Satu hal yang membuat Buya Muhammad Nur ikut bersama PKB; Ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) yang menjadi paham dan aqidah dalam berpolitik oleh partai yang didirikan pada 1998 ini. Sebagai ulama besar, memiliki pengaruh yang luas di kalangan jamaahnya, Buya ini tertarik pada PKB, karena itulah satu-satunya partai di republik ini yang berpahamkan demikian. Seperti diketahui, paham Aswaja bagi kaum thariqat adalah paham yang menjadi landasan pengajian, serta menjadi paham yang paling diakui di antara sekian banyak paham umat Nabi Muhammad SAW akhir zaman ini. Sebenarnya, paham itu sangat banyak dianut oleh masyarakat perkampungan Sumatera Barat. Surau sebagai kekuatannya. Hingga kini pengajian thariqat terus di kembangkan. Memang, selama ini masyarakat pengikut thariqat itu adalah orang yang berusia lanjut. Mereka tak lagi disibukkan oleh urusan duniawi, sehingga bisa khusu' menjalani amalan thariqat di sebuah surau.
Apalagi untuk Thariqat Naqsabandiyah. Setiap orang yang masuk pengajian ini, prosesnya sangat panjang dan banyak. Ada suluak seminggu, bahkan ada pula yang 40 hari. Selama kegiatan itu mereka selalu dalam bimbingan Mursyid atau khalifah dan guru. Sejak Buya Muhammad Nur berkenalan dengan PKB, sejak itu pula dia mengajak jamaahnya, terutama pada saat musim Pemilu untuk selalu memilih PKB. "Alhamdulillah, hasil suara PKB, khusus untuk Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh cukup lumayan. Namun, secara jujur para pengurus PKB sangat jarang bersentuhan dan berkenalan langsung dengan masyarakat thariqat demikian," kata dia, Kamis 10 Mei 2012.
Cara panatik ke guru kaum thariqat di Minangkabau, dengan jamaah thariqat yang ada di Jawa sangat jauh bedanya. Ini yang mesti dipahami oleh PKB Sumatera Barat. Dengan demikian pula para jamaah thariqat ini banyak juga yang terpecah belah pada saat musim Pemilu. Tergantung partai apa yang paling pintar mempengaruhi jamaah tersebut. Jamaah tidak punya pendidikan politik, seperti layaknya jamaah thariqat yang ada di Pulau Jawa. Sebab, masyarakat kita masuk thariqat ketika usianya telah lanjut, manakala tidak lagi di sibukkan oleh berbagai aktivitas lain. Artinya, PKB lebih dituntut lagi untuk selalu bersilaturrahim yang banyak di kalangan kaum thariqat tersebut. Bagi jamaah dan Mursyid sebenarnya komunikasi itulah yang paling penting. Mereka merasa tahu, inilah orangnya yang memimpin dan mengendalikan partai, di mana partai demikian satu idiologi dan pemahaman keagamaan dengan pengajiannya sendiri.
Buya Muhammad Nur yang sehari-hari memimpin Surau Suluak Mutma'innah, Kelurahan Talang, Kecamatan Payakumbuh Barat itu banyak menghabiskan waktunya dalam mengurusi jamaah. Malam, waktu dia gunakan untuk berdakwah di surau lainnya di Kota Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota, Tanah Datar dan Kabupaten Agam sebagiannya, terutama tentu jamaahnya yang telah berkembang luas di tengah masyarakat. Sekali semusim Buya ini mengumpulkan jamaahnya secara keseluruhan dalam satu tempat, agar semua jamaahnya itu bisa saling kenal dan tentunya punya hubungan yang semakin kuat dan erat dalam mengamalkan pengajian yang telah diajarkan oleh gurunya sendiri.
Dia mulai mengembangkan suraunya itu sejak 1985 silam, setelah sebelumnya di kembangkan oleh guru dan orangtuanya sendiri; M. Aya Sulthani. Buya Muhammad Nur merupakan seorang pensiunan Lurah. Dia mengambil ijazah thariqat dari gurunya itu. Beliau juga pernah menuntut ilmu di MTI Caduang, Kabupaten Agam pada 1973. Buya kelahiran 1951 ini tak lagi berharap banyak untuk bisa duduk di lembaga wakil rakyat lewat PKB. Namun, yang paling penting baginya, sebagai partai yang didirikan oleh ulama yang tergabung dalam organisasi Nahdatul Ulama, PKB Sumatera Barat harus besar dan jadi. Anggota dewannya harus banyak, yang pada akhirnya tentu mampu membicarakan nasib dan masa depan jamaah thariqat itu sendiri. Selama ini, meskipun suara kaum thariqat banyak yang berserak kian kemari, belum ada rasanya perjuangan yang pasti untuk masyarakat demikian. Hanya PKB lah satu-satunya partai yang bisa diharapkan untuk hal demikian. Tak heran, bagi jamaahnya yang masih muda banyak yang telah disuruhnya untuk menjadi pengurus PKB. Baik untuk tingkat kecamatan, maupun untuk tingkat kabupaten dan kota di mana mereka berdomisili.
Buya Muhammad Nur senang dan bangga dengan kepemimpinan PKB Sumatera Barat di bawah kendali H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah saat ini. Ada harapan masa depan cerah yang dia lihat, dengan ketokohan anak muda yang bisa berkomunikasi dengan semua lapisan masyarakat. Baik itu ulama, niniak mamak, cadiak pandai, pemuda apalagi. Insya Allah seluruh jamaahnya telah diberitahu tentang partai PKB. Setiap kali pertemuan yang dilakukan Buya Muhammad Nur dengan jamaahnya, selalu dia sosialisasikan PKB. Dan lagi, Buya Muhammad Nur yakin, kekuatan jamaah thariqat yang dia pimpin cukup kuat untuk mampu membuat PKB bisa besar dan bisa mengantarkan wakilnya ke Senayan, Jakarta sana. Apalagi Febby Datuak Bangso Nan Putiah mampu berkomunikasi. Ada takah, ada tokoh. Bisa ka surau dan bisa pula duduk di lapau. Itulah sosok yang kini memimpin PKB. Bahkan seorang niniak mamak lagi dalam kaumnya. Tinggal lagi, bagaimana Febby bersama pengurus sering melakukan silaturrahim di kalangan jamaah dan pimpinan surau tersebut.
Numpang promo ya gan
BalasHapuskami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*