Rabu, 24 Agustus 2016

Semangat Kemadirian Piaman Belum Terkalahkan

-Semangat Kemadirian Piaman Belum Terkalahkan
Perlu Komunikasi Lokal, Dalam Menyalurkan Bantuan

Pariaman--Semangat kemandirian masyarakat Piaman dan Minangkabau pada umumnya, dalam soal membangun tidak perlu diragukan lagi. Barangkali belum ada tandingannya, soal kehebatan pembangunan yang dilakukan masyarakat Piaman. Buktinya, betapa banyak masyarakat, yang rumahnya hancur akibat gempa, dengan perlahan-lahan mereka coba bangkit.
    Zulbahri, S.H, salah seorang praktisi hukum di Pariaman melihat semangat kemandirian masyarakat Piaman sampai kini masih sangat kuat. "Lihat sajalah, sejak mulai gempa terjadi, betapa Sumatra Barat jadi heboh, lantaran ribuan masyarakat Piaman yang ada di sejumlah perantauan yang pulang kampung. Mereka tidak sekedar pulang, tapi telah menyatakan komitmen yang kuat untuk membangun kembali kampung yang sangat mereka cintai ini, "kata Zulbahri, Jumat (6/11).
    Jadi kalau ada pihak lain yang melihat bahwa semangat kemadirian rang Piaman atau Minangkabau, bakal hilang setelah relawan banyak itu pergi, itu sebuah persepsi yang salah. "Memang, kalau kita berkeliling kampung, ada kesan bahwa relawan yang datang dari berbagai lembaga, itu bekerja tanpa adanya dukungan dari masyarakat itu sendiri. Tapi itu tidak semua. Hanya dalam jumlah yang sangat sedikit, "kata mantan Wakil Ketua DPRD Padang Pariaman itu.
    "Saya melihat masyarakat Minang, sangat jauh beda dengan masyarakat Aceh, misalnya. Memang dari kultur antara Piaman dan  Aceh banyak persamaannya, tapi kalau soal semangat kemadirian, Piaman barangkali belum ada tandingannya. Saya telah banyak melihat, betapa masyarak itu sendiri yang memulai pembangunan rumahnya kembali. Banyak kok, bahkan mereka yang tidak menghiraukan sama sekali bantuan yang masuk juga banyak terlihat, "katanya.
    Cuman, lantaran musibah yang meluluhlantakkan pada akhir September lalu itu, kata Zulbahri, jauh diluar dugaan banyak orang. Sehingga, banyak mental masyarakat yang ikut tergoncang. Betapa tidak, mereka yang kebanyakan membangun rumahnya dulu, dengan cara julo-julo dan secara berangsur-angsur, selesailah pembangunan rumah. "Tidak seperti masyarakat daerah lain, yang dalam tempo tiga bulan bisa menyelesaikan sebuah rumah. Untuk itu pembangunan mental masyarakat adalah prioritas pertama, ketimbang membangun rumah sebagai tempat tinggal, "katanya.
    Sementara, Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Padang Pariaman, Rahmat Tuanku Sulaiman, S. Sos, M.M melihat semangat kemandirian masyarakat Piaman sangat tinggi. Kalaupun ada, yang menurut penilaian banyak pihak semangat masyarakat kurang, itu ada faktor internal dan eksternal.
    Menjawab Singgalang, Jumat (6/11) Rahmat menilai faktor eksternal itu adalah, tidak adanya komunikasi dari sejumlah lembaga yang mau mendharmabaktikan kemampuannya di daerah ini. Sehingga apa yang dilakukan pihak asing terhadap bantuan rumah, misalnya, itu hanya hasil disain mereka. Tidak ada komunikasi lokal yang dilakukan, sehingga masyarakat pun jadi bingung.
    "Kita sangat menginginkan adanya komunikasi lokal tersebut dalam memberdayakan masyarakat itu sendiri. Sebab, dengan banyak bantuan rumah, tanpa melibatkan masyarakat, maka yang terjadi, ya itu tadi, kebanyakan masyarakat hanya menunggu. Malah ada yang sengaja untuk membiarkan rumahnya yang roboh, mereka masih setia tinggal ditempat apa adanya, sembari berharap bantuan rumah tersebut, "kata Rahmat.
    Alangkah naifnya masyarakat Minang, lanjut Rahmat, yang selama ini terkenal mandiri, mampu bangkit dengan kaki sendiri, gara-gara bantuan yang datang silih berganti, membuat semangat masyarakat tambah berkurang. "Jadi bantuan memang dibutuhkan. Namun, komunikasi lokal akan sangat lebih penting, sehingga mampu bersinergi antara masyarakat dan sejumlah lembaga bantuan, "katanya. (dam)
  
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar