Sabtu, 22 Februari 2020

Kolaborasi FDB dan Gus AMI PKB Sumatera Barat Jangan Salah Terus

Ingin membuat sejarah baru di tubuh PKB Sumatera Barat. Itu gambaran umum ketika kita melihat lompatan yang dilakukan Ketua DPW PKB hasil Muswil III di Bukittinggi tahun 2011 lalu itu. Walaupun perjalanan yang dilakukan H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah masih banyak rintangan dan halangan yang dihadapinya. Tetapi itulah yang dinamakan dengan dinamika dalam sebuah organisasi partai politik.
Namun, Ketua DPW termuda di belantara politik Ranah Minang periode saat ini, tak membuat dia patah arang. Baginya, ber-PKB harus dijadikan sebagai wadah untuk berbuat yang lebih banyak. Apalagi, hasil survei membuktikan, betapa pemilih partai yang didirikan PBNU pada 1998 ini berada pada tatanan masyarakat perkampungan. Yakni, mereka yang menggantungkan hidupnya dari sumber pertanian dan nelayan. Bila di lihat ke belakang, sejak mulai terpilih memimpin PKB, selalu saja ada persoalan yang mesti di pecahkan dan di carikan jalan keluarnya secara bersama. Febby sendiri melihat hal demkikian, sebagai sebuah pematangan dan pendewasaan jiwa pengurus dalam mengelola partai politik.
Mundurnya Ketua Dewan Syura setelah keluarnya SK DPW, serta berbagai persoalan lainnya setelah itu tidak membuat Febby pesimis untuk membangun partai tersebut. Dia terus melakukan konsolidasi organisasi di kalangan internal PKB, di samping secara terus menerus membangun komunikasi dengan PWNU Sumatera Barat. Bahkan, sejak beberapa bulan belakangan, Febby yang telah menjadi niniak mamak di kalangan kaumnya itu dipercaya sebagai Ketua Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sadakah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Sumatera Barat. Dia ingin warga NU Ranah Minang bisa bangkit, terutama tentunya di bidang kesejahteraan. Untuk itulah, dia ingin menciptakan sejarah baru, yang selama ini dinilai asing di kalangan NU daerah ini. Baginya, lembaga NU yang bergerak di bidang amal sosial demikian harus di kelola secara baik dan benar, yang pada akhirnya mampu memberikan yang terbaik buat warga NU itu sendiri.
LAZISNU harus mampu menumbuh-kembangkan rasa berbagi kepada seluruh umat Islam. Berbagi tidak saja di kalangan orang yang tak mampu melanjutkan hidupnya dengan baik, tetapi juga bisa berbagi di kalangan calon mahasiswa yang saat ini merasa kesulitan untuk masuk perguruan tinggi karena ketidak-mampuan orangtuanya. Artinya, pendidikan sangat mutlak. LAZISNU harus siap jadi garda terdepan dalam masalah ini, menyelamatkan masyarakat demikian, agar bisa meraih masa depannya dengan lebih baik. Secara perlahan-lahan tapi pasti, keberadaan LAZISNU mulai ditampakkannya di kalangan banyak pihak. Dia pun mengundang para pengusaha yang ingin menyalurkan kekayaannya berupa zakat, sudah bisa lewat LAZISNU Sumbar.
Febby yang dikenal punya banyak jejaring sosial, terutama orang-orang yang bergerap pada sektor pengusaha dan pariwisata, dinilai layak dan patut mengembangkan dan menggerakkan LAZISNU. Langkah pertama, para mantan mahasiswa yang pernah bergelut di PMII dulunya, diberdayakan di Kantor LAZISNU demikian. "Saatnya NU memberi. Apalagi, sebagian besar warga NU itu berada pada garis kemiskinan. Tinggal di perkampungan, yang harus dimajukan kehidupannya. Semua anak-anak NU harus bersekolah dan mampu pula melanjutkan ke perguruan tinggi, sesuai minat dan kemampuannya masing-masing," kata dia.
Banyak sudah yang dilakukannya untuk PKB Sumatera Barat masa depan. Namun, tentu masih banyak yang harus dibuat secara bersama untuk mewujudkan sejarah baru yang diinginkan semua pelaku PKB itu sendiri. Apa sejarah baru yang dimaksudkan? Ya, hasil Pemilu 2024, PKB daerah ini harus mampu mengirim wakilnya ke Senayan, Jakarta sana. Memang, perjuangan itu terasa berat. Untuk itu pula semua pihak dirangkulnya. Orang yang pernah 'tersingkir' di PKB, belakangan mulai dirangkul kembali. Sebab, mewujudkan impian besar butuh kebersamaan. Butuh partisipasi para alumni PKB, yang kini banyak bergerak di belakang layar. Febby pun melakukan rangkaian silaturrahim, mengajak pengurus DPP PKB yang datang ke Padang ke sejumlah mantan pengurus lama, memperlihatkan, betapa PKB Sumatera Barat tak lagi punya masalah. Hanya satu jalan, Kita harus mampu menembus DPR RI.

KNPI Award 2011

Berangkat dari lompatan-lompatan yang dilakukan Febby bersama PKB Sumatera Barat, ternyata dinilai positif oleh banyak orang. KNPI selaku wadah berkumpulnya OKP daerah itu memilih Febby satu dari sekian tokoh muda Sumatera Barat yang paling berpengaruh, dan punya kontribusi untuk Ranah Minang. Dia bersama Wakil Walikota Padang Panjang; H. Edwin, Bupati Pasaman Barat; H. Baharuddin R, Ketua PWI Sumatera Barat; H. Basril Basyar, Wakil Walikota Padang; H. Mahyeldi Ansharullah, serta tokoh lainnya dianugerahi KNPI Award oleh Ketua Umum DPP KNPI; Ahmad Doli. Memang, Ketua DPW atau DPD partai termuda di Sumatera Barat saat ini, hanya Febby orangnya. Pengusaha muda ini dinilai sebagai anak muda progresif. Punya lompatan yang sulit dikejar. Bagi PKB, anugrah atau penghargaan pihak lain tersebut merupakan kebanggaan tersendiri, yang tidak mudah untuk didapatkan. Apalagi bagi PKB Sumbar, yang keberadaannya selama ini nyaris tidak terlihat.

Ziarah, Tradisi NU yang Mesti Dimasyarakatkan

Dari 15 hingga 19 Mei 2012, kami (Febby, Aminullah dan Damanhuri) melakukan rangkaian ziarah ke Jawa Timur dan Jakarta. Ziarah yang merupakan tradisi warga NU selama ini harus dimasyarakatkan, karena ziarah, di samping mengingatkan kita akan kematian, juga mengenang serta belajar dari perjuangan yang dilakukan oleh ulama dan tokoh yang diziarahi itu. Kami mulai ziarah di makam Sunan Ampel, Surabaya. Tokoh yang di kenal sebagai salah seorang dari Walisongo atau wali sembilan itu cukup memberi sebuah inspirasi tersendiri. Dari Sunan Ampel, kami bertolak ke Bangkalan, Madura. Tepatnya ke makam KH. Muhammad Kholil Bangkalan. Kiai yang satu ini dikenal sebagai inspirator berdirinya organisasi besar Nahdlatul Ulama.
Banyak sejarah mencatat, bahwa sebelum KH. Muhammad Hasyim Asy'ari bersama ulama lainnya mendirikan organisasi demikian, datanglah untusan Kiai Kholil ke Jombang untuk menyerahkan sebuah tongkat dan tasbih. Bahkan, utusan itu dua kali datang ke Jombang untuk menyerahkan kiriman Kiai Kholil. Nah, kiriman itu dinilai oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagai isyarat penyetujuan gurunya itu tentang sebuah keinginan bersama mendirikan NU, yang kelak menjadi organisasi terbesar di dunia ini. Menurut Saiful Rachman dalam bukunya; 'Surat Kepada Anjing Hitam, Biografi dan Karomah Kiai Kholil Bangkalan', KH. Muhammad Kholil Bangkalan adalah seorang ulama sekaligus waliyullah. Lahir bernama Muhammad Kholil di Kota Bangkalan tempat kelahirannya, kemudian dinisbahkan kepada namanya dan akhirnya dikenal dengan nama Muhammad Kholil Bangkalan.
Dari sudut manapun, kehidupannya sangat menarik untuk di bicarakan. Legenda tentang perilakunya yang penuh keajaiban banyak sekali. Kehidupannya sangat unik. Kiai Kholil dikenal sebagai mubaligh, pimpinan pesantren, pencetak kader ulama terkemuka di Jawa dan Madura, juga menjalani kehidupan sufi dan Mursyid Thariqat. Di samping itu, Kiai Kholil adalah inspirator berdirinya NU. Beliau lahir pada 11 Jumadil Akhir 1235 H bertepatan dengan 14 Maret 1820 M, dari KH. Abdul Latif, seorang ulama besar keturunan Sunan Gunung Jati. Sebagai seorang ulama sufi, Kiai Kholil dikenal banyak karomah, sehingga sampai saat ini makamnya selalu ramai dikunjungi.
Kami berzikir, menghadiahkan fatihah sebagaimana layaknya orang ziarah. Memang waktu kami datang, makam Kiai Kholil yang terletak di komplek masjid itu sedang ramai di kunjungi oleh banyak orang. Hari sore di tengah hujan yang cukup lebat, kami merapat di antara puluhan peziarah lainnya, bersama membaca wirit-wirid ziarah. Dari Madura, kami melanjutkan perjalanan ke Blitar, setelah sebelumnya bertemu dengan Menteri PDT RI, Helmy Faishal Zain, yang saat ini Sekjen PBNU. Perjalanan dari Surabaya ke Blitar kami tempuh di malam hari, dan akhirnya istrirahat di salah hotel di Blitar. Paginya, kami langsung ke makam Bung Karno. Ternyata kesempatannya juga sama. Kami juga dapat menempati tempat yang agak di depan dari kerumunan peziarah yang semakin ramai berdatangan dari berbagai pelosok Jawa Timur itu. Terlihat sekali banyak orang yang datang dan berziarah ke makam sang Proklamator dan Presiden RI pertama tersebut. Sebab, di samping hal demkikian, Bung Karno juga di kenal sebagai salah seorang tokoh Islam yang paling berpengaruh di Indonesia. Seperti ditulis oleh Shalahuddin Hamid dan Iskandar Ahza, dalam bukunya; '100 Tokoh Islam Paling Berpengaruh di Indonesia disebutkan, Bung Karno yang lahir pada 1901 M di Blitar itu adalah keturunan dari Raden Hardjodikromo, seorang bangsawan Jawa yang dikenal dengan Priyayi. Ada hal yang paling menarik pada Bung Karno. Dia selalu pakai peci hitam, yang saat itu bila ada orang Indonesia lainnya berada di Makkah pakai peci, selalu digelari sebagai Soekarno. Inilah ciri Islam kuat yang dipegangi oleh bapak bangsa itu. NU pernah memberikan gelar kepada Soekarno 'Waliyyul amri dharuri bissaukah', karena diangap telah melindungi dan memberi kebebasan kepada umat Islam Indonesia untuk melaksanakan ajaran agamanya. Sementara, Muhammadiyah memberikan gelar Doktor Honoris Causa. Bung Karno (1901-1970) jelas figur yang bersejarah. Dia telah meninggalkan pengaruh yang sangat luar biasa. Di antara peninggalannya, kesadaran kebangsaan kita, perasaan dan kesadaran ke-Indonesiaan kita, kesadaran kita sebagai bangsa yang tidak menjiplak begitu saja dari dunia luar, melainkan menggelutinya secara kritis dan menjadikannya sebagai bahan untuk pengembangan Indonesia.
Selesai di Blitar, kami menuju daerah Jombang. Ya, siapa lagi, kalau bukan makam ulama besar dan pahlawan nasional; KH. Muhammad Hasyim Asy'ari, KH. Abdul Wahid Hasim dan KH. Abdurrahman Wahid (1940-2009). Kami tiba di makam yang terletak di komplek Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang itu pas waktu shalat Zuhur masuk. Ratusan peziarah keluar dan masuk secara bergantian. Mereka datang dari jauh. Laki-laki dan perempuan. Ada juga kelompok santri dari pesantren lain. Namun, dengan mudahnya kami bisa masuk dan duduk pada barisan pertama. Melakukan rangkaian ziarah. Menurut informasi yang kami peroleh, ternyata makam Bani Hasyim itu tak pernah sepi dari peziarah. Setiap hari ada saja orang yang datang ziarah ke makam demikian. Sebagai orang besar, pendiri NU, makam ulama itu tampak biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Berada di bagian belakang masjid. Tidak diatap. Hanya berada di ruang terbuka. Di atas pusara KH. Hasyim Asy'ari dan KH. Wahid Hasyim sengaja dipancangkan sangsaka merah putih, menandakan kedua ulama yang merupakan anak dan bapak itu seorang pahlawan nasional. Seperti banyak ditulis dalam sejarah, KH. Hasyim Asy'ari adalah kiblat ulama Jawa dan Madura. Dia tokoh inspirator bagi Bung Tomo dan Jenderal Soedirman. Setiap kali pergerakan dan pertempuran, Bung Tomo dan Jenderal Soedirman selalu mengirim utusannya ke Jombang, minta agar kiai Hasyim terus berdoa. Terutama ketika perperangan pasca diproklamirkannya kemerdekaan RI 1945. Bahkan, sebelum tekhs proklamasi dibacakan oleh duet Bung Karno dan Bung Hatta, Soekarno sempat menanyakan Kiai Hasyim, karena Bung Karno ingin membacakan proklamasi itu setelah restu Kiai Hasyim. Selama hidupnya, banyak rintangan dan tantangan yang dihadapinya. Mulai dari ketika lahir, kanak-kanak, remaja, hingga akhir hayatnya. Namun itu semua dilaluinya dengan penuh syukur dan doa kepada Tuhan.
Anaknya, Wahid Hasyim dikenal sebagai salah seorang anggota BUPKI dan PPKI. Menteri Agama. Dalam usianya yang masih muda, dia telah mengemban pekerjaan besar. Beliau meninggal dalam kecelakaan dan dimakamkan dekat makam ayahnya; Hasyim Asy'ari di Jombang. Anak Wahid Hasyim yang tak kalah hebatnya, Abdurrahman Wahid. Kiai yang dikenal penuh dengan kontroversi ini sempat 15 tahun memimpin PBNU, salah seorang deklator PKB dan Presiden RI ke-4. Beliau meninggal akhir 2009. Bersama kakek dan ayahnya, Gus Dur, begitu dia sering disapa rekan sejawatnya dimakamkan juga di Tebuireng. Lama juga kami di Tebuireng. Yang jelas, sebagai orang kini dipercaya untuk memimpin PKB Sumatera Barat, tentu ziarah ke Jombang sangat besar artinya. Apalagi NU mengajarkan, bahwa kurnia itu datangnya dari Allah, syafaat dari Nabi dan berkah dari guru. Baik Hasyim Asy'ari, Wahid Hasyim maupun Gus Dur adalah guru bangsa, sekaligus Maha Guru PKB itu sendiri. Kami telah melihat dan datang langsung di kampung yang selama ini hanya kenal lewat buku. Kami merasakan, betapa pertautan NU dan PKB sebagai sebuah kekuatan besar yang sangat dahsyat. Tentunya perjalanan ini diharapkan mampu memberikan yang terbaik, terumata dalam melihat arti penting kebesaran NU dan PKB di Ranah Minang.
Dari Tebuireng, kami melanjutkan perjalanan ke Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif di Denanyar, Jombang. Pesantren itu didirikan oleh KH. Bisri Syansuri. Kami ke situ sowan dan bersilaturrahim dengan Ketua Umum DPP PKB, H. A. Muhaimin Iskandar, yang kebetulan pada kesempatan itu sedang pulang kampung. KH. Bisri Syansuri adalah kakeknya Muhaimin Iskandar. Rumah orangtuanya berada di komplek pesantren demkikian. Lagi-lagi kesempatan emas yang kami dapatkan. Waktu kami datang, di pesantren itu sedang diadakan seminar pra HAUL KH. Bisri Syansuri yang ke-33, yang kebetulan pematerinya; Muhaimin Iskandar, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI dan Helmy Faishal, Menteri PDT RI saat itu. Ada satu hal yang kami catat dari kebiasaan Ketua Umum PKB itu, yang selalu memberikan uang ala kadarnya kepada tukang becak di sekeliling Denanyar. Kabarnya, kata salah seorang tukang becak, hal yang seperti itu selalu dia terima pada waktu Muhaimin pulang ke rumah orangtuanya, sejak Muhaimin berada di Jakarta. Senanglah hati tukang becak itu menerima uang dari Menteri. "Ibu, ini Ketua PKB saya di Sumatera Barat. Febby namanya," kata Muhaimin memperkenalkan H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah kepada orangtunya. Setelah itu kami di suruh ikut oleh Ketua Umum ke kampung sebelah, karena dia diminta meresmikan keberadaan Kantor LP. Maarif NU Cabang Jombang.
Sorenya, Kamis itu kami sowan ke KH. Abdul Aziz Manshur di Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyi'in, di Pacul Gowang, Jombang. Kami tiba di kediamannya saat Ketua Dewan Syura DPP PKB itu tengah shalat Asar. Kami di suruh menunggu di ruangan tamu oleh pembantunya. Kami berbincang-bincang, memperkenalkan diri. Kiai paham dan merasa senang dikunjungi. Kiai Aziz turut mendoakan kami. Ikut berharap banyak, PKB Sumatera Barat bisa besar, seperti halnya PKB Jawa Timur juga. Saran Kiai Aziz, kami di suruh mengamalkan surat Alam Nasrah satu kali sehabis shalat Subuh. "Insya Allah, kalau surat itu diamalkan, semua permintaan kita akan dikabulkan Tuhan. Semua kesulitan kita akan dimudahkan-Nya," kata Kia Aziz kepada kami. Menjelang Magrib, kami meninggalkan kediaman dan pesantren Kiai Aziz. Kamipun mengakhiri rangkaian ziarah di Jawa Timur untuk saat itu. Malamnya kami terbang ke Jakarta dengan Lion Air. Dan pagi Jumat, kami menuju Tanah Kusir, di mana Bung Hatta dimakamkan, sebagai penutup dari rangkaian ziarah di pulau Jawa.
Selaku anak muda NU, kami ingin belajar dari sejarah. Ya, sejarah bangsa, sejarah NU dan PKB yang secara kebetulan untuk Sumatera Barat kami tengah menjalankan roda partai itu. Karena banyak orang sukses lantaran mau belajar dari sejarah masa lalu itu sendiri. Dan lagi ziarah dan budaya silaturrahim harus ditumbuh-kembangkan di tengah masyarakat. Apalagi orang yang kami kunjungi adalah orang-orang besar di zamannya. Paling tidak, kami telah melakukan apa yang dilakukan oleh orang-orang dulu, tentang arti penting sebuah ziarah kubur. Di makam ulama terkenal itu kami menampungkan telapak tangan, berdoa kepada Yang Maha Kuasa, melalui kemulyaan hamba-Nya yang dimakamkan di tempat itu, agar diberi kekuatan dan kemampuan dalam memimpin dan mengelola organisasi besar di daerah yang bukan basisnya. Kami punya harapan yang sangat besar, di tengah masa transisi PKB yang masih belum selesai. Kami mengambil nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan para ulama dan tokoh bangsa itu. Bung Karno, Gus Dur, Hasyim Asy'ari, Wahid Hasyim, Kiai Kholil, Bung Hatta, Sunan Ampel adalah orang-orang hebat di zamanya. Mereka telah membuat perubahan yang cukup signifikan, dan dirasakan oleh masyarakat republik ini hingga kini hari. Berkah-nya itulah yang kami ziarahi.       
Febby Datuak Bangso Nan Putiah lahir di Bukittinggi pada 05 Agustus 1976. Lulusan Sastra Inggris ini tercatat aktif di berbagai kegiatan pariwisata. Hingga saat ini dia Direktur PT. Salam Wisata Indonesia. Memulai karir dari Tour Guide, sehingga beliau akrab dengan semua orang pariwisata, baik dari airport, objek wisata, perhotelan, restaurant, souvenir shop. Untuk itulah dia dipercaya sebagai Sekretaris DPD ASITA Sumatera Barat. Di samping itu, dia juga sebagai Penasehat Himpunan Pramuwisata Sumbar, Bendahara Umum Himpunan Pramuwisata Indonesia. Yang menjadi kenangan manisnya, adalah menyelenggarakan Kongres pertama Tour Guide se Asia Tenggara (Ist SEATGA), yang berlangsung sukses, dan dihadiri oleh utusan negara-negara yang ada di Asia Tenggara. Sayang, kegiatan spetakuler tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh Pemrov Sumatera Barat, sehingga selaku panitia dia harus bertanggungjawab kerugian event sebesar itu.
Sebagai seorang anak muda NU yang senang berorganisasi, ayah dari Belya Sadira dan Fatya Risqi Ayla ini juga menjabat Ketua PC GP Ansor Kabupaten Agam, A'wan PWNU Sumbar. Suami dari Yulia Eka Sari ini setelah Kementerian PDT dijabat oleh Helmy Faishal Zaini ditunjuk menjadi TPP daerah tertinggal di Sumatera Barat. Pencitraan di media massa lokal yang sering dilakukannya, menjadikan dirinya sebagai icon dari daerah tertinggal itu sendiri. Dalam menyelenggarakan pertemuan TPP dan TPK Zona 1.3 Sumatera, seluruh peserta mempercayakannya sebagai Koordinator Zona daerah tertinggal. Pendiri LSM Bintang Sembilan Peduli Bangsa ini tidak pernah bermain-main dalam mengurus sesuatu. Sebelum dipercaya sebagai Sekretaris Caretaker DPW PKB Sumbar, Febby pernah menjabat Wakil Ketua DPC PKB Kabupaten Agam. Tercatat sebagai Caleg di Kabupaten Agam pada Pemilu 2009 lalu. Kesiapannya jauh melebihi Caleg yang maju ke DPR RI yang diusung PKB. Posko yang didirikannya, yang dipenuhi oleh kibaran bendera PKB, dengan kegiatan-kegiatan yang sangat maksimal, walaupun pada akhirnya suara yang dia peroleh cukup baik, tetapi belum mampu mengantarkannya menjadi anggota legislatif.
Setelah penghitungan suara tahu dirinya tidak berhasil, segera dia mengirim SMS ucapan selamat kepada Caleg partai lain yang berhasil, dan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantunya selama kampanye. "Anggota DPRD bukanlah tujuan akhir untuk berjuang terhadap PKB dan NU. Terima kasih atas suport dan bantuannya. Ini adalah pelajaran buat kita," demikian antara lain SMS nya. Anak muda NU ini bercita-cita menjadi pengusaha PKB yang sukses. Hingga kini jatuh bangun dan masih terus belajar dalam berbusines. Namanya juga usaha, katanya ringan. Febby juga diberi kepercayaan sebagai salah seorang pengurus KADIN Sumatera Barat periode 2011-2016, tepatnya sebagai Ketua Komite Pemberdayaan Organisasi. Refleksi Pemilu 2009, yang juga diikuti oleh PKB, baginya adalah sebagai inspirasi, bagaimana membuat PKB ini bisa menjadi lebih baik. Mobilnya pernah jadi kantor DPW PKB Sumbar, kurang lebih selama satu tahun, di saat dia sebagai Kepala Sekretariat kantor DPW. Baginya itulah pelajaran awal untuk memanajerial organisasi. Dengan direvisinya kepengurusan DPW PKB, Febby Sutan Mudo menjadi salah seorang Wakil Ketua. Revisi kepengurusan DPW itu ternyata masih belum sesuai dengan yang diharapkan oleh DPC PKB yang ada di Sumbar ini. Finalnya, DPW PKB Sumatera Barat di caretaker oleh team 9. Menjadi salah seorang team yang amanah, membuatnya dicemooh, difitnah dan sangat diragukan, bahkan oleh kader PKB itu sendiri, yang menganggap dirinya sebagai anak bawang yang masih bau kencur. Dengan satu tekat dan keikhlasan bersama teman team 9, dia mulai menata organisasi PKB Sumbar. Terobosan-terobosan dan penataan yang dilakukannya, mulai dengan membentuk kembali PPKB dan DKW Garda Bangsa, adalah tidak lepas dari satu kalimat yang pernah diucapkan Ketua Umum DPP PKB, H. A. Muhaimin Iskandar kepadanya, 'PKB Sumbar jangan salah terus'. Dengan diluncurkannya target DPP PKB 100 kursi di Senayan, dia menyatakan bersama teman-temannya team 9, PKB Sumbar harus jadi bahagian dari sejarah Senayan 2024.


1 komentar:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    BalasHapus