Selasa, 27 September 2016

Ketahanan Pangan Nasional dari Beras Padang Pariaman

Diduga Hanyut di Sungai Batang Anai, Rudy Ditemukan Jadi Mayat

Batang Anai--Diduga hanyut di Sungai Batang Anai, Minggu (14/3), Selasa kemarin jenazah Rudy ditemukan. Diperkirakan hanyut sepanjang tiga kilometer dari Nagari Buayan Lubuk Alung, bersua di Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai.
    Walinagari Buayan Deni Setiawan kepada Singgalang menjelaskan, bahwa Rudy, anak umur 30 tahun itu merupakan warga Buayan. Memiliki seorang anak, dengan istri yang tinggal di Kota Padang. "Rudy ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa," kata Deni Setiawan.
    "Dia telah kita kuburkan secara bersama di padam pekuburan keluarga di Buayan. Awal kejadian, Minggu siang itu dia pergi bersama temannya ke Sungai Batang Anai untuk menuba udang. Sehabis tuba diserakan dalam sungai, Rudy pergi ke arah hilir sungai, sedangkan kawannya berjalan ke arah atas sungai," ungkap Deni menceritakan.
    Kata Deni Setiawan, sebelum menuba udang, pakaian Rudy lengkap dengan HP-nya ditinggalkan di sebuah pondok di tepi Sungai Batang Anai. Senin pagi, Rudy tak juga mencogok di lapau. Bertanyalah orangtuanya ke banyak orang. Lalu, teman yang ikut menuba udang itu menjelaskan, bahwa mereka berdua Minggu kemarin menuba udang.
    "Lalu kawannya tadi pergi ke sungai bersama masyarakat. Ternyata baju dan peralatan lainnya yang diletakkan di sebuah pondok masih utuh seperti pada saat awal diletakkan. Baru saat itu, sang teman mengabarkan, dan kuat dugaannya, kalau Rudy hanyut oleh arus Sungai Batang Anai," ungkap Deni Setiawan.
    Sebagai walinagari, Deni Setiawan secepatnya melaporkan kejadian demikian ke pihak terkait. Mulai dari Polsek Batang Anai di Pasar Usang sampai ke BPBD Padang Pariaman. Sepanjang Senin, petugas BPBD dan tim SAR berjibaku melakukan pencarian. Namun, tak bertemu juga.
    Rudy ditemukan secara bersama, Selasa menjelang sore. Hari kemarin juga, Rudy dimakamkan, karena kondisi jenazahnya tak mungkin lagi ditahan berlama-lama. "Semoga keluarganya tabah menerima cobaan ini. Kita yakin, hal ini ada hikmahnya disisi Tuhan Yang Maha Esa," sebut Walinagari Deni Setiawan. (525)    
---------------------------------------

MANANTANGI  MATOARI
Siang menjelang Jam 12 saat  Matahari dititik Kulmikasinya, saya dan ponakan yang kebutulan adalah Wali Nagari,  memakir mobil dihalaman sebuah rumah makan, bukan rumah makan mewah seperti palanta yang sering kitasebut sebagai rumah “makan masakan kampuang” dijalan lintas Lubuk Alung Sicincin, keluar dari kendaraan saya melihat kearah matahari terik dan menyebabkan mata saya nanar alias “bakunang-kunang”.  Belum sempat kami memesan makan, merapat pula sebuah kijang  biru dengan penumpang tunggal yang awalnya tidak saya ketahui siapa dan dari mana namum wajah sangat bersahabat lalu menyapa dan bersalaman dengan kami,  beliau mengatakan dari Limua puruik kampung dalam, masih dalam dialog,  bercerita sambil mengenalkan diri, masukpulalah kendaran roda dua, rupanya sahabat kami dari Pauh Kamba, dan mengenalkan tamu kami yang pertama tadi yang rupanya adalah sahabatnya,
Cerita ini semakin manarik ketika datang sebuah mobil lagi yang ditumpangi seorang anak muda, tegap, dinamis terkesan suka senyum, familiar wajahnya, dan rupanya adalah teman dari panokan saya, sambil mengajak untuk duduk bersama, ponakan saya mengenalkan sosok anak muda ini, sebagai salah satu sahabat dekat beliau yang tinggal di Padang, namun urang Piaman Juo, maka rasanya lengkaplah kami, dua dari Nagari Lubuk Alung, seorang dari Pauh Kamba, seorang dari Kampung Dalam dan seorang lagi dari Padang , Rasanya inilah Warga Padang Pariaman, rang sakampuang sahalaman.
Mengambil palanta di pojok rumah makan tersebut, mengalirlah cerita mengenai hidup, kehidupan sambil menanti hidangan datang, mengenai  moralitas sosial yang berkembang, yah namanya carito paisi waktu. Bercerita ringan, bertukar fikiran dan berganti pengalaman, anak muda yang awalnya tidak saya kenal ternyata mempunyai Visi yang jelas dan pemahaman terhadap dinamika sosial, masyarakat dan politik apalagi mengenai Kampung kami Padang Pariaman, arah pembicaran nya cukup realisitik dan menarik untuk dijadikan sebuah referensi bagi kita yang berfikiran dinamis.  Anak muda itupun, berkata kepada kami, bagaimana pemikiran Bapak mengenai Padang Pariaman saat ini dan kedepan ?,  pertanyaan yang tiba-tiba dan aneh rasanya dibicarakan dalam acara santai sambil menikmati makan siang, namun menarik karena berbau nuansa berfikir dan mengkiritisi satu fenomena berkembang dikampuang kami,
Menurut saya pertanyaan ini jelas namun sepertinya berujung pada satu titik,  saya tidak menjawabnya malah mengalihkan dengan bertanya, adinda tamatan kuliah dari mana dan sekarang dinas dimana ?, dengan santai beliau menjawab bahwa pernah kuliah di Bandung dan sekarang pegawai kecil pada salah satu kantor. Saya menjawab ooh..., saya lanjutkan dengan bertanya bagaimana dan mengenai apanya Dinda ?. Ya pembangunan dan sebentar lagi kan kita akan melaksanakan “Pilkada”.  Keponakan saya langsung menjawab, kalau kami bercerita Nagari kami sangat merasakan adanya dinamika pembangunan, nagari kami yang selama ini terbelah oleh Batang Anai sekarang telah menyatu berkat “jembatan koto buruk” (nama lokasi), sulit kami membayangkan bahwa selama ini untuk menuju kampung kami harus berputar ke Jembatan BLKM, jembatan usang bekas jembatang di Lakuak PasaUsang yang diusahakan oleh Mamak Kami Asripar Osmin ditahun 1981,  sementara yang kami tuju hanya disebarang sungai dan nampak dipandang mata kami ndak sulit lagi ka subarang, jalan lingkar pun telah terbentuk, wilayah seberang yang selama ini tertutup transportasi sekarang sangat mudah terjangkau, apakah sudah pernah kesana pak? Balik bertanya.
Saya belum menjawab pertanyaan anak muda tersebut, mungkin karena lapar, saya masih asyik menyelesaikan makan siang, hanya senyum yang saya lemparkan. Ulas ponakan saya, baa pak manuruik pendapat bapak kepada sahabat kami nan dari Kampung dalam, ya rasanya ekonomi agak membaik, pembangunan sangat nayata, realitas dan nampaknya cukup terbagi ndak ke satu titik saja.
Teman yang dari Pauh Kamba pun ikut bicara, kalau melihat pada realitas yang ada memang pembangunan di Kampung Kita Padang Pariaman ini lah jeleh bana, yang besar-besar tampak dibangun merata, menyentuh banyak wilayah,  kalau kita melihat perataan pembangunan cukup nyata, Tiram sudah lebih baik, ada tempat bersantai dan tersedia pula nasi samba lauk barunya, yang nampak lebih menonjol itu adalah Pelabuhan Laut dan Sekolah yang dibangun pada saat ini, ndak pernah terbayangkan kalau wilayah itu akan menjadi titik pertumbuhan ekonomi Padang Pariaman masa depan, Belum lagi Asrama Hajji jika nanti bisa terbangun lebih cepat tentu akan menjadikan Padang Pariaman menjadi tuan rumah pelayanan Hajji, satu nilai sosial dan keagamaan yang sangat jelas.  Ditimpali oleh teman yang dari Kampung dalam, yah....itu lah masa depan nagari kita, wilayah kami diutara pun mulai mengeliat dengan pembangunan-pembanguan sarana pendidikan dan sosial yang lebih baik dan jelas.
Baa tu pak menuruik apak, pertanyaaan yang ditujukan kepada saya yang kebetulan sudah menyelesaikan makan, saya pun memberikan komentar, kalau fenomena pembangunan ini dapat berlangsung sampai tuntas dalam waktu 5 tahun kedepan seperti jalan lingkar, Pelabuhan, dan beberapa objek lainnya, menurut pemikiran saya  Padang Pariaman akan menjadi tujuan pertumbuhan ekonomi masa depan, ditambah dengan pemikiran dari Pusat dan Tingkat I, untuk mengembangkan daerah Padang Pariaman Arah Selatan (Wiayah IV) menjadi pusat pembangunan Kawasan Industri, maka sempurnalah wilayah Padang Pariaman sebagai penyangga kota Padang, daerah ini akan berkembang pesat karena menjadi tujuan pencari kerja, setidaknya sarana jalan kerata api salah satu solusi transportasi ke Teluk Bayur nantinya, disamping itu akan bertumbuh pusat-pusat industri yang akhirnya akan membuka kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat banyak, terutama yang kita sebut sebagai Usaha Kecil dan Menengah, yang jelas menjua Katupek sajo dunsanak awak dimasa itu maka itu akan memberikan nilai tambah yang jelas kepada pendapatan rumah tangga, apalagi Rumah Makan, kuliner lainnya, karena rasanya ndak ada manusia yang tidak akan makan kalau kesempatan kerja nya tersedia. baa tu adinda, kata saya melirik anak muda. Sambil berguman anak muda yang saya panggil adinda tersebut tersenyum, ia pulo pak, tapi pelaksanaan pembangunan ini jangan sampai terhenti pak, yang kita fikirkan sekarang adalah akan dilakukan pemilihan Bupati dalam tahun ini, biasanya setiap pengantian pimpinan maka akan berganti pula rencana kerjanya pak, kita akan pilkada dan tentu banyak pulo kandidat yang akan muncul, saya menimpali, menurut hemat saya kita jangan berfikir mundur begitu, Setiap ada pilkada dipastikan ada calon lain yang muncul, sebenarnya kita kan bisa melihat track record masing-masing calon, itu pun belum dijamin dengan kemampuan kerjanya, menurut saya kita sekarang sudah berada pada titik 40% pertumbuhan dan pembangunan, apalagi yang terbesar dapat pula diwujudkan yakni kawasan industri, tentu Mapping Program dan Blue Print mengenai progam ini ada pada pemikiran Bupati saat ini.
Kita berfikir positif saja, beliau kan masih bisa dicalonkan lagi,   kita ajak beliau untuk “menguatkan hati” untuk maju baliak pada Pilkada tahun ini, tantu dari kita bersama, setidaknya kita yang berfikiran behwa terputusnya satu perencanaan dan pelaksanaan kerja, akan memerlukan waktu untuk mengevaluasi program kembali, dan itu membutuhkan waktu cukup lama, terkadang- pola pendekatan kepusat pun akan berbeda sehingga akan mempengaruhi kelanjutan kerja, semoga diperiode kedua jabatan beliau selesai pembangunan ini, tinggal siapa yang akan menjadi wakil, tentu harus sejalan dan seirama samo kuek masing intrepreuner nyo, ndak asa wakil sajo do.
Kini ambo nan batanyo ka adinda sebagai orang muda, apa yang harus kita lakukan ?, sambil senyum beliau menjawab yah pak, saya setuju pola fikir kanda, bagaimana membuat Pak Bupati Kita kembali  dapat mencalonkan diri, melanjutkan bengkalai kerjanya,.  saya timpali, disini kan ada salah satu wali nagari, yah kita usulkan saja bagaimana melalui wali nagari se Kabupaten Padang Pariaman, kita paparkan dinamika pembangunan ini,  kalau kita sepakat, Kito ajak wali nagari bapikia kadepan, baa tu pak wali?, ndak banyak do pak badoncek se awak mausahakan suaro antaro 1.000 pado nagari penduduk seketek dan 5.000 pada Nagari nan padek penduduknya sarupo Lubuk Alung,  ado 60 nagari kok rato-rato ado 2.500 suaro dengan 60 Nagari lah 150.000 pemilih mah dinda, dan ambo yakin itu bisa tarutamo nagari nan marasoan makan tangan beliau ko.
Iyolah mah, ndak kanda, kok lai sasuaro awak manyalamaikan pembangunan ko, supayo dapek kito rasokan hasil bangkalai pembangunan ko labih capek, ide kanda itu batua mah, kito kan ada bamamak, ba..kamanakan, anak jo cucu, kito barikan pemahama njo, arahan nak jan tamakan janji sajo, kini bukannya zaman janji tapi zaman tivi bukti dan realitas nampak jelas, kalau seperti ini mungkin cocok carito kanda tadi “calon bupati kito bak mataori disiang paneh, menyinari dan memberikan kehidupan bagi semua tanaman yang berfotosintesis, dapek mambari kehidupan bagi masyarakat kito dari satiok program kerjanya, Kanda kok coitu, takuik ambo kandidadat nan lain kok silau matonyo dek mananatang mataori, heheee kami tertawa mendengar kata-kata anak muda, ah...jan baitu na timpal kami .
Akhirnya, kami akhiri pertemuan ndak terencanako sambia batuka no HP dan tawa renyah mengenai Padang Pariaman kedepan, nan jaleh Bravo kampung ku.
-----------------------------------------
Ketahanan Pangan Nasional dari Beras Padang Pariaman

Irwandi Sulin
-------------
Dosen Tamansiswa Padang dan Putra Koto Buruak


    Pertanian dalam arti luas adalah memberdayakan masyarakat untuk mendapatkan usaha dan lapangan pekerjaan yang lebih baik. Kesempatan kerja dan berusaha di sektor pertanian, pada tahun–tahun terakhir ini sepertinya menjadi salah satu fenomena sosial di pedesaan. Kesadaran akan ketersediaan lapangan pekerjaan di sektor pertanian secara prosentis mengalami penurunan, sebagai akibat berpindahnya sikap kehidupan masyarakat dari petani menjadi pekerja non pertanian (jasa dan industri), sehingga melupakan sektor pertanian sebagai usaha awal utama keluarga. 
    Fenomena ini merupakan kondisi keseharian yang kita hadapi di negara kita. Pertanyaan mendasar adalah, apakah pertanian atau usaha tani bukan lagi menjadi hal menarik untuk diseriuskan sebagai usaha keluarga, atau karena lahan tani yang sudah “mengalami sakit” sehingga sulit untuk berproduksi atau juga disebabkan oleh faktor yeild gab tinggi, berupa perbedaan waktu tanam dan masa panen yang memerlukan waktu yang lama, sehingga dalam menunggu hasil produksi tanamannya petani harus menghabiskan waktu yang cukup lama dan hasil yang diharapkan juga sesuatu yang tidak pasti.
    Hal ini menyebabkan petani menjadi malas dan mengalami kelelahan. Faktor-faktor ini berakibat menurunnya tingkat produk hasil pertanian. Perobahan sikap petani ini menyebabkan negeri ini seolah telah berada di persimpangan jalan, antara keinginan menjadi negara swasembada, untuk menghadapi fenomena pemenuhan kebutuhan pangan dengan sikap menjadi negera importir komoditas pertanian. Fakta dan data statisitik pertanian nasional menunjukan bahwa republik ini masih merupakan importir produk pertanian terutama beras, mengutip data CNN Indonesia (2014), mengemukakan bahwa impor beras di Indonesia dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sumber data yang sama mengemukakan bahwa Sepanjang Januari hingga Juni 2014, impor beras mencapai 176.227 ton atau senilai US$ 76,2 juta, mengambil referensi import beras semester awal tahun 2014, import tercatat berasal dari Negara Thailand sebesar 90.763 ton atau US$ 42,6 juta, disusul India 61.546 ton atau US$ 22,3 juta, Pakistan 8.950 ton atau US$ 3,33 juta. Vietnam berada di peringkat keempat dengan 6.206 ton atau US$ 3,3 juta, dan Myanmar 8.136 ton atau US$ 2,7 juta, disamping itu masih tercatat (adanya) import dari negara lain dengan jumlah 675 ton (US$ 1,9 juta). Hal ini merupakan satu rangkaian data yang harus disikapi dengan benar, tegas dan tidak fluaktuatif. Artinya, perlu pemahaman akan data yang akurat, agar progress perencanaan dapat terealisasi dan sesuai dengan pelasakaannya. 
    Jika kita memahami data diatas, sebenarnya kita perlu untuk bertegas-tegas dalam menyiapkan blue print terhadap peningkatan produksi beras, bukan lagi dalam bentuk retorika dan seremonial yang digebyarkan melalui berita, agar dapat dibaca dan masuk dalam mindset pembaca umum sehingga menutupi relitas yang sebenarnya. Pada tahun 2013, pemerintah pernah berjanji tidak akan mengimpor beras melalui Bulog karena produksi beras pada 2013 surplus. Nyatanya, pada awal tahun 2014, beras impor asal Vietnam ditemukan di Pasar Induk Cipinang sebagai pasar beras terbesar di Jakarta.
    Fenomena kesenjangan produksi beras perlu menjadi pemikiran kita sebagai orang pertanian. Negara kita sering disebut sebagai negara agraris, namun secara nyata provinsi yang memproduksi beras di Indonesia hanya 11 provinsi dan selalu yang menjadi sentra produksi beras bagi total ke-33 provinsi. Wilayah produksi ini menyebar seperti di Sumatera, terdiri dari Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung. Di Pulau Jawa, hanya didukung oleh  Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta beberapa pulau lain seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Artinya 22 provinsi lagi masih belum memberikan kontribusi besar terhadap pemenuhan beras nasional.
    Fenomena ini menjadi hal yang perlu kita fikirkan bersama,  agar data (import) diatas dapat ditekan pada masa selanjutnya. Pemikiran bahwa permasalahan pertanian masih dalam sebatas slogan mungkin perlu diperbaiki, data statitistik pertanian terhadap pencapaian hasil di lapangan harus dikoreksi, sehingga menjadi data falid dan terukur. Hal ini untuk menghindari gejolak harga beras di lapangan, menciptakan data yang terproyeksi merupakan hal yang elok untuk di lakukan, karena proyeksi dapat dibuat berdasarkan data-data yang benar, sehingga dapat dibuatkan peta terhadap kondisi produksi dan masa kerawanan, kapan akan terjadi gejolak dan kapan kita bersiap untuk membeli produk padi masyarakat untuk persiapan penyanggan beras pada waktu tertentu.
    Sumatera Barat sebagai salah satu daerah penghasil beras tentu juga menyadari bahwa penyamaan data produksi dengan proyeksi produksi tahunan, dapat diselaraskan dengan masa non produksi sehingga tidak timbul gejolak. Kunjungan Kementeria Pertanian RI ke Sumatera Barat dan dalam rangka penanaman padi secara simbolis di sebuah nagari di Padang Pariaman beberapa waktu lalu, adalah satu atensi yang sempurna bagi keberhasilan Sumatera Barat sebagai daerah penghasil beras dan penyumbang produksi beras bagi daerah lain. 
    Pemilihan Kabupaten Padang Pariaman sebagai daerah pelaksana kegiatan, juga harus disemangatkan. Artinya, ada sesuatu titik keberhasilan yang dicapai, sehingga Kabupaten Padang Pariaman terpilih menjadi daerah pelaksanaan penanaman simbolis, juga menunjukan satu bentuk penilaian adanya keberhasilan oleh pemerintah pusat dan daerah. Permasalahannya, adalah apakah acara ini tidak hanya dilaksanakan sebagai sebuah retorika publik saja? Sikap untuk mempertahankan penghargaan ini betul-betul harus diikuti dengan pematangan prencanaan, pelaksanaan serta pengendalian produksi di lapangan sehingga acara nasional ini benar-benar bermanfaat. Setidaknya, dengan kunjungan pihak Kementerian Pertanian RI ke daerah ini tentu akan memberikan nilai tambah bagi Bupati Ali Mukhni selaku Bupati Padang Pariaman, untuk mengajukan program pertanian berbasis beras yang lebih baik, dan diyakini akan mendapatkan tanggapan yang baik pula dari pemerintah pusat. (*)
-------------------------------------------

KUA Enam Lingkung Bertekad Jadi yang Terbaik di Sumbar

Enam Lingkung--Kepala KUA Kecamatan Enam Lingkung Kasmir Diram fokus untuk menghadapi penilaian tim Provinsi Sumatera Barat, yang telah ditetapkan pada 25 Maret pekan depan. Besar harapanya, penilaian kali ini menjadi tonggak sejarah di jajaran Kemenag Padang Pariaman.
    Menurut dia, sesuai petunjuk yang diturunkan, dalam penilaian itu akan dilakukan nantinya soal pelayanan yang dijalankan di Kantor KUA ini. Selanjutnya kelengkapan data dan lensa atau kegiatan yang dilakukan di tengah masyarakat.
    "Yang tidak kalah penting dari itu, adalah kepribadian dan perpormen seorang Kepala KUA dalam menjalankan tugasnya selaku abdi negara bidang agama. Ini tentu penilaian yang sangat krusial yang harus diikuti dalam ajang kompetensi Kepala KUA yang dilakukan setiap tahunnya," kata Kasmir.
    Satu hal yang menjadi keunggulan Kasmir di Kecamatan Enam Lingkung, adalah padat dan terstrukturnya berbagai kegiatan keagamaan yang diikuti di seluruh nagari yang ada di kecamatan itu. "Alhamdulillah, semua kegiatan yang di pusatkan di masjid dan surau selalu diikuti jajaran KUA kecamatan ini," ujarnya.
    Untuk itu, dia minta dukungan moril dari berbagai pihak di Enam Lingkung, agar penilaian yang mewakili Padang Pariaman ini mampu menjadi yang terbaik. Apalagi, daerah ini sudah lama tak meraih prerstasi gemilang dalam kancah penilaian Kepala KUA tingkat Sumbar demkikian.
    "Dukungan itu akan menjadi penyemangat bagi kita di jajaran KUA Enam Lingkung pada hari-hari persiapan acara puncak, sampai berakhirnya acara. Semua tokoh masyarakat, perantau dan Pemkab Padang Pariaman kita harapkan dukungannya," ujar Kasmir. (525)
------------------------------------------------

Bamus Nagari Sungai Sungai Sariak Diajukan Berdasarkan Ujian Tertulis

VII Koto--Mungkin untuk pertama kali di Provinsi Sumatera Barat, pemilihan calon anggota Badan Musyawarah (Bamus) Nagari dilakukan secara selektif. Kepada para calon bahkan diberikan ujian tertulis untuk mengetahui kemampuannya.
    Seleksi tertulis calon anggota Bamus tersebut berlangsung di Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman, Sabtu (21/3), di ruang kelas SMPN I VII Koto. Peserta berjumlah 24 orang dari delapan korong yang ada di nagari itu.
    Ketua Panitia Seleksi Calon anggota Bamus Nagari Sungai Sariak Zahirman menyebutkan, tes tertulis berlangsung selama satu jam, 10.40 s/d 11.40 WIB. Materi soal-soal ujian merupakan pengetahuan umum, pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan.
    "Dasar pemikiran melaksanakan rangkaian seleksi ini adalah untuk mendapatkan figur-figur yang memiliki kemampuan, serta menghindari asumsi suka atau tidak suka dalam penetapan anggota Bamus. Sedangkan tes tertulis sebagai instrumen atau ukuran untuk mengetahui intelektualitas calon," ujar Zahirman.
    Menurutnya, panitia seleksi (Pansel) yang dia ketuai beranggotakan enam orang dibentuk dalam rapat umum nagari. Pansel ini selanjutnya dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Walinagari Sungai Sariak, Syamsuar Ambo. Selanjutnya, Pansel menetapkan tahapan dan mekanisme seleksi.
    "Hal ini kita lakukan, mengingat tugas-tugas Bamus ke depan akan lebih berat. Oleh karena itu, kita mengharapkan figur-figur yang terpilih jadi anggota benar-benar orang yang memiliki kemampuan, waktu, perhatian dan kepedulian," kata Zahirman yang juga Staf Ahli Bupati Padang Pariaman bidang Pemerintahan.
    Meski demikian, lanjut dia, hasil tes tertulis bukan satu-satunya instrumen yang akan menentukan calon terpilih jadi anggota Bamus. Untuk membentuk tim kerja yang solid, setiap calon juga memilih calon lain untuk menjadi anggota Bamus.
    "Insya Allah, Selasa (24/3) ini kita sudah bisa menetapkan delapan anggota Bamus Nagai Sungai Sariak untuk selanjutnya diajukan kepada Bupati Padang Pariaman melalui Camat VII Koto Sungai Sariak untuk mendapatkan pengesahannya," ungkapnya.
    Nagari Sungai Sariak terdiri dari delapan korong; Kampuang Bendang, Buluah Kasok, Lareh Nan Panjang. Bisati. Limpato, Ambung Kapur, Sungai Ibue I dan Sungai Ibue II. (525)
--------------------------------------------------
Besok Konferensi
13 Anggota PWI Padang Pariaman Berhak Memilih dan Dipilih

Pariaman--Konferensi Persatuan wartawan Indonesia (PWI) Padang Pariaman, Sabtu besok dihadiri langsung Ketua PWI Sumatera Barat Basril Basyar. Acara dilakukan sehari penuh di Kantor PWI daerah itu, di Kota Pariaman, diikuti seluruh anggota dan simpatisan PWI yang bertugas di Padang Pariaman dan Kota Pariaman.
    Menurut Ketua PWI Padang Pariaman Ikhlas Bakri, kehadiran Ketua PWI Sumbar Basril Basyar telah dipastikannya bersama panitia saat mengantarkan undangan resmi konferensi, Rabu kemarin. "Kita ingin, pembukaan konferensi hingga selesainya hajatan tiga tahun sekali itu lancar, dan tidak terkendala," ungkapnya.
    Ikhlas menyebutkan, persiapan konferensi sepenuhnya telah dan sedang dilakukan panitia, baik OC maupun SC. "Mekanisme penetapan Ketua PWI periode tiga tahun mendatang, sebagai sesi yang paling menegangkan dalam hajatan organisasi, tentu diatur dalam agenda tersendiri," sebutnya.
    "Setelah serimonial pembukaan, acara dilangsungkan dengan pembasan tatatertib konferensi, laporan pertanggungjawaban pengurus lama, membuat dan menetapkan program kerja untuk masa tiga tahun, dan terakhir baru ditetapkan siapa diantara anggota PWI Piaman yang akan menakodai organisasi tersebut," ujar Ikhlas.
    Katanya lagi, peserta penuh dalam konferensi sebanyak 16 orang. Sedangkan yang punya hak memilih dan dipilih ada 13 orang. Kemudian, peserta partisipasi tentu teman-teman wartawan yang belum resmi jadi anggota, tetapi sering bertemu di kantor PWI.
    Ke-13 anggota yang berhak dipilih dan memilih itu, lanjut Ikhlas, Fraksi Singgalang empat orang, Jawa Pos Group dua orang, Haluan dua orang, dan Fraksi Gabungan yang terdiri dari mingguang, media elektronik dan online sebanyak lima orang. (525)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar