Minggu, 16 Februari 2020

HAUL XXIII Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah Madrasatul 'Ulum Diharapkan Terus Melakukan Pembaharuan

Lubuk Pandan--Terima kasih banyak para santri, guru tuo bersama pimpinan dan alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasatul 'Ulum yang telah mengangkat HAUL XXIII Buya H. Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah. Sungguh luar biasa mulianya, karenna acara ini selalu dilakukan tiap tahun. Sementara, para anak dan cucunya belum pernah sama sekali melakukan hal ini.
Ungkapan polos dan jujur ini disampaikan Masrizal, mantan anggota DPRD Kabupaten Padang Pariaman yang sekaligus cucu mediang Buya Abdullah Aminuddin, Sabtu (15/2/2020) di aula pesantren yang terletak di Kampung Guci, Nagari Lubuk Pandan, Kecamatan 2x11 Enam Lingkung itu. HAUL kali ini mengangkat tema; "Menghargai Perbedaan Pendapat dalam Menumbuhkan Persatuan dan Kesatuan", menghadirkan sejumlah narasumber yang merupakan alumni dan keluarga Buya Abdullah Aminuddin, pendiri Pesantren Madrasatul 'Ulum.
Buya Abdullah Aminuddin yang lahir 1908 dan wafat 1996 ini, merupakan ulama besar yang mendirikan pesantren di Lubuk Pandan, Kabupaten Padang Pariaman pada 1940 M. Kini, pesantrennya itu telah mengalami pasang surut, sesuai perjalan zaman. Masrizal merasakan dirinya pernah punya testimoni khusus dengan Buya Abdullah Aminuddin pada saat dia merampungkan pendidikannya di perguruan tinggi.
"Datanglah ke surau," kata Buya Abdullah Aminuddin kepada Masrizal kala mengadu soal uang kuliah kepadanya, seperti yang diceritakan kembali oleh Masrizal. Lalu, Masrizal pun datang ke surau, yakni pesantren Madrasatul 'Ulum. Langsung masuk ke kamarnya yang saat itu diatas anjung. Diberinya buah kurma, kain sarung, dan emas.
Emas yang diberikan Buya Abdullah Aminuddin, cerita Masrizal, tak banyak. Tak cukup untuk membiayai uang kuliah sampai. Tetapi, Buya Abdullah Aminuddin menyuruhkan untuk memakai emas tersebut. "Pakai saja ini dulu," tegas Buya Abdullah Aminuudin, seperti diceritakan kembali oleh Masrizal.
Artinya, kata Masrizal, Buya Abdullah Aminuddin yang tiap hari dan waktu bergelud dengan santri dan santriwati, sangat mendukung langkah pendidikan umum yang dilakukan Masrizal. Dan itu pula yang dilakukan oleh banyak cucu Buya Abdullah Aminuddin lainnya. Ternyata dalam dunia penmdidikan, para cucunya telah banyak yang tamat pendidikan S-2.
Narasumber lainnya, Marulis Tuanku Mudo, alumni dari Kabupaten Solok, Bustami Tuanku Khatib, dari Tiku, Kabupaten Agam, Kamisin Datuak Batuah Nan Kuniang, dari Singgalang, Kabupaten Tanah Datar, Marzuki Tuanku Nan Basa, Pimpinan Madrasatul 'Ulum, dan Umar Tuanku Labai Bagindo dari Singgalang, Tanah Datar menyikapi berbagai persoalan yang pernah dialaminya bersama Buya Abdullah Aminuddin.
"Dalam agama, ayah kita itu ada tiga. Pertama ayah yang menyebabkan kita lahir kedunia. Kedua ayah istri atau suami kita, dan yang ketiga orang yang mengajar kita ilmu pengetahuan. Yang ketiga ini juga disebut sebagai ayah rohani," kata Marulis Tuanku Mudo, alumni yang pernah mendirikan Pesantren Madrasatul 'Ulum di Koto Buruak Lubuk Alung ini.
Marulis mengajak para alumni dan seluruh keluarga besar pesantren Madrasatul 'Ulum untuk selalu mengingat dan mengenang lembaga pendidikan yang pernah membesarkan diri santri dan alumni tersebut. "Sesempit apapun waktu kita, sesibuk apapun pekerjaan yang kita lakukan, sesekali luangkan waktu untuk datang kembali ke pesantren ini," ujar dia.
Kemudian, katanya lagi, amalkan seluruh ilmu dan kaji yang pernah dituntut bertahun-tahun di pesantren ini. "Silakan kita jadi anggota dewan, jadi walinagari, Ketua KAN, serta jadi tokoh lainnya di tengah masyarakat lingkungan kita, tetapi yang nama ilmu dari pesantren ini jangan pernah tinggalkan. Artinya, warnai lembaga yang kita geluti dengan nuansa pesantren," ungkap Marulis.
"Dalam menyikapi perbedaan cara pandang, kita jangan seperti beberap orang buta yang memegang gajah. Kita harus melihat dari berbagai sudut pandang, sehingga bisa objektif memandang persoalan yang tengah terjadi di tengah masyarakat," sambung Umar Tuanku Labai Bagindo. Hal yang hampir mirip juga dikemukakan Bustami Tuanku Khatib.
Kata dia, pengalaman Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah jadi Tuanku Khadi Pakandangan sangat luar biasa. Banyak pihak yang mencoba menggoyahkan pendiriannya soal khutbah Jumat, namun beliau tetap dalam pendiriannya. Dia memberikan jawaban yang diterima semua pihak. Tidak menyalahkan kelompok lain, yang berbeda cara pandang dengan dia.
Sementara Tuanku Afredison, alumni yang saat ini jadi anggota dewan Padang Pariaman memandang Buya Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah sebagai seorang ulama yang tidak anti pemerintah, dan tidak anti pembaharuan. "Buktinya, saat saya jadi santri dan salah seorang guru tuo, pernah dilakukan pembaharuan dalam proses belajar mengajar di pesantren ini dengan belajar dalam kelas, pakai rapor dan tentunya juga pakai kuirikulum," cerita anggota dewan dari PKB ini.
"Dari Buya Abdullah Aminuddin pula saya belajar banyak berorganisasi. Dia ulama organisatoris. Saya pernah mendampinginya Musda PERTI di Kabupaten Limapuluh Kota bersama mendiang Buya Buchari Rauf," sebut Afredison.
Pimpinan Pesantren Madrasatul 'Ulum, Marzuki Tuanku Nan Basa menyampaikan terima kasih kepada seluruh alumni yang telah berpartisipasi penuh dalam acara HAUL yang diperingati setiap tahun tersebut. "Mari kita jadikan perbedaan pendapat, perbedaan cara pandang dalam beragama sebagai ajang membangun hubungan silaturrahim yang baik, menuju kebesaran jiwa dan pesantren ini," ungkapnya. (501)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar