh PKB lainnya di nusantara ini, terutama di bidang kaderisasi. Pelatihan kaderisasi yang digelar merupakan penjabaran dari Akademi Politik Kebangsaan (Akpol PKB) yang telah dimulai oleh DPP PKB itu sendiri.
Secara jujur, Azwandi Rahman melihat kader PKB yang militan memang minim, atau sama sekali kosong. Tetapi walaupun demikian, perjalanan politik PKB di ranah yang dikenal dengan falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah ini secara perlahan-lahan dapat sambutan dari masyarakat itu sendiri. "Sebenarnya yang membuat PKB sulit untuk berkembang, di samping kader yang ada hanya dari karbitan, struktur organisasi kita sangat lemah pada tingkat akar rumput. Coba lihat dari dulu. Pengurus Ranting di tingkat desa dan nagari boleh di hitung dengan jari. Padahal, semua pemilih terletak di desa dan nagari. Apalagi PKB yang pemilihnya terdiri dari orang-orang perkampungan, yang kerjanya banyak dari kalangan petani, nelayan dan buruh. Meskipun ada pengurus ranting demikian, itu baru di atas kertas. Penguatannya belum pernah dan belum sempat dilakukan," kata dia, Rabu 30 Mei 2012.
"Kita memang telah banyak punya anggota dewan yang dihasilkan dari Pemilu 2009. Tetapi, semua anggota dewan dari PKB belum mampu berbuat banyak untuk mengembangkan partainya sendiri. Suaranya nyaris hilang, karena tidak ditopang oleh kekuatan lainnya. Dengan itu pula para anggota dewan demikian nyaris dianggap tidak ada. Mereka belum bisa mewarnai lembaga wakil rakyat daerah mereka masing-masing. Hal itu disebabkan kurangnya pengetahuannya tentang idiologi PKB itu sendiri. Dan lagi mereka tak banyak berkecimpung dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan di tengah komunitasnya sendiri. Padahal, PKB sangat di untungkan oleh nilai-nilai Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) yang di usungnya, sebagaimana paham demikian hampir di miliki oleh seluruh masyarakat perkampungan Sumatera Barat ini," sebut putra kelahiran 27 Februari 1961 di Alahan Panjang, Kabupaten Solok ini.
Bagi Azwandi Rahman berpolitik cukup dalam satu partai; PKB. Meskipun banyak partai politik lain yang mengajaknya untuk bergabung akhir-akhir ini, dia tetap memilih untuk bertahan di luar jalur struktur PKB. Kini, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Barat ini lebih memilih berjuang di kalangan kader, yang sampai ini hari terus bertambah. Mereka itu adalah orang-orang yang pernah singgah di IPNU, PMII dan organisasi lainnya. Orang seperti itulah yang selalu di berikan motivasi dan informasi idiologi oleh Azwandi Rahman bersama rekan-rekannya. Hal itu dimaksudkan, agar perjuangan NU dan PKB ke depannya tetap stabil dan terus berkesinambungan di tengah masyarakat. Sebab, kader loyalitas dalam sebuah kelompok masyarakat adalah hal terpenting yang tak boleh di tiadakan. Para kader itu di sebar pada berbagai kelompok masyarakat untuk mempengaruhi kelompok lainnya, agar bisa mengembangkan idiologi Aswaja demikian.
Dari masa kemasa perkembangan PKB di Sumatera Barat di lihat Azwandi Rahman cukup baik, dan perlu ditingkatkan. Apalagi belakangan ini komunikasi Ketua DPW PKB; H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah dengan DPP PKB cukup baik dan berjalan sesuai tuntutan partai itu sendiri. Tinggal lagi memperbanyak pelatihan kader, hingga ke tingkat paling bawah. Sebab, kader bawahlah yang akan mengawal sekaligus pioner dari suara PKB di tengah masyarakat. Di samping itu, perlu juga jaringan lainnya, mengingat masih lemahnya struktur kepengurusan di seluruh daerah. Jaringan itulah yang diharapkan sebagai kekuatan penopang. Mereka bicara PKB pada saatnya tiba. Kini, biarkanlah mereka berkembang, berkelana ke sana ke mari, mencari berbagai terobosan baru, sambil juga di tingkatkan terus pemahaman idiologinya tentang Aswaja.
Azwandi Rahman pada saat PKB hadir pertama kali di Sumbar dipercaya sebagai anggota Panitia Pemilihan Daerah (PPD I) Provinsi Sumatera Barat mewakili partai PKB. Sebab, pada Pemilu pertama di era reformasi itu di laksanakan oleh partai peserta Pemilu itu sendiri. Pada saat kepengurusan pertama, Azwandi Rahman adalah Wakil Sekretaris, yang Ketua Dewan Tanfidz-nya; H. Nazar Sidin. Selesai Pemilu, pada tahun 2002 PKB Sumbar menggelar Muswil pertama atau tepatnya setelah mengikuti Muktamar I di Surabaya, Jawa Timur pada tahun 2000, Azwandi Rahman menjabat Sekretaris, yang Ketua-nya; H. Amirdas Datuak Kudo Bagak. Agaknya, dia orang yang termasuk sempurna dalam pemahaman idiologi PKB. Banyak bersinggungan dengan berbagai lapisan pengurus teras di DPP PKB. Satu hal yang perlu dicatat, beliau mengenal dan dikenal oleh Maha Guru PKB; Gus Dur. Perlu diketahui, meskipun berada di PKB, untuk dikenal oleh Gus Dur tak mudah. Apalagi bagi pengurus partai di daerah, yang sangat jauh jangkauannya dengan Gus Dur yang telah menjadi tokoh internasional dan dunia.
Di internal NU, di samping dipercaya sebagai salah seorang pengurus harian PWNU Sumbar, Azwandi Rahman juga salah seorang Dewan Penasehat Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor. Dia pernah juga menjabat salah seorang pengurus DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Hebatnya, orang lain masuk KNPI, apalagi KNPI Pusat berbasiskan OKP. Azwandi Rahman sama sekali tanpa menyandang jabatan apapun di OKP tertentu bisa masuk KNPI. Meskipun sejak Pemilu yang diikuti PKB, Sumbar belum pernah mengirim utusannya ke Senayana, Azwandi Rahman berharap Pemilu mendatang PKB bisa untuk hal demikian. "Syaratnya itu tadi. Perbanyak pelatihan, buat jaringan di luar partai, di samping juga memperkuat basis partai yang sudah ada dan pastikan orang yang jadi pengurus merupakan orang yang mau dan mempunyai kemampuan untuk itu," harapnya.

100 Anak Yatim Lubuk Alung Dapat Santunan dari Yayasan Al-Aziz

Lubuk Alung--Sebanyak 100 anak yatim di Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Minggu (23/2/20) dapat bantuan berupa santunan dari Yayasan Al-Aziz. Masing-masing anak yatim sebanyak itu diberikan uang tunai Rp200 ribu. Dan bantuan demikian oleh Yayasan Al-Aziz akan diberikan setiap bulannya, sampai anak itu menamatkan studinya.
Bantuan langsung diserahkan Ketua Yayasan Al-Aziz Dedi Salim. Dedi Salim yang juga anggota DPRD Kabupaten Padang Pariaman dari PAN ini menyerahkan bantuan itu di Kantor Camat Lubuk Alung, langsung didampingi Camat Lubuk Alung Herman K, Camat V Koto Kampung Dalam Vemi Tulalo, anggota DPRD Padang Pariaman Happy Neldy, tokoh Lubuk Alung yang sekaligus Ketua DPC Gerindra Padang Pariaman, serta Amrizal Tanjung, Dewan Pengawas Yayasan Al-Aziz serta tokoh pengusaha Kampung Dalam.
Yayasan Al-Aziz, adalah lembaga non pemerintah yang banyak bergerak dalam soal santunan anak yatim, memberikan bantuan yang memperkuat masyarakat menjalankan agamanya di tengah masyarakat. Berpusat di Kampung Dalam, yayasan ini milik Arisal Aziz, pemilik Indah Cargo Grup, yang mempunyai banyak unit usaha.
Menurut Dedi Salim, bantuan ini diberikan kepada anak yatim di seluruh kabupaten Padang Pariaman. "Artinya, tahap ini setiap kecamatan kita berikan santuan sebanyak 100 orang anak yatim. Kita berharap, bantuan ini mampu meringankan beban beratnya dalam melanjutkan studinya di sekolah. Dan diusahakan, sampai mereka tamat SMA, mereka akan tetap menerima bantuan setiap bulannya," kata Dedi Salim.
Sementara, Happy Neldy menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Al-Aziz yang telah memberikan bantuan tersebut. "Sungguh ini sebuah pemberian yang amat berharga. Diberikan kepada mereka yang tercatat sebagai anak yatim, yang tidak lagi punya orangtua laki-laki untuk menunjang kehidupannya," ujar Happy Neldy.
Apalagi, kata Happy Neldy, bantuan ini berlanjut sampai anak yatim ini tamat sekolah SMA. Dan juga nantinya, akan ada pula bantuan berupa beasiswa untuk anak yatim yang tengah menimba ilmu di perguruan tinggi. Tentunya, yayasan ini telah membantu pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan anak nagari, terutama yang berkekurangan.
Kepada anak yatim tersebut, Happy Neldy berpesan untuk terus bersekolah. "Jangan tinggalkan sekolah. Teruslah menuntut ilmu, karena ilmu itu amat penting untuk mencapai kemudahan dalam hidup dan kehidupan. Di tengah dunia globalisasi dan era digital saat ini, pendidikan anak bangsa menjadi tuntutan yang mutlak. Lewat pendidikan orang bisa bersaing dalam berbagai hal," katanya. (501)



Soal Pengadaan Barang dan Jasa Padang Pariaman Terapkan Aplikasi SPSE Versi 4.3

Parik Malintang--Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Netty Warni, membuka Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah dan penggunaan aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) versi 4.3 untuk Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Senin (24/2) di ruangan rapat LPSE Sekretariat Daerah itu.
Mewakili Bupati Padang Pariaman, Netty warni mengucapkan terima kasih kepada seluruh PPK yang telah bersedia hadir dalam mengikuti sosialisasi ini.
"Sosialisasi ini bertujuan agar para PPK dapat memahami aturan ini sebagai alat kontrol menjalankan kegiatan pada OPD masing-masing agar tidak terjadi hal yabg tidak diinginkan," ujarnya.
Ia juga menambahkan, pada kesempatan ini juga akan disosialisasikan penggunaan aplikasi SPSE versi 4.3 agar para PPK dapat menggunakan aplikasi tersebut serta paham dalam menjalan aplikasi SPSE versi 4.3 untuk memudahkan dan memaksimalkan kinerja dalam kegiatan.
Ia berpesan kepada seluruh peserta sosialiasi agar fokus dalam mengikuti sosialisasi ini sehingga dapat memahami materi dalam membantu kegiatan pada OPD masing-masing.
Materi sosialisasi ini disampaikan langsung oleh narasumber Trainer Of Trainer Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Republik Indonesia (TOT LKPP RI) Tedy Yuliswar.
Sementara itu Kepala Bagian Layanan Penyedian Barang dan Jasa (LPBJ) melaporkan kegiatan ini dilaksanakn selamat dua hari hingga Selasa (25/02) dan diikuti 13 Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) per hari.
"Peran PPK sangat penting dalam pembuatan komitmen dan penggunaan aplikasi SPSE versi 4.3 untuk memudahkan kegiatan PPK pada masing-masing OPD," tambahnya.
Aplikasi SPSE Versi 4.3 ini telah dioperasikan sejak tahun 2011 dimana aplikasi ini diperbarui berdasarkan Peraturan Presiden, untuk aplikasi SPSE versi 4.3 ini disingkronkan dengan peraturan nomor 16 Tahun 2018 digunakan untuk mempermudahkan para PPK dalam menjalankan tugas dan menjalankan aktivitas yang dilakukan pada masing-masing OPD baik yang baru bertugas maupun yang telah lama bertugas. (501)

Genjot Percepatan Kawasan Tarok City Pemkab Padang Pariaman Harus Gandeng Swasta

Kapalo Hilalang--Pengusaha nasional dan putra asli Kecamatan 2x11 Kayutanam Khusnairit Khaidir yang lebih akrab dengan panggilan Bung Eric, mendukung sepenuhnya percepatan pembangunan kawasan terpadu "Tarok City", karena dampaknya sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Pernyataan tersebut terungkap dari kunjungan ke lapangan yang dilakukan pengusaha nasional sukses dari Jakarta itu, kemarin. Pebisnis dengan bendera Katanam Group tersebut didampingi sejumlah tokoh masyarakat Kayutanam.
Menurut Bung Eric, kegiatan pembukaan lahan Tarok City yang telah dirintis Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni sejak beberapa tahun lalu, bagi masyarakat Kecamatan 2x11 Kayutanam sangat strategis sekali. "Ekonomi masyarakat akan bangkit di areal yang selama ini kurang produktif dan begitu juga dampak kepada kabupaten tetangga, akan ikut terkena imbasnya," ujar dia.
Pengusaha yang telah malang melintang di tanah air tersebut, membayangkan pula bagaimana kelak, Tarok City yang kini dibuka dengan jalan lebar 90 meter, tampil sebagai kawasan edukasi khusus, pertama di tanah air. Artinya, telah hadir sebuah proyek percontohan nasional di Sumatera Barat, lokasinya di Tarok City.
Bung Eric berharap semua pihak memberikan dukungan dan support, sementara masyarakat Kayutanam jangan ragukan lagi komitmen. "Kami, masyarakat Kayutanam seribu persen mendukung, dan berharap niat baik Bupati Ali Mukhni dengan jajarannya segera terwujud, menjadikan Tarok City sebagai kawasan terpadu pendidikan di tanah air. Tarok City, kelak bukan proyek biasa tapi bisa menjadi proyek percontohan di Indonesia terutama di bidang pembangunan sumber daya manusia," ujar Bung Eric.
“Saya berharap, rencana besar ini secepatnya direalisasikan. Untuk itu butuh dukungan semua pihak mulai pemerintah provinsi, pemerintah pusat, lembaga terkait bahkan kalau perlu menggandeng pihak swasta karena rencana ini lumayan besar. Saya kira, Pemda Padang Pariaman tidak akan mampu sendirian merealisasikannya di atas areal 650 hektar ini,” katanya menyarankan.
Dengan hadirnya pembangunan sejumlah kampus di kawasan Tarok City, kelak akan menjadi lansekap pendidikan nasional di Sumatera Barat, sekaligus akan melahirkan generasi emas Indonesia. Akan menjadi kawasan pendidikan berteknologi tinggi sehingga statusnya atau kualitasnya berskala internasional,” ungkap Bung Eric. (501)

Santri dan Masyarakat Ikuti Pelatihan Perdana BLK Komunitas Ponpes Madrasatul 'Ulum Diresmikan

VII Koto--Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak, Senin (24/2) diresmikan keberadaannya. Peresmian ditandai dengan pengguntingan vita oleh Camat VII Koto Sungai Sariak Imra Husni mewakili Bupati Ali Mukhni. Pada saat bersamaan juga dilakukan pembukaan pelatihan servis sepeda motor angkatan pertama, yang dibuka Kasi Penyelenggara BLK Padang, Riswanto mewakili Kepala BLK Syamsi Hary.
Kepala BLK Komunitas Ponpes Madrasatul 'Ulum Damanhuri menyebutkan, peresmian gedung workshop ini dilakukan adalah untuk mensyukuri nikmat dari Yang Maha Kuasa atas anugrah sarana ini yang diberikan Kementerian Ketenagakerjaan RI. Menandakan negara hadir untuk meningkatkan kapasitas santri dan masyarakat lingkungan pesantren.
"Pelatihan angkatan pertama pesertanya 16 orang yang berasal dari santri Ponpes Madrasatul 'Ulum dan masyarakat Balah Aie Utara. Pelatihan dilakukan selama sebulan," ujarnya.
Menurut Damanhuri, BLK Komunitas ini hadir untuk memberikan skill dan keterampilan yang nantinya bisa ditempatkan di lapangan pekerjaan dalam dan luar negeri. Sebab, sehabis pelatihan, para peserta juga mengikuti uji kompetensi (UJK), yang hasil lulusan UJK demikian kompeten. Sesuai aturannya, para peserta dibiayai selama mengikuti kegiatan.
Kasi Penyelenggaraan BLK Padang Riswanto berharap warga belajar BLK Komunitas pesantren ini untuk bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini berkaitan langsung dengan mutu dan kualitas tenaga kerja yang dihasilkan. Makanya, instruktur yang melatih peserta adalah orang yang telah kompeten di bidangnya.
Sementara, Camat VII Koto Sungai Sariak Imra Husni menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Ketenagakerjaan RI yang telah menempatkan bangunan gedung workshop BLK Komunitas ini di kecamatan ini. "Tentunya, sebuah langkah maju terhadap santri dan masyarakat Balah Aie khususnya dalam melihat arti penting masa depan anak-anak dan sanak kemenakan kita," ujarnya.
Hanya saja, kata dia, yang menjadi kendala selama ini kesulitan menghadirkan orang yang akan ikut pelatihan ini. Sebab, banyak orang tak tahu dan tak kenal apa itu BLK. "Berkewajiban bagi kita semua, bagaiman sosialisasi ini gencar dilakukan di tengah masyarakat VII Koto Sungai Sariak, dan Padang Pariaman umumnya," ungkapnya.
Wakil Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur mengucapkan syukur dan mengapresiasi kegigihan panitia yang telah berhasil mendapatkan bantuan Kementrian Tenagakerjaan RI, melalui Pemkab Padang Pariaman dalam memberikan bekal pelatihan otomotif kepada masyarakat umum dan santri.
"Kita berharap nantinya para santri yang keluar dari Ponpes ini dapat menjadi ulama yang memiliki keterampilan lain guna menunjang kemaslahatan umat secara bersama," ucap Aciak sapaan akrab Suhatri Bur. (501)






Sabtu, 22 Februari 2020

Kolaborasi FDB dan Gus AMI PKB Sumatera Barat Jangan Salah Terus

Ingin membuat sejarah baru di tubuh PKB Sumatera Barat. Itu gambaran umum ketika kita melihat lompatan yang dilakukan Ketua DPW PKB hasil Muswil III di Bukittinggi tahun 2011 lalu itu. Walaupun perjalanan yang dilakukan H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah masih banyak rintangan dan halangan yang dihadapinya. Tetapi itulah yang dinamakan dengan dinamika dalam sebuah organisasi partai politik.
Namun, Ketua DPW termuda di belantara politik Ranah Minang periode saat ini, tak membuat dia patah arang. Baginya, ber-PKB harus dijadikan sebagai wadah untuk berbuat yang lebih banyak. Apalagi, hasil survei membuktikan, betapa pemilih partai yang didirikan PBNU pada 1998 ini berada pada tatanan masyarakat perkampungan. Yakni, mereka yang menggantungkan hidupnya dari sumber pertanian dan nelayan. Bila di lihat ke belakang, sejak mulai terpilih memimpin PKB, selalu saja ada persoalan yang mesti di pecahkan dan di carikan jalan keluarnya secara bersama. Febby sendiri melihat hal demkikian, sebagai sebuah pematangan dan pendewasaan jiwa pengurus dalam mengelola partai politik.
Mundurnya Ketua Dewan Syura setelah keluarnya SK DPW, serta berbagai persoalan lainnya setelah itu tidak membuat Febby pesimis untuk membangun partai tersebut. Dia terus melakukan konsolidasi organisasi di kalangan internal PKB, di samping secara terus menerus membangun komunikasi dengan PWNU Sumatera Barat. Bahkan, sejak beberapa bulan belakangan, Febby yang telah menjadi niniak mamak di kalangan kaumnya itu dipercaya sebagai Ketua Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sadakah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Sumatera Barat. Dia ingin warga NU Ranah Minang bisa bangkit, terutama tentunya di bidang kesejahteraan. Untuk itulah, dia ingin menciptakan sejarah baru, yang selama ini dinilai asing di kalangan NU daerah ini. Baginya, lembaga NU yang bergerak di bidang amal sosial demikian harus di kelola secara baik dan benar, yang pada akhirnya mampu memberikan yang terbaik buat warga NU itu sendiri.
LAZISNU harus mampu menumbuh-kembangkan rasa berbagi kepada seluruh umat Islam. Berbagi tidak saja di kalangan orang yang tak mampu melanjutkan hidupnya dengan baik, tetapi juga bisa berbagi di kalangan calon mahasiswa yang saat ini merasa kesulitan untuk masuk perguruan tinggi karena ketidak-mampuan orangtuanya. Artinya, pendidikan sangat mutlak. LAZISNU harus siap jadi garda terdepan dalam masalah ini, menyelamatkan masyarakat demikian, agar bisa meraih masa depannya dengan lebih baik. Secara perlahan-lahan tapi pasti, keberadaan LAZISNU mulai ditampakkannya di kalangan banyak pihak. Dia pun mengundang para pengusaha yang ingin menyalurkan kekayaannya berupa zakat, sudah bisa lewat LAZISNU Sumbar.
Febby yang dikenal punya banyak jejaring sosial, terutama orang-orang yang bergerap pada sektor pengusaha dan pariwisata, dinilai layak dan patut mengembangkan dan menggerakkan LAZISNU. Langkah pertama, para mantan mahasiswa yang pernah bergelut di PMII dulunya, diberdayakan di Kantor LAZISNU demikian. "Saatnya NU memberi. Apalagi, sebagian besar warga NU itu berada pada garis kemiskinan. Tinggal di perkampungan, yang harus dimajukan kehidupannya. Semua anak-anak NU harus bersekolah dan mampu pula melanjutkan ke perguruan tinggi, sesuai minat dan kemampuannya masing-masing," kata dia.
Banyak sudah yang dilakukannya untuk PKB Sumatera Barat masa depan. Namun, tentu masih banyak yang harus dibuat secara bersama untuk mewujudkan sejarah baru yang diinginkan semua pelaku PKB itu sendiri. Apa sejarah baru yang dimaksudkan? Ya, hasil Pemilu 2024, PKB daerah ini harus mampu mengirim wakilnya ke Senayan, Jakarta sana. Memang, perjuangan itu terasa berat. Untuk itu pula semua pihak dirangkulnya. Orang yang pernah 'tersingkir' di PKB, belakangan mulai dirangkul kembali. Sebab, mewujudkan impian besar butuh kebersamaan. Butuh partisipasi para alumni PKB, yang kini banyak bergerak di belakang layar. Febby pun melakukan rangkaian silaturrahim, mengajak pengurus DPP PKB yang datang ke Padang ke sejumlah mantan pengurus lama, memperlihatkan, betapa PKB Sumatera Barat tak lagi punya masalah. Hanya satu jalan, Kita harus mampu menembus DPR RI.

KNPI Award 2011

Berangkat dari lompatan-lompatan yang dilakukan Febby bersama PKB Sumatera Barat, ternyata dinilai positif oleh banyak orang. KNPI selaku wadah berkumpulnya OKP daerah itu memilih Febby satu dari sekian tokoh muda Sumatera Barat yang paling berpengaruh, dan punya kontribusi untuk Ranah Minang. Dia bersama Wakil Walikota Padang Panjang; H. Edwin, Bupati Pasaman Barat; H. Baharuddin R, Ketua PWI Sumatera Barat; H. Basril Basyar, Wakil Walikota Padang; H. Mahyeldi Ansharullah, serta tokoh lainnya dianugerahi KNPI Award oleh Ketua Umum DPP KNPI; Ahmad Doli. Memang, Ketua DPW atau DPD partai termuda di Sumatera Barat saat ini, hanya Febby orangnya. Pengusaha muda ini dinilai sebagai anak muda progresif. Punya lompatan yang sulit dikejar. Bagi PKB, anugrah atau penghargaan pihak lain tersebut merupakan kebanggaan tersendiri, yang tidak mudah untuk didapatkan. Apalagi bagi PKB Sumbar, yang keberadaannya selama ini nyaris tidak terlihat.

Ziarah, Tradisi NU yang Mesti Dimasyarakatkan

Dari 15 hingga 19 Mei 2012, kami (Febby, Aminullah dan Damanhuri) melakukan rangkaian ziarah ke Jawa Timur dan Jakarta. Ziarah yang merupakan tradisi warga NU selama ini harus dimasyarakatkan, karena ziarah, di samping mengingatkan kita akan kematian, juga mengenang serta belajar dari perjuangan yang dilakukan oleh ulama dan tokoh yang diziarahi itu. Kami mulai ziarah di makam Sunan Ampel, Surabaya. Tokoh yang di kenal sebagai salah seorang dari Walisongo atau wali sembilan itu cukup memberi sebuah inspirasi tersendiri. Dari Sunan Ampel, kami bertolak ke Bangkalan, Madura. Tepatnya ke makam KH. Muhammad Kholil Bangkalan. Kiai yang satu ini dikenal sebagai inspirator berdirinya organisasi besar Nahdlatul Ulama.
Banyak sejarah mencatat, bahwa sebelum KH. Muhammad Hasyim Asy'ari bersama ulama lainnya mendirikan organisasi demikian, datanglah untusan Kiai Kholil ke Jombang untuk menyerahkan sebuah tongkat dan tasbih. Bahkan, utusan itu dua kali datang ke Jombang untuk menyerahkan kiriman Kiai Kholil. Nah, kiriman itu dinilai oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagai isyarat penyetujuan gurunya itu tentang sebuah keinginan bersama mendirikan NU, yang kelak menjadi organisasi terbesar di dunia ini. Menurut Saiful Rachman dalam bukunya; 'Surat Kepada Anjing Hitam, Biografi dan Karomah Kiai Kholil Bangkalan', KH. Muhammad Kholil Bangkalan adalah seorang ulama sekaligus waliyullah. Lahir bernama Muhammad Kholil di Kota Bangkalan tempat kelahirannya, kemudian dinisbahkan kepada namanya dan akhirnya dikenal dengan nama Muhammad Kholil Bangkalan.
Dari sudut manapun, kehidupannya sangat menarik untuk di bicarakan. Legenda tentang perilakunya yang penuh keajaiban banyak sekali. Kehidupannya sangat unik. Kiai Kholil dikenal sebagai mubaligh, pimpinan pesantren, pencetak kader ulama terkemuka di Jawa dan Madura, juga menjalani kehidupan sufi dan Mursyid Thariqat. Di samping itu, Kiai Kholil adalah inspirator berdirinya NU. Beliau lahir pada 11 Jumadil Akhir 1235 H bertepatan dengan 14 Maret 1820 M, dari KH. Abdul Latif, seorang ulama besar keturunan Sunan Gunung Jati. Sebagai seorang ulama sufi, Kiai Kholil dikenal banyak karomah, sehingga sampai saat ini makamnya selalu ramai dikunjungi.
Kami berzikir, menghadiahkan fatihah sebagaimana layaknya orang ziarah. Memang waktu kami datang, makam Kiai Kholil yang terletak di komplek masjid itu sedang ramai di kunjungi oleh banyak orang. Hari sore di tengah hujan yang cukup lebat, kami merapat di antara puluhan peziarah lainnya, bersama membaca wirit-wirid ziarah. Dari Madura, kami melanjutkan perjalanan ke Blitar, setelah sebelumnya bertemu dengan Menteri PDT RI, Helmy Faishal Zain, yang saat ini Sekjen PBNU. Perjalanan dari Surabaya ke Blitar kami tempuh di malam hari, dan akhirnya istrirahat di salah hotel di Blitar. Paginya, kami langsung ke makam Bung Karno. Ternyata kesempatannya juga sama. Kami juga dapat menempati tempat yang agak di depan dari kerumunan peziarah yang semakin ramai berdatangan dari berbagai pelosok Jawa Timur itu. Terlihat sekali banyak orang yang datang dan berziarah ke makam sang Proklamator dan Presiden RI pertama tersebut. Sebab, di samping hal demkikian, Bung Karno juga di kenal sebagai salah seorang tokoh Islam yang paling berpengaruh di Indonesia. Seperti ditulis oleh Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, dalam bukunya; '100 Tokoh Islam Paling Berpengaruh di Indonesia disebutkan, Bung Karno yang lahir pada 1901 M di Blitar itu adalah keturunan dari Raden Hardjodikromo, seorang bangsawan Jawa yang dikenal dengan Priyayi. Ada hal yang paling menarik pada Bung Karno. Dia selalu pakai peci hitam, yang saat itu bila ada orang Indonesia lainnya berada di Makkah pakai peci, selalu digelari sebagai Soekarno. Inilah ciri Islam kuat yang dipegangi oleh bapak bangsa itu. NU pernah memberikan gelar kepada Soekarno 'Waliyyul amri dharuri bissaukah', karena diangap telah melindungi dan memberi kebebasan kepada umat Islam Indonesia untuk melaksanakan ajaran agamanya. Sementara, Muhammadiyah memberikan gelar Doktor Honoris Causa. Bung Karno (1901-1970) jelas figur yang bersejarah. Dia telah meninggalkan pengaruh yang sangat luar biasa. Di antara peninggalannya, kesadaran kebangsaan kita, perasaan dan kesadaran ke-Indonesiaan kita, kesadaran kita sebagai bangsa yang tidak menjiplak begitu saja dari dunia luar, melainkan menggelutinya secara kritis dan menjadikannya sebagai bahan untuk pengembangan Indonesia.
Selesai di Blitar, kami menuju daerah Jombang. Ya, siapa lagi, kalau bukan makam ulama besar dan pahlawan nasional; KH. Muhammad Hasyim Asy'ari, KH. Abdul Wahid Hasim dan KH. Abdurrahman Wahid (1940-2009). Kami tiba di makam yang terletak di komplek Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang itu pas waktu shalat Zuhur masuk. Ratusan peziarah keluar dan masuk secara bergantian. Mereka datang dari jauh. Laki-laki dan perempuan. Ada juga kelompok santri dari pesantren lain. Namun, dengan mudahnya kami bisa masuk dan duduk pada barisan pertama. Melakukan rangkaian ziarah. Menurut informasi yang kami peroleh, ternyata makam Bani Hasyim itu tak pernah sepi dari peziarah. Setiap hari ada saja orang yang datang ziarah ke makam demikian. Sebagai orang besar, pendiri NU, makam ulama itu tampak biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Berada di bagian belakang masjid. Tidak diatap. Hanya berada di ruang terbuka. Di atas pusara KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Wahid Hasyim sengaja dipancangkan sangsaka merah putih, menandakan kedua ulama yang merupakan anak dan bapak itu seorang pahlawan nasional. Seperti banyak ditulis dalam sejarah, KH. Hasyim Asy'ari adalah kiblat ulama Jawa dan Madura. Dia tokoh inspirator bagi Bung Tomo dan Jenderal Soedirman. Setiap kali pergerakan dan pertempuran, Bung Tomo dan Jenderal Soedirman selalu mengirim utusannya ke Jombang, minta agar kiai Hasyim terus berdoa. Terutama ketika perperangan pasca diproklamirkannya kemerdekaan RI 1945. Bahkan, sebelum tekhs proklamasi dibacakan oleh duet Bung Karno dan Bung Hatta, Soekarno sempat menanyakan Kiai Hasyim, karena Bung Karno ingin membacakan proklamasi itu setelah restu Kiai Hasyim. Selama hidupnya, banyak rintangan dan tantangan yang dihadapinya. Mulai dari ketika lahir, kanak-kanak, remaja, hingga akhir hayatnya. Namun itu semua dilaluinya dengan penuh syukur dan doa kepada Tuhan.
Anaknya, Wahid Hasyim dikenal sebagai salah seorang anggota BUPKI dan PPKI. Menteri Agama. Dalam usianya yang masih muda, dia telah mengemban pekerjaan besar. Beliau meninggal dalam kecelakaan dan dimakamkan dekat makam ayahnya; Hasyim Asy'ari di Jombang. Anak Wahid Hasyim yang tak kalah hebatnya, Abdurrahman Wahid. Kiai yang dikenal penuh dengan kontroversi ini sempat 15 tahun memimpin PBNU, salah seorang deklator PKB dan Presiden RI ke-4. Beliau meninggal akhir 2009. Bersama kakek dan ayahnya, Gus Dur, begitu dia sering disapa rekan sejawatnya dimakamkan juga di Tebuireng. Lama juga kami di Tebuireng. Yang jelas, sebagai orang kini dipercaya untuk memimpin PKB Sumatera Barat, tentu ziarah ke Jombang sangat besar artinya. Apalagi NU mengajarkan, bahwa kurnia itu datangnya dari Allah, syafaat dari Nabi dan berkah dari guru. Baik Hasyim Asy'ari, Wahid Hasyim maupun Gus Dur adalah guru bangsa, sekaligus Maha Guru PKB itu sendiri. Kami telah melihat dan datang langsung di kampung yang selama ini hanya kenal lewat buku. Kami merasakan, betapa pertautan NU dan PKB sebagai sebuah kekuatan besar yang sangat dahsyat. Tentunya perjalanan ini diharapkan mampu memberikan yang terbaik, terumata dalam melihat arti penting kebesaran NU dan PKB di Ranah Minang.
Dari Tebuireng, kami melanjutkan perjalanan ke Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif di Denanyar, Jombang. Pesantren itu didirikan oleh KH. Bisri Syansuri. Kami ke situ sowan dan bersilaturrahim dengan Ketua Umum DPP PKB, H. A. Muhaimin Iskandar, yang kebetulan pada kesempatan itu sedang pulang kampung. KH. Bisri Syansuri adalah kakeknya Muhaimin Iskandar. Rumah orangtuanya berada di komplek pesantren demkikian. Lagi-lagi kesempatan emas yang kami dapatkan. Waktu kami datang, di pesantren itu sedang diadakan seminar pra HAUL KH. Bisri Syansuri yang ke-33, yang kebetulan pematerinya; Muhaimin Iskandar, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI dan Helmy Faishal, Menteri PDT RI saat itu. Ada satu hal yang kami catat dari kebiasaan Ketua Umum PKB itu, yang selalu memberikan uang ala kadarnya kepada tukang becak di sekeliling Denanyar. Kabarnya, kata salah seorang tukang becak, hal yang seperti itu selalu dia terima pada waktu Muhaimin pulang ke rumah orangtuanya, sejak Muhaimin berada di Jakarta. Senanglah hati tukang becak itu menerima uang dari Menteri. "Ibu, ini Ketua PKB saya di Sumatera Barat. Febby namanya," kata Muhaimin memperkenalkan H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah kepada orangtunya. Setelah itu kami di suruh ikut oleh Ketua Umum ke kampung sebelah, karena dia diminta meresmikan keberadaan Kantor LP. Maarif NU Cabang Jombang.
Sorenya, Kamis itu kami sowan ke KH. Abdul Aziz Manshur di Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyi'in, di Pacul Gowang, Jombang. Kami tiba di kediamannya saat Ketua Dewan Syura DPP PKB itu tengah shalat Asar. Kami di suruh menunggu di ruangan tamu oleh pembantunya. Kami berbincang-bincang, memperkenalkan diri. Kiai paham dan merasa senang dikunjungi. Kiai Aziz turut mendoakan kami. Ikut berharap banyak, PKB Sumatera Barat bisa besar, seperti halnya PKB Jawa Timur juga. Saran Kiai Aziz, kami di suruh mengamalkan surat Alam Nasrah satu kali sehabis shalat Subuh. "Insya Allah, kalau surat itu diamalkan, semua permintaan kita akan dikabulkan Tuhan. Semua kesulitan kita akan dimudahkan-Nya," kata Kia Aziz kepada kami. Menjelang Magrib, kami meninggalkan kediaman dan pesantren Kiai Aziz. Kamipun mengakhiri rangkaian ziarah di Jawa Timur untuk saat itu. Malamnya kami terbang ke Jakarta dengan Lion Air. Dan pagi Jumat, kami menuju Tanah Kusir, di mana Bung Hatta dimakamkan, sebagai penutup dari rangkaian ziarah di pulau Jawa.
Selaku anak muda NU, kami ingin belajar dari sejarah. Ya, sejarah bangsa, sejarah NU dan PKB yang secara kebetulan untuk Sumatera Barat kami tengah menjalankan roda partai itu. Karena banyak orang sukses lantaran mau belajar dari sejarah masa lalu itu sendiri. Dan lagi ziarah dan budaya silaturrahim harus ditumbuh-kembangkan di tengah masyarakat. Apalagi orang yang kami kunjungi adalah orang-orang besar di zamannya. Paling tidak, kami telah melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang dulu, tentang arti penting sebuah ziarah kubur. Di makam ulama terkenal itu kami menampungkan telapak tangan, berdoa kepada Yang Maha Kuasa, melalui kemulyaan hamba-Nya yang dimakamkan di tempat itu, agar diberi kekuatan dan kemampuan dalam memimpin dan mengelola organisasi besar di daerah yang bukan basisnya. Kami punya harapan yang sangat besar, di tengah masa transisi PKB yang masih belum selesai. Kami mengambil nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan para ulama dan tokoh bangsa itu. Bung Karno, Gus Dur, Hasyim Asy'ari, Wahid Hasyim, Kiai Kholil, Bung Hatta, Sunan Ampel adalah orang-orang hebat di zamanya. Mereka telah membuat perubahan yang cukup signifikan, dan dirasakan oleh masyarakat republik ini hingga kini hari. Berkah-nya itulah yang kami ziarahi.       
Febby Datuak Bangso Nan Putiah lahir di Bukittinggi pada 05 Agustus 1976. Lulusan Sastra Inggris ini tercatat aktif di berbagai kegiatan pariwisata. Hingga saat ini dia Direktur PT. Salam Wisata Indonesia. Memulai karir dari Tour Guide, sehingga beliau akrab dengan semua orang pariwisata, baik dari airport, objek wisata, perhotelan, restaurant, souvenir shop. Untuk itulah dia dipercaya sebagai Sekretaris DPD ASITA Sumatera Barat. Di samping itu, dia juga sebagai Penasehat Himpunan Pramuwisata Sumbar, Bendahara Umum Himpunan Pramuwisata Indonesia. Yang menjadi kenangan manisnya, adalah menyelenggarakan Kongres pertama Tour Guide se Asia Tenggara (Ist SEATGA), yang berlangsung sukses, dan dihadiri oleh utusan negara-negara yang ada di Asia Tenggara. Sayang, kegiatan spetakuler tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh Pemrov Sumatera Barat, sehingga selaku panitia dia harus bertanggungjawab kerugian event sebesar itu.
Sebagai seorang anak muda NU yang senang berorganisasi, ayah dari Belya Sadira dan Fatya Risqi Ayla ini juga menjabat Ketua PC GP Ansor Kabupaten Agam, A'wan PWNU Sumbar. Suami dari Yulia Eka Sari ini setelah Kementerian PDT dijabat oleh Helmy Faishal Zaini ditunjuk menjadi TPP daerah tertinggal di Sumatera Barat. Pencitraan di media massa lokal yang sering dilakukannya, menjadikan dirinya sebagai icon dari daerah tertinggal itu sendiri. Dalam menyelenggarakan pertemuan TPP dan TPK Zona 1.3 Sumatera, seluruh peserta mempercayakannya sebagai Koordinator Zona daerah tertinggal. Pendiri LSM Bintang Sembilan Peduli Bangsa ini tidak pernah bermain-main dalam mengurus sesuatu. Sebelum dipercaya sebagai Sekretaris Caretaker DPW PKB Sumbar, Febby pernah menjabat Wakil Ketua DPC PKB Kabupaten Agam. Tercatat sebagai Caleg di Kabupaten Agam pada Pemilu 2009 lalu. Kesiapannya jauh melebihi Caleg yang maju ke DPR RI yang diusung PKB. Posko yang didirikannya, yang dipenuhi oleh kibaran bendera PKB, dengan kegiatan-kegiatan yang sangat maksimal, walaupun pada akhirnya suara yang dia peroleh cukup baik, tetapi belum mampu mengantarkannya menjadi anggota legislatif.
Setelah penghitungan suara tahu dirinya tidak berhasil, segera dia mengirim SMS ucapan selamat kepada Caleg partai lain yang berhasil, dan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantunya selama kampanye. "Anggota DPRD bukanlah tujuan akhir untuk berjuang terhadap PKB dan NU. Terima kasih atas suport dan bantuannya. Ini adalah pelajaran buat kita," demikian antara lain SMS nya. Anak muda NU ini bercita-cita menjadi pengusaha PKB yang sukses. Hingga kini jatuh bangun dan masih terus belajar dalam berbusines. Namanya juga usaha, katanya ringan. Febby juga diberi kepercayaan sebagai salah seorang pengurus KADIN Sumatera Barat periode 2011-2016, tepatnya sebagai Ketua Komite Pemberdayaan Organisasi. Refleksi Pemilu 2009, yang juga diikuti oleh PKB, baginya adalah sebagai inspirasi, bagaimana membuat PKB ini bisa menjadi lebih baik. Mobilnya pernah jadi kantor DPW PKB Sumbar, kurang lebih selama satu tahun, di saat dia sebagai Kepala Sekretariat kantor DPW. Baginya itulah pelajaran awal untuk memanajerial organisasi. Dengan direvisinya kepengurusan DPW PKB, Febby Sutan Mudo menjadi salah seorang Wakil Ketua. Revisi kepengurusan DPW itu ternyata masih belum sesuai dengan yang diharapkan oleh DPC PKB yang ada di Sumbar ini. Finalnya, DPW PKB Sumatera Barat di caretaker oleh team 9. Menjadi salah seorang team yang amanah, membuatnya dicemooh, difitnah dan sangat diragukan, bahkan oleh kader PKB itu sendiri, yang menganggap dirinya sebagai anak bawang yang masih bau kencur. Dengan satu tekat dan keikhlasan bersama teman team 9, dia mulai menata organisasi PKB Sumbar. Terobosan-terobosan dan penataan yang dilakukannya, mulai dengan membentuk kembali PPKB dan DKW Garda Bangsa, adalah tidak lepas dari satu kalimat yang pernah diucapkan Ketua Umum DPP PKB, H. A. Muhaimin Iskandar kepadanya, 'PKB Sumbar jangan salah terus'. Dengan diluncurkannya target DPP PKB 100 kursi di Senayan, dia menyatakan bersama teman-temannya team 9, PKB Sumbar harus jadi bahagian dari sejarah Senayan 2024.


Panwaslu Nagari Terbentuk, Bawaslu Tutup Pendaftaran

Lubuk Alung--Pendaftran Calon Pengawas Pemilu Nagari di Kabupaten Padang Pariaman resmi ditutup, 22 Februari 2020 pada pukul 23.59 Wib. "Karena sudah memenuhi kuota, maka tidak ada lagi masa perpanjangan pendaftan Panwaslu Nagari, pada 103 nagari," kata Ketua Bawaslu Padang Pariaman Anton Ishaq, Minggu (23/2), di Lubuk Alung.
Menurut Anton, berdasarkan hasil rekapitulasi Bawaslu Padang Pariaman sampai penutupan tanggal 22 Februari 2020, dari 17 kecamatan jumlah pendaftar mencapai 361 peserta yang terdiri dari 201 orang laki-laki serta 160 perempuan.
"Cukup luar biasa partisipasi masyarakat untuk bergabung menjadi Pengawas pemilu. Ini tidak terlepas berkat kerja keras jajaran Panwascam se Kabupaten Padang Pariaman. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kawan Panwascam pada 17 kecamatan," ucap Anton.
Dijelaskanya, sesuai petunjuk teknis Bawaslu RI nomor 0215 karena tiap Kelurahan/Desa/Nagari telah memenuhi kuota, maka 17 Panwaslu Kecamatan tidak lagi akan memperpanjang masa pendaftaran," ulas Anton
Ketua Bawaslu Padang Pariaman yang juga Koordinator Divisi SDM dan Organisasi Anton Ishaq mengatakan, tugas utama dari Pengawas Kelurahan/Desa/Nagari adalah mengawasi seluruh tahapan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah di Kelurahan/Desa/Nagari.
Di antaranya, pelaksanaan pemutakhiran data pemilih, pelaksanaan kampanye, perlengkapan pemilihan dan pendistribusiannya, pelaksanaan pemungutan suara dan proses penghitungan suara di setiap TPS.
Kemudian  pengumuman hasil penghitungan suara di setiap TPS, pengumuman hasil penghitungan suara dari TPS serta tahapan-tahapan yang telah di tetapkan oleh Bawaslu RI.
Panwaslu Kelurahan/Desa/Nagari terpilih sebanyak 103 nagari usai dilantik nantinya akan di-Bimtek agar dapat melaksanakan tugas tugasnya di lapangan dalam mengawasi pemilihan kepala daerah. (501)

Distan KP Padang Pariaman Lakukan Operasi Pasar Bawang Putih

Pakandangan--Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) bekerjasama dengan Dinas Pangan Provinsi Sumatera Barat melakukan operasi pasar untuk komoditi bawang putih. Operasi pasar ini dilaksanakan pada 2 titik, Pasar Pakandangan dan Pasar Gasan, Kamis (20/2).
Kepala Distan KP Padang Pariaman Yurisman menyebutkan, operasi pasar ini dilaksanakan karena 2 minggu terakhir ini di Provinsi Sumatera Barat harga bawang putih berada pada kisaran Rp50.000 s/d Rp60.000, perkilogram. Begitupun di Kabupaten Padang Pariaman, harga rata-rata bawang putih di atas Rp50.000. Pada hari-hari biasa harga bawang putih hanya pada kisaran Rp20.000, s/d Rp30.000 perkilogram.
"Sesuai dengan ketentuan, operasi pasar dapat dilaksanakan jika kenaikan harga sudah melebihi 25%. Jika harga bawah putih ini terus naik, maka akan memicu kenaikan inflasi. Berdasarkan data Bank Indonesia untuk Provinsi Sumatera Barat di bulan Januari inflasi sudah mencapai 0,6 %," ujar Yurisman. 
Kegiatan Operasi Pasar Bawang Putih di Pasar Pakandangan turut dihadiri oleh Asisten Pembangunan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Hj. Nety Herawati. Ia mengingatkan, operasi pasar ini tepat sarasan dan dapat meningkatkan daya beli masyarakat.
Masyarakat Kabupaten Padang Pariaman cukup antusias dengan operasi pasar ini, karena bawang putih dijual dengan harga Rp32.000,- per kilogram.
Dalam operasi pasar ini Dinas Pangan Provinsi Sumatera Barat melalui Toko Tani Indonesia Center (TTIC) menyalurkan 1 ton bawang putih. Dengan  operasi pasar ini dapat mengendalikan / menstabilkan harga bawang putih di pasaran. (501)

Bupati Ali Mukhni Keynote Speaker Rakerkesnas 2020

Padang Pariaman--Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni menjadi narasumber Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2020 Kementrian Kesehatan RI, Kamis lalu di gedung Theater Jakarta International Expo (JI-EXPO).
Dalam rapat ini, bupati bertindak selaku pemateri mengekspos upaya penurunan stunting melalui pemanfaatan data surveilans gizi di Kabupaten Padang Pariaman.
"Padang Pariaman masuk sebagai kabupaten percontohan (Smart City) tentunya dalam hal ini semua elemen berbasis teknologi sampai ke tingkat nagari dan posyandu. Kegiatan surveilans berbasis teknologi ini sangat menunjang untuk mewujudkan smart city, yang mana semua informasi dan pelaporan tentang permasalahan kesehatan, status gizi ibu hamil dan bayi dapat dilihat dengan mudah hanya melalui gadget sehingga pemerintah dapat memantau deng mudah," ujarnya.
Ia juga menambahkan, jika dilihat dari hasil surveilans gizi yang telah dilakukan oleh tim petugas gizi beserta tim di 25 puskesmas yang ada di Kabupaten Padang Pariaman dengan menggunakan aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat, dengan angka stunting hanya 16,1 persen di bawah batasan WHO.
"Hasil Surveilans gizi melalui e-PPGBM kami pemerintah Kabupaten Padang Pariaman sangat mudah memperoleh informasi mengenai kasus-kasus adanya balita yang mempunyai masalah pertumbuhan dan perkembangannya by name by addres yang perlu ditindak-lanjuti segera," tambahnya.
Orang nomor satu di Kabupaten Padang Pariaman ini juga menyebutkan, kebijakan dan upaya yang dilakukan pemerintah dalam percepatan dan pencegahan penurunan stunting dengan pemanfaatan data surveilans gizi, yaitu komitmen bersama sekretaris daerah dan seluruh lintas OPD se Kabupaten Padang Pariaman untuk pelaksanaan percepatan pencagahan stunting sampai tingkat nagari, melalui program PAPALIGA (Padang Pariaman Peduli Keluarga) dan silenting (aksi bersama lintas sektor entaskan stunting).
Dalam kesempatan tersebut ada empat kepala daerah sebagai percontohan/pilot project yang menggabungkan lintas sektoral dalam menangani permasalahan kesehatan, yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Flores Timur dengan memaparkan berbagai keunggulan masing-masing daerahnya. (501)

OPD Tercepat Melakukan Pengipmputan LHKP Diberikan Reward

Padang Pariaman--Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni menghimbau agar seluruh pejabat di lingkungan Pemkab yang dipimpinnya melakukan pengisian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, yaitu tanggal 1 Januari hingga 28 Februari 2020.
"Padang Pariaman menargetkan pengisian LHKPN tahun ini mencapai 100 persen," ujar Ali Mukhni saat menerima laporan tim Inspektorat di ruang kerjanya, Parit Malintang, Rabu lalu.
Orang nomor satu di Padang Pariaman itu mengatakan, bahwa LHKPN ditujukan bagi para pejabat di jajaran eksekutif dan legislatif yang merupakan tindak-lanjut dari program pencegahan korupsi dari KPK RI. Tujuannya untuk mewujudkan penyelenggara negara dalam mentaati azas-azas umum penyelenggara negara yang bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) serta membangun integritas Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menjalankan tugasnya.
“Kami berkomitmen membangun pemerintahan yang profesional, bersih dan akuntabel,” ujar peraih penghargaan Satya Lencana Pembangunan itu.
Sementara Inspektur Hendra Aswara mengatakan, penginputan LHKPN sudah mencapai 65,88 persen. Artinya dari 211 Wajib lapor, yang telah melakukan penginputan sebanyak 139 orang sedangkan yang belum sebanyak 72 orang lagi. “Sesuai arahan Bapak Bupati Ali Mukhni, akhir Februari sudah 100 persen. Insha allah, kita akan penuhi target tersebut,” kata Hendra didampingi Admin LHKPN Budi Maisal.
Ia juga mengapresiasi perangkat daerah tercepat penginputan LHKPN, yaitu Sekretariat Daerah yang telah 100 persen pada awal Februari yang lalu. “Bapak Bupati Ali Mukhni akan memberikan penghargaan kepada OPD tercepat penginputan LHKPN sebagai komitmen dalam menyukseskan program pencegahan korupsi,” ujar eselon dua termuda di Padang Pariaman itu. (501)

Serapan Anggaran Tertinggi Adalah Realisasi APBD Pro Rakyat

Padang Pariaman--Realisasi belanja APBD Kabupaten Padang Pariaman tahun anggaran 2019 menjadi yang tertinggi di Sumatera Barat. Kabupaten ini mampu mencapi angka tertinggi, yaitu 95, 46 persen, disusul Kabupaten Agam 95,18 persen dan Kabupaten Solok 95,16 persen.
“Alhamdulillah serapan anggaran tertinggi sebagai bukti APBD pro rakyat dan menggerakkan ekonomi masyarakat. Ini pencapaian yang luar biasa dan kita semua tahu, bahwa Padang Pariaman selalu di atas rata-rata setiap tahun,” ujar Bupati Ali Mukhni di Parit Malintang, Jumat (21/2).
Bupati Ali Mukhni mengapresiasi seluruh pihak yang telah bersungguh-sungguh dalam merealisasikan APBD 2019. Namun, ia mengingatkan kepada pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) agar jangan terlena dengan hasil yang telah dicapai karena perbedaan angkanya tidak terlalu jauh.
Ke depan, kata Ali Mukhni, realisasi anggaran harus lebih baik lagi dan melaksanakan kiat program lebih cepat. Orang nomor satu di Padang Pariaman itu mengatakan, ada beberapa kiat untuk memaksimalkan serapan anggaran tahun 2019. Di antaranya mempercepat proses tender pengadaan barang dan jasa di awal tahun, Pendampingan kegiatan fisik dengan TP4D Kejaksaan Negeri Pariaman dan pengawasan oleh APIP Inspektorat terhadap efisiensi anggaran.
“Sinergitas antar OPD, peran aktif TP4D dan Optimalisasi peran APIP Inspektorat menjadi faktor penting terhadap realisasi anggaran,” kata bupati yang enam kali meriah Opini WTP dari BPK itu.
Sementara, Sekda Jonpriadi yang didampingi Inspektur Hendra Aswara membenarkan bahwa peran APIP Inspektorat sebagai early warning system sangat penting dalam pemantauan penyerapan anggaran, agar dapat menjaga momentum pertumbuhan sektor rill yang lebih lanjut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Benar yang disampaikan Bapak Bupati Ali Mukhni, 2019 kita bekerja keras merealisasikan anggaran, juga ada pengawalan dari TP4D dan dimonitoring langsung oleh bupati setiap bulannya,” ujar Jonpriadi. (501)

Rabu, 19 Februari 2020

Belajar dari Nazar Sidin yang Selalu Memberikan Sesuatu kepada Partai

Ditemui di kediamannya di kawasan Komplek Puri Beta, Tangerang, Provinsi Banten tampak H. Nazar Sidin santai dan tenang. Dia bersama anaknya, Jeffry Ens habis melakukan shalat Jumat. Penulis bersama Ketua DPW PKB Sumatera Barat, H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah dan Wakil Ketua; H. Aminullah sengaja datang menemui Ketua DPW PKB Sumbar pertama itu, untuk sebuah silaturrahim dan tentunya ingin belajar banyak tentang membangun partai yang baru saja selesai dari berbagai kemelut ini.

Kami meluncur dari Jakarta Pusat menggunakan mobil Avanza, setelah sebelumnya ziarah ke makam Bung Hatta, di Tanah Kusir, Jakarta Timur, Jumat (18/5-2012). Terasa waktunya sangat pas, karena Nazar Sidin dalam keadaan siap untuk menerima tamu. Apalagi tamu itu merupakan anak muda yang ingin membuat sejarah baru dalam partai yang dia pimpin dari 1998 hingga 2004 tersebut.

Dia merasa tersanjung. Ingatannya tentang percaturan PKB Ranah Minang yang dia kendalikan dulunya, kembali terngiang-ngiang dalam ingatannya, setelah bincang-bincang kami diawali oleh Febby, Ketua PKB yang tak ingin berdiam diri. Memang, sewaktu pertama kali memimpin PKB di daerah yang bukan basis, banyak suka duka yang dialami Nazar Sidin bersama kawan-kawannya.

Apalagi kala itu kepengurusan hanya main tunjuk-tunjuk saja, baik yang di DPW hingga ke DPC-DPC. Tetapi, PKB cukup punya andil yang lumayan besar semasa dipimpinnya. Ada sejumlah anggota DPRD yang duduk di kabupaten dan kota, serta dia sendiri yang duduk di DPRD Provinsi Sumatera Barat.

Sebagai orang yang dikenal santun dan selalu punya solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi DPC PKB dulunya, hingga kini seorang Nazar Sidin masih tetap begitu. Walaupun bicaranya agak mulai susah, lantaran penyakit stroke yang menyerangnya sejak beberpa tahun yang silam, namun dia tetap mampu mengingat kenangan manis yang pernah dia torehkan dulu bersama pengurus lainnya.

"Awalilah kepemimpin itu dengan tulus dan ikhlas. Jangan kemukakan uang. Sebab, PKB didirikan oleh ulama yang tergabung dalam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Seperti diketahui, para ulama dalam melakukan perjuangan tidak banyak berharap, selain dari karunia Allah SWT. Dan demikian itu telah kita mulai pada saat PKB hadir pertama kali di bumi Ranah Minang. Saya bersama Saaruddin Stani dipanggil oleh Buya Gani Latif. Buya yang pertama kali mendapat mandat itu tak ingin bola mati di tangannya. Lalu kami datang, ngobrol atau rapat-rapat kecil di rumahnya, mempersiapkan PKB Sumbar itu seperti apa," cerita Nazar Siddin.

Acap juga pertemuan pasca pertama kali bersua bersama di rumah Buya Gani Latif demikian. Bahkan, kami juga melakukan rangkaian pertemuan di rumah Buya Aziz Shaleh Tuanku Mudo, tokoh NU yang sangat terkenal. Setelah berkali-kali melakukan pertemuan, barulah dibuat struktur kepengurusan, yang Ketua Dewan Syura-nya langsung dijabat Buya Gani Latif. Waktu tak panjang untuk bersantai-santai. Dalam beberapa hari lagi Pemilu 1999 akan digelar.

Kami berjalan dengan segala kekurangan dan kelemahan. Memanfaatkan semua relasi, terutama mereka yang pernah bergelud dan berkiprah dulunya di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Begitu juga tokoh-tokoh NU yang ada di daerah di hubungi, lalu di buatlah kepengurusan pada tingkat kabupaten dan kota.

Nazar Sidin tampak optimis PKB Sumbar kedepan bisa lebih baik dan rancak. Sosok anak muda yang mendominasi pengurus PKB daerah ini dinilainya mampu membuat perubahan terhadap partai itu sendiri. Memang, pada zamannya PKB belum mampu berbuat banyak. Di samping dia yang duduk di DPRD provinsi, adalagi di DPRD Kabupaten Pesisir Selatan, Limapuluh Kota, Pasaman, Kabupaten Solok, Sijunjung masing-masing satu anggota dewan asal PKB. Dengan keterbatasan tersebut, Nazar Sidin selalu jadi harapan dan tumpuan bagi banyak DPC kala itu.

Baginya, setiap kali anggota dan pengurus DPC PKB yang datang ke rumah dan kantornya, selalu membawa berkah tersendiri. Uang partai yang ada di pemerintahan selalu diberikannya buat pembangunan partai. Dia tidak ingin konstituen dan pengurusnya pulang ke rumah dengan kecewa. Bahkan, untuk bon minyak bensin sekalipun ikut diberikannya kepada warga PKB yang datang menemuinya. Itulah sosok Nazar Sidin dalam membangun partai.

Dia mengajak pengurus PKB Sumbar saat ini untuk selalu mengemukakan politik santun. Baik terhadap sesama, maupun terhadap eksternal di luar PKB. Dengan santun itulah banyak orang akan segan melihat partai yang didirikan ulama ini. Dan juga dengan ini pula kita mampu berbuat yang lebih untuk kebesaran partai. Sejak dulu, kita sangat berniat dan bertekad untuk bisa urang awak duduk di Senayan lewat PKB ini.

Melihat perkembangan yang ada saat ini, ketika membandingkan dengan PKB dulu, Nazar Sidin yakin PKB Sumbar akan mampu untuk itu. Bagi Nazar Sidin yang banyak menghabiskan waktunya untuk duduk dan berdiam diri, tetap selalu ingin PKB Sumatera Barat tampil kedepan, memberikan keseimbangan pergerakan ulama, di mana Ranah Minang adalah kampungnya ulama.

Secara struktur, memang ulama daerah ini tidak banyak yang singgah di NU. Namun secara kultur, ulama urang awak adalah penganut paham Ahlussunnah wal jamaah, yang notabene PKB lah satu-satu partai di republik ini yang berpahamkan demikian.

Seperti diketahui, Nazar Sidin pada Muswil PKB Sumbar pertama terpilih sebagai Ketua Dewan Syura, menggantikan Buya Gani Latif yang telah berusia lanjut. Sebelum berkiprah di PKB, Nazar Sidin merupakan seorang birokrat, yang mengakhiri karirnya di Biro Humas Provinsi
Sumatera Barat.

Dia juga seorang penulis, yang telah banyak melahirkan karya buku. Semasa dia menjabat Kepala Biro Humas, Gamawan Fauzi, yang pernah menjabat Menteri Dalam Negeri RI pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, adalah stafnya yang membidangi Pemberitaan. Setelah
pensiun, Nazar Sidin langsung terjun ke PKB, karena panggilan ulama; Buya Gani Latif dan saran dari teman-temannya semasa di PMII. Dia merasa beruntung, karena selama memimpin PKB tidak terjadi konflik, yang banyak menghabiskan energi.

Buya Abdul Gani Latif

Dijadikannya Nazar Sidin sebagai Ketua DPW PKB Sumbar periode pertama, tidak bisa dilepaskan dari pengaruh besar yang dimainkan Buya Abdul Gani Latif, yang ketika itu beliau sendiri yang menjabat Ketua Dewan Syura-nya. Buya adalah tokoh teras NU Ranah Minang. Seperti ditulis oleh Bagindo Armaidi Tanjung di NU Online, Buya Gani Latif adalah seorang ulama yang sekaligus pejuang. Ketika tentara Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942, Sekolah Tinggi Islam ditutup. Masyarakat diarak untuk mengikuti kerja rodi (paksa). Seperti pemuda lainnya, Buya mengikuti latihan militer di Kandang Ampet, Kabupaten Padang Pariaman untuk kepentingan Jepang. Tahun 1946, Buya dengan pangkat Letnan Dua ditugaskan sebagai Staf Resimen VI. Karirnya sebagai orang militer tidak berlanjut. Tahun 1950 Buya meninggalkan tugas militer, dan selanjutnya beralih menjadi seorang guru agama.

Buya Lahir tahun 1920 di Desa Siteba, Kecamatan Nanggalo (sekarang kawasan perumahan dan pasar) Kota Padang. Sebagai orang Minangkabau, Buya Gani, begitu dia akrab dipanggil, menyandang gelar pusako Malin Mudo, sekaligus kepala waris dalam kaum Suku Koto di kaumnya. Masa kecilnya sama seperti anak-anak lain ketika negara Indonesia masih dijajah bangsa Belanda. Menghabiskan waktu untuk  mengaji di surau. Usia sekolah, Buya kecil masuk sekolah desa (Governemen) dan meneruskan pendidikan ke Thawalib Padang Japang, Kabupaten Limapuluh Kota selama satu tahun. Selanjutnya pindak ke Thawalib Tiakar, Payakumbuh sampai tamat tahun 1935. Setahun kemudian Buya melanjutkan pendidikan ke Normal Islam di Padang, dibawah pimpinan H. Muhammad Yunus, tamat tahun 1940. Kemudian tahun 1941 melanjutkan ke Pendidikan Islam Tinggi (semacam perguruan tinggi IAIN sekarang) sebagai lanjutan Normal Islam.

Sebelum Jepang menjajah Indonesia, Buya Gani pernah mendirikan Sekolah Thawalib tahun 1935. Tahun 1936 tercatat 190 orang muridnya. Tempat belajarnya menggunakan beberapa surau yang ada disekitar sekolah yang setingkat dengan Tsanawiyah ini. Pendirian sekolah itu dilakukannya karena dorongan amanah dari Syekh Ibrahim, guru Buya Gani. Dengan alasan, kurangnya lembaga pendidikan agama di Padang. Materi yang diajarkan diperoleh dari gurunya Syekh Ibrahim Hasan, seperti Ilmu Nahwu, Sharaf, Mantiq, Tarikh, Tafsir, Fiqih, dan lain-lain. Namun sekolah itu tidak berumur panjang, lantaran ditutup Belanda, karena dinilai menentang pemerintahan. Buya tidak kehilangan akal. Nama sekolah tersebut digantinya menjadi Persatuan Islam.

Tahun 1959 Buya Gani masuk organisasi Partai Nahdlatul Ulama (PNU). Setelah terjadinya pemberontakan PRRI di Sumatra Barat, memang banyak tokoh agama Islam yang berbondong-bondong bergabung dengan NU, sebagian benar-benar bermaksud memajukan syiar Islam bersama NU, sebagian lainnya sekedar agar tidak dianggap pemberontak. Dengan cara bergabung dengan NU, banyak ulama yang diselamatkan oleh Buya Gani dari anggapan pemberontak. Diantaranya; Buya H. Darwas Idris dan Buya Yacub Thalib. Gelar 'Kyai' diperoleh Buya Gani dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tahun 1984. Sejak bergabung dengan NU, beliau aktif dalam berbagai aktifitas NU, termasuk ketika NU berafilisai dengan PPP dan ketika NU memasilitasi pendirian PKB, hingga terakhir beliau dipercaya menjadi Rais Syuriah PWNU Sumatra Barat (1999 – 2004). Wajar saja, Nazar Sidin, Saaruddin Tsani, Amirdas Datuak Kudo Bagak masuk PKB pertama kalinya karena dorongan kuat Buya demikian. Dialah orang pertama yang menerima mandat dari Gus Dur dan DPP PKB.

Buya Gani wafat tahun 2003 di Padang. Meskipun PKB hadir pada saat usianya telah lanjut, tetap saja jasanya menjadi spirit oleh generasi berikutnya. Menurut Firdaus Djafri, cucu Buya Gani, Buya wafat meninggalkan tujuh orang anak; Hj. Jafri Gani, Hj. Hastini Gani, Fahri Gani, Aisyah Gani, Khadijah Gani, Rahimi Gani, dan Mujahid Gani.