-Semangat Kemadirian Piaman Belum Terkalahkan
Perlu Komunikasi Lokal, Dalam Menyalurkan Bantuan
Pariaman--Semangat kemandirian masyarakat Piaman dan Minangkabau pada umumnya,
dalam soal membangun tidak perlu diragukan lagi. Barangkali belum ada
tandingannya, soal kehebatan pembangunan yang dilakukan masyarakat
Piaman. Buktinya, betapa banyak masyarakat, yang rumahnya hancur akibat
gempa, dengan perlahan-lahan mereka coba bangkit.
Zulbahri, S.H,
salah seorang praktisi hukum di Pariaman melihat semangat kemandirian
masyarakat Piaman sampai kini masih sangat kuat. "Lihat sajalah, sejak
mulai gempa terjadi, betapa Sumatra Barat jadi heboh, lantaran ribuan
masyarakat Piaman yang ada di sejumlah perantauan yang pulang kampung.
Mereka tidak sekedar pulang, tapi telah menyatakan komitmen yang kuat
untuk
membangun kembali kampung yang sangat mereka cintai ini, "kata
Zulbahri, Jumat (6/11).
Jadi kalau ada pihak lain yang melihat
bahwa semangat kemadirian rang Piaman atau Minangkabau, bakal hilang
setelah relawan banyak itu pergi, itu sebuah persepsi yang salah.
"Memang, kalau kita berkeliling kampung, ada kesan bahwa relawan yang
datang dari berbagai lembaga, itu bekerja tanpa adanya dukungan dari
masyarakat itu sendiri. Tapi itu tidak semua. Hanya dalam jumlah yang
sangat sedikit, "kata mantan Wakil Ketua DPRD Padang Pariaman itu.
"Saya melihat masyarakat Minang, sangat jauh beda dengan masyarakat
Aceh, misalnya. Memang dari kultur antara Piaman dan Aceh banyak
persamaannya, tapi kalau soal semangat kemadirian, Piaman barangkali
belum ada tandingannya. Saya telah banyak melihat, betapa masyarak itu
sendiri yang memulai pembangunan rumahnya kembali. Banyak kok, bahkan
mereka yang tidak menghiraukan sama
sekali bantuan yang masuk juga banyak terlihat, "katanya.
Cuman,
lantaran musibah yang meluluhlantakkan pada akhir September lalu itu,
kata Zulbahri, jauh diluar dugaan banyak orang. Sehingga, banyak mental
masyarakat yang ikut tergoncang. Betapa tidak, mereka yang kebanyakan
membangun rumahnya dulu, dengan cara julo-julo dan secara
berangsur-angsur, selesailah pembangunan rumah. "Tidak seperti
masyarakat daerah lain, yang dalam tempo tiga bulan bisa menyelesaikan
sebuah rumah. Untuk itu pembangunan mental masyarakat adalah prioritas
pertama, ketimbang membangun rumah sebagai tempat tinggal, "katanya.
Sementara, Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU)
Padang Pariaman, Rahmat Tuanku Sulaiman, S. Sos, M.M melihat semangat
kemandirian masyarakat Piaman sangat tinggi. Kalaupun ada, yang menurut
penilaian banyak pihak semangat masyarakat kurang, itu ada faktor
internal dan
eksternal.
Menjawab Singgalang, Jumat (6/11) Rahmat menilai
faktor eksternal itu adalah, tidak adanya komunikasi dari sejumlah
lembaga yang mau mendharmabaktikan kemampuannya di daerah ini. Sehingga
apa yang dilakukan pihak asing terhadap bantuan rumah, misalnya, itu
hanya hasil disain mereka. Tidak ada komunikasi lokal yang dilakukan,
sehingga masyarakat pun jadi bingung.
"Kita sangat menginginkan
adanya komunikasi lokal tersebut dalam memberdayakan masyarakat itu
sendiri. Sebab, dengan banyak bantuan rumah, tanpa melibatkan
masyarakat, maka yang terjadi, ya itu tadi, kebanyakan masyarakat hanya
menunggu. Malah ada yang sengaja untuk membiarkan rumahnya yang roboh,
mereka masih setia tinggal ditempat apa adanya, sembari berharap bantuan
rumah tersebut, "kata Rahmat.
Alangkah naifnya masyarakat
Minang, lanjut Rahmat, yang selama ini terkenal mandiri, mampu bangkit
dengan kaki sendiri,
gara-gara bantuan yang datang silih berganti, membuat semangat
masyarakat tambah berkurang. "Jadi bantuan memang dibutuhkan. Namun,
komunikasi lokal akan sangat lebih penting, sehingga mampu bersinergi
antara masyarakat dan sejumlah lembaga bantuan, "katanya. (dam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar