Kamis, 29 September 2016

PCNU Padang Pariaman Desak Pemkab Membuat Aturan Pembukaan Warnet

PCNU Padang Pariaman Desak Pemkab Membuat Aturan Pembukaan Warnet

Pariaman--Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Padang Pariaman merasa prihatin terhadap nasib sebagian besar pelajar dan anak muda daerah itu yang kian merajalela dengan kegiatan mubazir, seperti berlama-lama di warnet, berjudi dan lain sebagainya, yang pada akhirnya menjerumuskan masa depannya yang masih panjang.
    Menurut Abdul Hadi Tuanku Rajo, Ketua PCNU setempat, kebiasaan demikian harus dirubah dengan tangan besi Pemkab Padang Pariaman, dan nilai-nilai adat dan agama yang dilakukan secara tersistematis. Sebab, kelakukan yang merusak mental pemuda dan pelajar tersebut tidak lagi sekedar candu di warnet, tetapi juga keluyuran malam yang tidak ada manfaatnya sama sekali.
    Kepada Singgalang, Jumat kemarin, Abdul Hadi mengaku telah memberikan surat kepada Pemkab dan DPRD Padang Pariaman, sebagai kepedulian dan keprihatinan NU terhadap nasib anak muda daerah bekas gempa dimaksud. "Kita mendesak Pemkab dan DPRD, agar mampu melahirkan Peraturan Daerah (Perda), terkait pelaksanaan orgen tunggal yang kian marak, dan bahkan melampaui batas-batas adat istiadat yang berlaku," katanya.
    Abdul Hadi melihat, hampir diseluruh pelosok nagari, warnet buka 24 jam. Aktivitas penuh dan diisi oleh anak muda dan pelajar. Ini tidak kuat, kalau hanya dilakukan razia sesaat oleh petugas Satpol PP, tetapi harus dibarengi dengan aturan yang kuat dari pemerintah, terhadap keselamatan generasi yang akan datang.
    Lewat suratnya dengan nomor 012/PC-NU/pdprm/IV/2011 tertanggal 9 April 2011, Abdul Hadi bersama seluruh jajaran PCNU Padang Pariaman juga mendesak agar diberlakukan Perda pandai baca tulis Quran terhadap anak-anak yang akan melanjutkan ke jenjang SMP. Sebab, selama ini baru sebatas surat edaran yang dianggap belum kuat.
    "Hal itu dimaksudkan, agar semua lembaga pendidikan surau yang senantiasa terhadap pengembangan Quran, bisa berjalan dengan baik dan benar, penuh dengan semangat. Selama ini kita melihat, pendidikan surau belum apa-apanya. Belum ada perhatian yang signifikan dari Pemkab. Padahal, mengajar di surau lebih berat dari mengajar di sekolah. Butuh kesabaran dan ketabahan yang tinggi dari tenaga pengajarnya," kata guru SMPN 5 Lubuk Alung ini. (dam)
--------------------------------------------------------------

Bantuan Gempa 2007 Belum Diterima, 2009 Jangan Sampai Tergilas Pula

Ketaping--Matahari baru saja beranjak naik. Sebentar lagi waktu Jumat juga menjelang. Pasangan suami istri, Abu Zanar dan Roslaini K tampak masih berselemut kesedihan. Betapa tidak, Hingga hari ini, keluarga itu belum bisa mempastikan tentang bantuan gempa 2009, untuk membangun kembali rumahnya yang rusak berat. Sebab, tatkala gempa 2007, dia juga salah seorang korban rusak sedang, tetapi sampai saat ini belum menerima bantuan. Belum ada jawaban yang pasti dari pihak pemerintahan kenagariannya, Ketaping, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman.
    Padahal, peristiwa gempa bumi itu telah cukup lama. Orang disekelilingnya, yang rumahnya hanya rusak ringan telah dapat. Ketika ditemui dikediamannya, di Ujuang Bolak, Korong Olo Bangau, Ketaping, Jumat kemarin, Abu Zanar nampak pasrah. Dia orang kecil, yang tidak tahu banyak tentang pergolakan pemerintahan. "Yang jelas semua persyaratan yang diminta, telah dipenuhinya. Mulai dari KTP, KK, IMB dan lainnya telah selesai dan telah diserahkan kepada yang meminta," kata dia.
    Abu Zanar bersama keluarganya sempat tinggal lima bulan ditenda. Lantaran anak dan istrinya mulai sakit-sakitan, dia paksakan pindah kerumah yang rusak berat itu kembali dengan banyak berjaga dari tidurnya. Kalau dipaksakan tidur bersamaan, nanti kawatir datang gempa. Sementara, kondisi rumah penuh dengan darurat, dan sangat mengkawatirkan. Lima putra-putrinya masih kecil-kecil mesti harus dijaga terus. Apalagi, saat gempa 2009, anaknya yang paling kecil sempat terhimpit reruntuhan batubata.
    Kini, Abu Zanar bersama keluarganya mendiami rumah pondok yang dapat bantuan dari PMI. Karena yang diberikan berupa bahan, maka bangunannya agak dibesarkan oleh Abu Zanar. Dalam rumah itulah dia bersempit-sempit dengan anak dan keluarganya, sampai saat ini. Dia sangat sedih ketika orang lain telah banyak yang merehab dan membangun kembali rumahnya, sementara dia tidak ada yang bisa dilakukannya, untuk perbaikan dan pembangunan rumahnya kembali.
    Rumah yang baru sekitar lima tahun dihuni Abu Zanar itu juga tercatat sebagai korban rusak sedang pada peristiwa gempa 2007. "Kabarnya, yang kena gempa 2007 itu telah dapat bantuan. Tapi kok rumah ini belum juga datang sampai saat ini. Sebagai masyarakat kampung, kita tidak mau merobohkan rumah, yang semestinya harus dirobohkan, lantaran rusak berat. Semua sendi-sendinya telah terputus. Kalau dirobohkan, tahunya bantuan tidak dapat, seperti yang 2007 lalu, mau apa kita lagi nantinya," ceritanya.
    Menurut dia, ada puluhan kelurga miskin seperti dirinya di kampung kecil itu, yang hingga saat ini sangat berharap bantuan itu diturunkan. Kondisi rumahnya yang sangat berdekatan dengan Bandara Internasional Minangkabau (BIM) itu, mudah rapuhnya ketika pesawat mau mendarat dan naik. Hempasan angin pesawat pernah menjatuhkan sendi-sendi rumahnya, yang memang telah goyang.
    Ketidak-mengertian Abu zanar, petugas yang datang kerumahnya hanya sekedar melihat, mengambil gambar, tetapi realisasi bantuan kapan pastinya tidak ada satupun yang bisa menjelaskannya. Dia berharap, kebijaksanaan pemerintahan Kenagarian Ketaping bisa berpihak pada dirinya, dan keluarga miskin lainnya, yang sangat butuh bantuan itu segera. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar