Senin, 24 Februari 2020

Azwandi Rahman PKB Sumbar Harus Banyak Melakukan Kaderisasi

Presiden RI ke-4, KH. Abdurrahman Wahid acapkali menyebutkan, bahwa suatu ketika PKB bakal memimpin bangsa ini. Ucapan itu menurut Azwandi Rahman sering disampaikan Gus Dur, begitu almarhum salah seorang pendiri PKB itu akrab dipanggil. Dan ungkapan itu diyakini banyak orang dalam lingkungan PKB dan NU, terutama orang yang tahu dan mengenal Gus Dur. Sebab, apa yang diucapkan Gus Dur selama ini sering menjadi kenyataan. Cuma, kapan hal itu terjadi, dan PKB semasa dipimpin oleh siapa, inilah yang menjadi tanda tanya. Azwandi Rahman yang bergabung dengan partai yang didirikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini sejak dari awal, tahu persis siapa itu Gus Dur. Baginya, Gus Dur adalah sumber inspirasi dan penyemangat dalam ber-PKB selama ini. Gus Dur pun sangat mengenal baik seorang Azwandi Rahman. Untuk itulah, meskipun tak lagi dalam struktur PKB, Azwandi Rahman tetap saja berjuang dan memikirkan bagaimana PKB Sumatera Barat punya kekuatan di bumi Ranah Minang ini.
Saat dipercaya sebagai Ketua DPW PKB Sumbar oleh peserta Muswil II pada 2006 silam, Azwandi Rahman punya mimpi besar tentang PKB masa depan. Dia sangat ingin partai yang dia kendalikan itu mampu bicara banyak di tengah percaturan politik daerah dan nasional. Jalan satu-satunya adalah memperkuat kader militan. Nah, baru saja terpilih jadi Ketua DPW di daerah yang bukan basis PKB, dia langsung bergerak cepat. Di tengah kekurangan dan kelemahannya, Azwandi Rahman bersama pengurus lainnya mampu mewujudkan kantor DPW PKB Sumbar yang terletak di komplek Gor H. Agus Salim bisa hidup. Kantor itu dijadikan sebagai pusat pelatihan. Bahkan, DPP PKB sempat tiga kali melakukan pelatihan kaderirasi. Dan kegiatannya melibatkan DPC PKB yang ada di zona Sumatera. DPP PKB kala itu melihat PKB Sumbar layak dijadikan percontohan oleh PKB lainnya di nusantara ini, terutama di bidang kaderisasi. Pelatihan kaderisasi yang digelar merupakan penjabaran dari Akademi Politik Kebangsaan (Akpol PKB) yang telah dimulai oleh DPP PKB itu sendiri.
Secara jujur, Azwandi Rahman melihat kader PKB yang militan memang minim, atau sama sekali kosong. Tetapi walaupun demikian, perjalanan politik PKB di ranah yang dikenal dengan falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah ini secara perlahan-lahan dapat sambutan dari masyarakat itu sendiri. "Sebenarnya yang membuat PKB sulit untuk berkembang, di samping kader yang ada hanya dari karbitan, struktur organisasi kita sangat lemah pada tingkat akar rumput. Coba lihat dari dulu. Pengurus Ranting di tingkat desa dan nagari boleh di hitung dengan jari. Padahal, semua pemilih terletak di desa dan nagari. Apalagi PKB yang pemilihnya terdiri dari orang-orang perkampungan, yang kerjanya banyak dari kalangan petani, nelayan dan buruh. Meskipun ada pengurus ranting demikian, itu baru di atas kertas. Penguatannya belum pernah dan belum sempat dilakukan," kata dia, Rabu 30 Mei 2012.
"Kita memang telah banyak punya anggota dewan yang dihasilkan dari Pemilu 2009. Tetapi, semua anggota dewan dari PKB belum mampu berbuat banyak untuk mengembangkan partainya sendiri. Suaranya nyaris hilang, karena tidak ditopang oleh kekuatan lainnya. Dengan itu pula para anggota dewan demikian nyaris dianggap tidak ada. Mereka belum bisa mewarnai lembaga wakil rakyat daerah mereka masing-masing. Hal itu disebabkan kurangnya pengetahuannya tentang idiologi PKB itu sendiri. Dan lagi mereka tak banyak berkecimpung dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan di tengah komunitasnya sendiri. Padahal, PKB sangat di untungkan oleh nilai-nilai Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) yang di usungnya, sebagaimana paham demikian hampir di miliki oleh seluruh masyarakat perkampungan Sumatera Barat ini," sebut putra kelahiran 27 Februari 1961 di Alahan Panjang, Kabupaten Solok ini.
Bagi Azwandi Rahman berpolitik cukup dalam satu partai; PKB. Meskipun banyak partai politik lain yang mengajaknya untuk bergabung akhir-akhir ini, dia tetap memilih untuk bertahan di luar jalur struktur PKB. Kini, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Barat ini lebih memilih berjuang di kalangan kader, yang sampai ini hari terus bertambah. Mereka itu adalah orang-orang yang pernah singgah di IPNU, PMII dan organisasi lainnya. Orang seperti itulah yang selalu di berikan motivasi dan informasi idiologi oleh Azwandi Rahman bersama rekan-rekannya. Hal itu dimaksudkan, agar perjuangan NU dan PKB ke depannya tetap stabil dan terus berkesinambungan di tengah masyarakat. Sebab, kader loyalitas dalam sebuah kelompok masyarakat adalah hal terpenting yang tak boleh di tiadakan. Para kader itu di sebar pada berbagai kelompok masyarakat untuk mempengaruhi kelompok lainnya, agar bisa mengembangkan idiologi Aswaja demikian.
Dari masa kemasa perkembangan PKB di Sumatera Barat di lihat Azwandi Rahman cukup baik, dan perlu ditingkatkan. Apalagi belakangan ini komunikasi Ketua DPW PKB; H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah dengan DPP PKB cukup baik dan berjalan sesuai tuntutan partai itu sendiri. Tinggal lagi memperbanyak pelatihan kader, hingga ke tingkat paling bawah. Sebab, kader bawahlah yang akan mengawal sekaligus pioner dari suara PKB di tengah masyarakat. Di samping itu, perlu juga jaringan lainnya, mengingat masih lemahnya struktur kepengurusan di seluruh daerah. Jaringan itulah yang diharapkan sebagai kekuatan penopang. Mereka bicara PKB pada saatnya tiba. Kini, biarkanlah mereka berkembang, berkelana ke sana ke mari, mencari berbagai terobosan baru, sambil juga di tingkatkan terus pemahaman idiologinya tentang Aswaja.
Azwandi Rahman pada saat PKB hadir pertama kali di Sumbar dipercaya sebagai anggota Panitia Pemilihan Daerah (PPD I) Provinsi Sumatera Barat mewakili partai PKB. Sebab, pada Pemilu pertama di era reformasi itu di laksanakan oleh partai peserta Pemilu itu sendiri. Pada saat kepengurusan pertama, Azwandi Rahman adalah Wakil Sekretaris, yang Ketua Dewan Tanfidz-nya; H. Nazar Sidin. Selesai Pemilu, pada tahun 2002 PKB Sumbar menggelar Muswil pertama atau tepatnya setelah mengikuti Muktamar I di Surabaya, Jawa Timur pada tahun 2000, Azwandi Rahman menjabat Sekretaris, yang Ketua-nya; H. Amirdas Datuak Kudo Bagak. Agaknya, dia orang yang termasuk sempurna dalam pemahaman idiologi PKB. Banyak bersinggungan dengan berbagai lapisan pengurus teras di DPP PKB. Satu hal yang perlu dicatat, beliau mengenal dan dikenal oleh Maha Guru PKB; Gus Dur. Perlu diketahui, meskipun berada di PKB, untuk dikenal oleh Gus Dur tak mudah. Apalagi bagi pengurus partai di daerah, yang sangat jauh jangkauannya dengan Gus Dur yang telah menjadi tokoh internasional dan dunia.
Di internal NU, di samping dipercaya sebagai salah seorang pengurus harian PWNU Sumbar, Azwandi Rahman juga salah seorang Dewan Penasehat Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor. Dia pernah juga menjabat salah seorang pengurus DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Hebatnya, orang lain masuk KNPI, apalagi KNPI Pusat berbasiskan OKP. Azwandi Rahman sama sekali tanpa menyandang jabatan apapun di OKP tertentu bisa masuk KNPI. Meskipun sejak Pemilu yang diikuti PKB, Sumbar belum pernah mengirim utusannya ke Senayana, Azwandi Rahman berharap Pemilu mendatang PKB bisa untuk hal demikian. "Syaratnya itu tadi. Perbanyak pelatihan, buat jaringan di luar partai, di samping juga memperkuat basis partai yang sudah ada dan pastikan orang yang jadi pengurus merupakan orang yang mau dan mempunyai kemampuan untuk itu," harapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar