Rabu, 21 September 2016

Guru Syekh Burhanuddin Makam Tuanku Madinah di Toboh Kambie Diperbaiki

Guru Syekh Burhanuddin
Makam Tuanku Madinah di Toboh Kambie Diperbaiki

Padang Pariaman--Matahari pagi baru menyembulkan sinarnya. Embun masih membasahi dedaunan dan rumput. Para pekerja yang dapat "proyek" mengerjakan perbaikan makam Syekh Abdul Arif atau Tuanku Madinah sudah sibuk dengan pekerjaannya. Yang punya proyek berpikiran, masak makam ulama besar yang guru oleh Syekh Burhanuddin Ulakan tak terurus dengan baik.
    Tuanku Mayor namanya yang mengerjakan perbaikan makam tersebut. Dia seorang ulama tinggal di Toboh Baru, Ampalu. Kampungnya di V Koto Kampuang Dalam, Kabupaten Padang Pariaman. Sedangkan Bagindo Junaidi, adalah seorang tokoh masyarakat Toboh Kambie, Nagari Lareh Nan Panjang, tempat makam Tuanku Madinah demikian. Tuanku Mayor selalu berkoordinasi dengan Bagindo Junaidi untuk perbaikan makam tersebut.
    "Ini saya sendiri yang membiayai pembangunan gubahnya," kata Tuanku Mayor. Hingga sekarang, belum ada bantuan dana dari pemerintah. Awalnya, Tuanku Mayor melakukan ziarah keliling Padang Pariaman. Dan sesampai di Toboh Kambie, makamnya Tuanku Madinah, Tuanku Mayor merasa tidak nyambung saat ziarah dan zikir dalam gubah kumpulan makam para Tuanku Kadhi VII Koto Sungai Sariak tersebut.
    Setelah Tuanku Mayor bicara panjang lebar dengan masyarakat sekitar makam itu, termasuk dengan Bagindo Junaidi, ternyata yang makam Tuanku Madinah di luar arena gubah. "Di sinilah saya punya inisiatif untuk membuat gubah yang bagus, dan rancak sehingga para peziarah nyaman melakukan ritual keagamaan itu," kata dia.
    Menurut cerita Bagindo Junaidi, Tuanku Madinah termasuk ulama yang gigih dalam mengajar. Syekh Burhanuddin adalah murid kesayangannya, yang akhirnya dia rekomendasikan untuk meneruskan pelajarannya ke Syekh Abdul Rauf, Aceh. Karena Syekh Abdul Rauf kawan seperjuangan oleh Tuanku Madinah dulunya bersama Syekh Abdul Qusyasi di Madinah al-Munawarah.
    Bagindo Junaidi menyebutkan, seseorang yang melakukan penelitian tentang Tuanku Madinah ini akhirnya sampai di Toboh Kambie. Dia itu sudah lebih 20 tahun lamanya mencari keberadaan makam Tuanku Madinah. "Alhamdulillah, beberapa waktu lalu kita melakukan seminar sehari di komplek makam ini, untuk membuat catatan biografi Tuanku Madinah," ujarnya.
    "Cerita tentang Tuanku Madinah hilang, saat dia pergi meninggalkan Tapakis, Kecamatan Ulakan Tapakis untuk menjeput Kitab Tuhfah milik dia di Tiku, Kabupaten Agam," ungkap Bagindo Junaidi. Nah, meninggalkan Tapakis diartikan oleh orang Ulakan dengan meninggal dunia. Ini tentunya sebuah pandangan yang keliru yang harus diluruskan kembali. Bukan meninggal dunia, tetapi meninggalkan Nagari Tapakis.
    Dari Tapakis, Tuanku Madinah berjalan menuju Tiku, dan akhirnya menetap di Toboh Kambie. "Toboh Kambie dan kampung sekitarnya ini sejak dulunya bernama Madinah, karena kebesaran Tuanku Madinah dalam meng-Islam-kan masyarakat," sebut Bagindo Junaidi. Dia merasa punya tanggungjawab moral untuk perbaikan makam ini, karena dia salah satu pewaris tanah ulayat tempat makam tersebut.
    Hingga saat ini para tukang atas suruhan Tuanku Mayor masih berjibaku dalam bekerja. "Kita tidak punya target dalam pengerjaan ini. Yang penting, saat uang ada untuk beli bahan dan upah tukang, pekerjaan dilanjutkan. Namun, bila kondisinya sedang minim, tentu istirahat kita dudukan sementara," ujar Tuanku Mayor. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar