Minggu, 25 September 2016

Di Surau Jambak Sungai Durian Semarakkan Ramadhan Dengan Dakwah Anak-Anak

-Di Surau Jambak Sungai Durian
Semarakkan Ramadhan Dengan Dakwah Anak-Anak

Patamuan--Kondisi Surau Jambak, Lubuak Duku, Kenagarian Sungai Durian, Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman yang rusak berat akibat gempa akhir September tahun lalu, tetap saja membuat jamaah Ramadhan dikampung itu merasa betah dan nyaman. Sebab, bagi masyarakat setempat, hanya itu satu-satunya surau tempat melakukan ibadah bersama seperti di bulan yang penuh berkah ini. Kondisi sebagian dinding surau yang telah ditupang dengan sejumlah tiang penyangga, dan dinding yang rubuh juga dilingkari dengan trafal, tetap semarak melakukan aktivitas Ramadhan tahun ini.
    Menurut M. Bustanul Arifin, Khatib Kenagarian Sungai Durian, hingga kini pihaknya terus menunggu bantuan dan uluran tangan dari pihak manapun, yang dianggap peduli terhadap pembangunan kembali rumah ibadah yang jadi kebanggaan rang Sungai Durian tersebut. "Sebagai surau milik kaum yang ada dikampung itu, selama Ramadhan ini tetap ramai. Namun, kegiatan tadarus Quran memang sudah berkurang, lantaran tidak adanya masyarakat yang menunggui surau itu lagi," katanya kemarin di Pariaman.
    "Dulu, setiap malam selama Ramadhan, seluruh masyarakat menjelang dan sesudah Shalat Tarwih rutin melakukan yang namanya tadarus, alias mengaji Al-Quran secara bersama. Kini, usai Shalat Tarwih, masyarakat langsung pulang kerumahnya. Sebab, dengan kondisi surau yang serba darurat, hati banyak orang tetap saja bercabang, ketika berlama-lama dalam ruangan surau dimaksud," kata Bustanul Arifin.
    Tetapi yang lebih istimewa, lanjut Bustanul, tahun ini ada kejutan dan kebanggaan tersendiri buat orangtua anak. Betapa tidak, setiap malam sejak awal Ramadhan hingga kini seluruh anak-anak yang mengaji di surau itu dipergilirkan untuk memberikan ceramah Ramadhan. Mereka tampil apa adanya, sesuai bakat dan kemapuannya berdakwah ditengah banyak orang. Sebagai perangsang dan rasa kepedulian pengurus terhadap masa depan anak dimaksud, panitia sengaja memberikan honornya setipa malam, yang diambilkan dari sumbangan masyarakat yang hadir malam itu.
    Dakwah dari anak-anak tersebut, kata Bustanul, cukup memberikan nilai tersendiri ditengah masyarakat. Begitu pula, anak-anak yang akan tampil selalu mempersiapkan diri seoptimal mungkin, sehingga bisa tampil prima. "Kita ingin, lewat momen Ramadhan tahun ini mampu memberikan yang terbaik buat masa depan kampung ini, yang jelas bakal dikendalikan oleh mereka yang saat ini berstatus remaja, walaupun dengan kondisi yang sangat memprihatinkan," ujarnya.
    Bustanul Arifin mengakui, melihat kondisi surau yang seperti demikian, belum ada rencana dari masyarakat untuk merubuhkannya. Sebab, kalau dirubuhkan, tentu harus cepat dibangun kembali, mengingat surau tersebut, disamping untuk beribadah, juga digunakan untuk tempat musyawarah mufakat dalam membangun nagari ini. "Begitu juga pihak masyarakat Sungai Durian yang berdomisili dirantau, belum ada kata sepakat untuk merombak surau tersebut," ungkap Bustanul. (dam)
-------------------------------------------------------------------------------

Ramadhan Menjadi Berkah Tersendiri Bagi Sate Anak Ibu

Lubuk Alung--Bulan Ramadhan membawa berkah tersendiri bagi Herman Sikumbang. Betapa tidak, penjual Sate Anak Ibu, di kawasan Simpang Lintas, Lubuk Alung ini selalu kebajiran tamu dari berbagai pelosok kampung di Padang Pariaman yang ingin menikmati enaknya sate buatannya. Apalagi, selama berdagang sate, dia selalu mengutamakan rasa dan kualitas. 'Anda puas, beritahu teman, anda kecewa, beritahu kami', begitu mottonya dalam berjualan makanan khas Piaman tersebut.
    Kepada Singgalang, kemarin malam suami dari Munarti Tanjung ini mengaku, bahwa jual beli selama Ramadhan ini cukup meningkat dari hari-hari biasanya. "Rata-rata tiap malam menghabiskan sebanyak 15-25 kilogram daging. Dengan demikian, jual beli mencapai Rp2-3 juta setiap malamnya. Ya, mungkin ini rezeki dari karyawan dan anak-anak. Apalagi, dengan situasi demikian, adanya penambahan karyawan," katanya.
    Menurut pria kelahiran Tanjung Mutuih, Kenagarian Koto Dalam, Kecamatan Padang Sago pada 1962 ini, masyarakat yang berbelanja kewarung ini bermacam-macam. Mulai dari rakyat kampung, hingga para pejabat yang lalu lalang dikawasan ini. "Merek sate anak ibu ini terinspirasi oleh doa dari ibu atau orangtua saya sendiri, yang selalu berharap dan berdoa, agar anaknya berhasil dalam menjalani hidup dan kehidupannya," ujar Herman.
    Bagi Herman, kepuasan pelanggan merupakan nomor wahid. "Saya sangat tidak ingin pelanggan setia serta pembeli lainnya kecewa terhadap sajian ini. "Alhamdulillah, dua karyawan yang menemani setiap harinya, telah mampu hidup dan berkembang dengan baik. Mereka saya beri kesejahteraan setiap bulannya Rp700 hingga Rp900 ribu. Kenaikan gaji, tergantung situasi dan kondisi yang terjadi. Itulah dinamika yang saya lalui setiap harinya di Lubuk Aung ini," kata Herman.
    Disamping membuka setiap malamnya di Lubuk Alung, sate anak ibu, kata ayah empat putra-putri ini, juga melayani panggilan untuk pesta pernikahan, serta jamuan dan lain sebagainya. "Setiap kali pak mantan bupati Muslim Kasim baralek, saya selalu dipanggil untuk melayani tamunya, yang ingin makan sate. Ini merupakan sebuah kehormatan bagi saya, dalam membina hubungan yang baik dengan semua pelanggan," katanya lagi. (dam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar