Rabu, 19 Februari 2020

Menurut Amirdas Datuak Kudo Bagak PKB Sumbar Tinggal Selangkah Lagi Menuju Senayan

Memanfaatkan hari tuanya, H. Amirdas Datuak Kudo Bagak banyak menghabiskan waktunya di ladang. Dia bertani menggarap lahan seluas delapan hektar di Korong Batang Sariak, Nagari Ketapiang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Dia tak banyak lagi mengurusi partai. Apalagi, Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) yang dia geluti pasca keluar dari struktur PKB Sumatra Barat sudah dipastikan tak lagi ikut Pemilu.
Dia tampak santai bergelut dengan profesi petani. Rupanya, secara diam-diam Amirdas punya investasi besar dalam menyambung hidupnya. Bapak lima orang putra-putri demikian merasa senang, ketika di datangi di pondoknya. Lelah dari kebun seolah terobati pada saat melihat penulis yang menemuinya, adalah orang yang sering bagarah dengannya sewaktu ber-PKB dulu.
Memorinya kembali tersingkap luas. Secara spontan dia mengatakan; meskipun tak lagi dalam struktur PKB, hatinya tetap bersama partai yang didirikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini. Seumur hidup, Ketua DPW PKB Sumbar hasil Muswil pertama ini tak pernah bergabung dengan partai lain. Dipilihnya PKNU setelah PKB, karena partai ini merupakan pentolan dari PKB itu sendiri, dan karena berhubungan baik dengan H. Chairul Anam, Ketua Umum DPP PKNU demikian. Di samping juga anjuran dari seniornya, H. Alwi Shihab dan H. Saifullah Yusuf, yang diikutinya sejak dari Muktamar II PKB di Semarang, Jawa Tengah tahun 2005 silam.
Secara jujur, Amirdas bergabung ke PKB hanyalah karena diajak oleh Saaruddin Tsani. Soal idiologi dan pemahaman Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) yang diusung PKB, itu baru belakangan diperolehnya. Awalnya, istrinya Hj. Hamidar karena berteman dekat dengan istrinya Saaruddin Tsani. Hubungan baik antara istri itulah terjalinnya komunikasi politik antara dia dengan Saaruddin Tsani. Berkali-kali Amirdas dihubungi untuk bisa bergabung dengan PKB, akhirnya dipenuhinya. Sebab, orang yang pertama kali mengajak Saaruddin Tsani masuk PKB adalah Buya Gani Latif.
Pengurus pertama, Amirdas dipercaya sebagai Wakil Bendahara. Alasannya cukup pas, karena Amirdas adalah seorang pengusaha yang terbilang sukses kala itu. Amanah itu diembannya, dan pada Pemilu 1999 Amirdas ikut menjadi Caleg dari Kabupaten Solok untuk DPRD Sumatera Barat. Tapi tak berhasil jadi anggota dewan terhormat. Muswil pertama pada 2002, dia menjabat Ketua DPW, dan H. Nazar Sidin Ketua Dewan Syura-nya. Dia bersaing dengan Azwandi Rahman. Hampir 75 persen suara DPC dia kuasai saat Muswil demikian.
Amirdas merasakan pada periode awal itu sangat sulit untuk mengembangkan partai. Di samping juga tak ada finansial yang kuat menopang kekuatan PKB untuk maju dan bergerak. Namun selaku pengurus, Amirdas bersama pengurus lainnya tetap berupaya sekuat tenaga untuk bisa menjadikan PKB sebagai kekuatan politik yang bisa diperhitungkan. Pengurus yang dibentuknya di kabupaten dan kota hampir tak mampu bekerja. Dan juga pengurus kala itu banyak yang tertulis di atas kertas. Inilah yang menjadi kesulitan, sehingga kekuatan PKB belum diperhitungkan hingga ini hari.
Dari 1998 hingga 2005 Amirdas berada di PKB Sumatera Barat yang dirasakannya cukup banyak juga. Walaupun saat itu PKB belum kenal dengan konflik. Konflik di nasional antara kubu Matori Abdul Djalil dengan Alwi Shihab sama sekali tak mempengaruhi PKB Ranah Minang. Termasuk dirinya sendiri yang keluar dari PKB hanya karena habis masa jabatan dan telah usai satu periode. Hanya tinggal beberapa bulan menjelang Muswil berikutnya.
Di bawah kepemimpinan Amirdas, PKB Sumbar tak bisa bicara banyak, selain dua kursi yang dihasilkan oleh Pemilu 2004 di Kabupaten Pasaman. Padahal ketika musim Pemilu 2004, Caleg DPR RI dari PKB-lah satu-satunya yang mampu memakai baliho berskala besar; H. Sudirman Datuak Pangulu Rajo.
Kedepan dia sangat mengharapkan para pengurus PKB bisa bekerja secara maksimal. Apalagi basis Aswaja yang menjadi paham PKB, sebenarnya banyak dan terbesar di daerah ini. Tinggal lagi cara kerja yang dilakukan pengurus dalam menggaet suara dan simpatisan. Memperbanyak turun ke bawah, memperkuat jaringan PKB hingga ke seluruh nagari yang ada.
"Dengan adanya pengurus anak muda; H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah, PKB Sumbar mampu dan harus bisa bicara banyak. Apalagi saat ini banyak terobosan baru yang dilakukannya di tengah masyarakat Sumatera Barat itu sendiri, yang mampu menarik perhatian banyak orang luar untuk melirik PKB. Gerakan itu harus dilakukan secara berkesinambungan, di dukung oleh finansial yang cukup pula, lalu mengurus partai secara bertanggungjawab, insya Allah kemenangan akan berpihak kepada kita," kata dia, Sabtu 26 Mei 2012.
Amirdas lahir di Muaro Paneh, Kabupaten Solok pada 4 April 1940 ini mulai masuk dunia politik sejak era reformasi. Menjabat Wakil Bendahara DPW PKB Sumbar. Muswil pertama mengantarkannya menjadi Ketua DPW PKB hingga berakhir setelah Pemilu 2004. Pasca itu, Amirdas dipercaya sebagai Ketua DPW PKNU Sumatera Barat. Kini, dia sangat berharap PKB di daerah ini bisa gadang, yang tentunya mampu memperjuangkan aspirasi kaum Aswaja itu sendiri, yang selama ini merasa terpinggirkan.
Dia terus berdoa, agar partai yang pernah dia pimpin itu menjadi kekuatan yang diperhitungkan di kalangan politisi Minangkabau, dan harus bisa mengirim wakilnya ke DPR RI di Senayan, Jakarta sana.
Hasil Pileg 2019, PKB dapat tiga kursi di DPRD Sumatera Barat. Artinya, kata Amirdas, partai ini tinggal selangkah lagi untuk menembus Senayan. "Saya yakn, Pileg 2024 PKB mampu menembus itu. Dan tentunya, sebuah prestasi yang amat sangat luar biasa buat Ketua DPW PKB Febby Datuak Bangso," ujar dia.

1 komentar:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    BalasHapus