Minggu, 14 Agustus 2016

Padang Pariaman tak Punya Calon Perseorangan

Syattariyah Padang Pariaman Kamis Ini Melihat Bulan

Padang Pariaman--Kesepakatan dua ormas Islam, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah di negeri ini tentang tanggal satu Ramadhan yang jatuh, Kamis (18/6) ini nampaknya tidak memberikan pengaruh apapun juga terhadap kaum Syattariyah di Padang Pariaman. Mereka, kaum Syattariyah itu telah memutuskan, Kamis hari ini baru melihat hilal (bulan).
    "Kalau bulan kelihatan, malamnya kita memulai Shalat Tarawih, dan Jumat-nya puasa pertama. Namun, bila bulan tak tampak tentu kami mengistikmalkan Sya'ban jadi 30 hari. Otomatis, Sabtu-nya langsung puasa pertama," kata Syafri Tuanku Imam Sutan Sari Alam, Ketua Majelis Zikir Istiqamah Syattariyah (Mazis) Kabupaten Padang Pariaman.
    Menurut dia, ini ketentuan yang berlaku selama ini di kalangan Syattariyah atau masyarakat kampung. "Namun demikian, kita tetap menghargai apa yang sudah diputuskan Menteri Agama RI dalam Sidang Isbat-nya bersama seluruh kekuatan ormas Islam, yang menetapkan satu Ramadhan jatuh pada Kamis ini. Sebab, yang namanya perbedaan merupakan rahmat dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Syafri yang juga pengurus Baznas Padang Pariaman itu.
    Ada sejumlah lokasi yang dijadikan titik untuk melihat bulan, yang memang dilihat secara mata telanjang itu. "Kalau di Padang Pariaman di tepi pantai Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis. Dan bahkan, sepanjang garis pantai itu akan menjadi titik lokasi yang strategis untuk melihat bulan," katanya.
    Sebagiannya, lanjut Syafri, ada juga yang diutus ke Koto Tuo, Kabupaten Agam, tempat petinggi Syattariyah berdomisili. Sekarang, dengan kecanggihan tekhnologi informasi tampak bulan akan cepat tersebarnya. Bila bulan memang telah tampak, masing-masing masjid akan membunyikan beduk, yang kalau di daerah ini disebut tabuah, sebagai alat untuk memberitahukan kepada masyarakat yang tidak ikut melihat bulan.
    Meriam Ambung Kapur
    Di Kecamatan VII Koto Sungai Sariak lama, meliputi Kecamatan Patamuan dan Padang Sago, tanda bulan kelihatan ditandai dengan pelepasan meriam. Meriam peninggalan Belanda itu terletak di Korong Ambung Kapur, Nagari Sungai Sariak. Bunyinya sangat keras dan kuat. Menurut cerita yang tua-tua di kampung itu, bunyi meriam Ambung Kapur ini sampai ke Malalak, Kabupaten Agam.
    Hari melihat bulannya juga sama dengan Syattariyah, yakni Kamis ini. Meriam itu dipimpin seorang tokoh masyarakat secara turun-temurun. Majolelo gelar orangnya. Perintah meriam dibunyikan langsung dari Tuanku Kadhi Masjid Raya VII Koto Koto atau Surau Gadang Ampalu, setelah sebelumnya tabuah gadang masjid itu dibunyikan.
    Walikorong Ambung Kapur, Arnis Tanjung menceritakan bahwa meriam itu telah ada sebelum dia lahir kedua. "Sudah 60 tahun lebih umur saya saat ini. Sejak dulu, setiap akan mengawali puasa dan lebaran, yang namanya meriam itu tetap dibunyikan sampai sekarang. Dulu itu, kami yang anak-anak gotong royong menyediakan sabut kelapa, sebagai alat untuk meriam supaya keras bunyinya," kata dia.
    Mengaji pusaro
    Satu lagi tradisi masyarakat Syattariyah; mengaji pusaro atau kuburan. Sampai Kamis ini, masyarakat perkampungan di Padang Pariaman masih ada yang menyelenggarakan hal itu. Kalau di VII Koto Sungai Sariak lama, setiap kaum punya pandam pekuburan. Maka setiap kaumnya juga melakukan tradisi mengaji pusaro jelang puasa dan setelah lebaran.
    "Pusaro tempat gaek ambo, Kamis ini mengajinya. Itu juga menjadi kelaziman, bahwa setiap petang meniliak atau saat hari melihat bulan, kami melakukan mengaji pusaro. Seluruh ahli waris orang yang dimakamkan di pusaro itu hadir. Bahkan, yang merantau seperti di Pekanbaru dan Jambi pada pulang kampung saat itu. Begitu pentingnya mengaji pusaro yang diajarkan oleh leluhur kita," kata Herman Sikumbang, tokoh masyarakat Batang Piaman Gadang, Kecamatan Padang Sago. (501)
--------------------------------------------------------------------------

Dalam Suku Sikumbang Koto Buruak
Taufik Samti Resmi Bergelat Datuak Mulie

Lubuk Alung--Taufik Samti secara resmi telah menyandang gelar Datuak Mulie. Gelar adat dalam lingkungan kaum Suku Sikumbang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Padang Pariaman itu sebelumnya dijabat Zara'i. Kini, Zara'i sudah tua. Bukik lah tinggi, lurah dalam. Gelar Datuak Mulie yang dia sandang sejak lama, diserahkannya ke kemenakannya; Taufik Samti.
    Sebanyak tujuh pangulu dalam Suku Sikumbang Koto Buruak atau kawasan Timur Lubuk Alung itu membubuhkan tandatangan yang diawali dengan musyawarah mufakat, dalam bentuk acara 'Sumbek Labu'. Mereka itu; Datuak Angkai Sati, Datuak Saripado, Datuak Amputiah, Datuak Putiah, Datuak Pangulu Basa, Datuak Sari Marajo, dan Datuak Mangkudun Sati.
    Sabri Datuak Amputiah kepada Singgalang menjelaskan, gelar Datuak Mulie dalam kaum Suku Sikumbang merupakan Parmato Adat. "Artinya, kalau dalam sidang adat tidak hadir Pucuak Adat, maka Parmato Adat yang melanjutkan segala keputusan yang berhubungan dengan kelangsungan kaum itu sendiri," kata dia.
    "Alhamdulillah, kesepakatan yang juga ditandai hitam diatas putih dua hari yang lalu itu berlangsung aman, sesuai keinginan bersama. Bahkan, seluruh alim ulama, niniak mamak, cadiak pandai, cadiak pandai, labai pegawai, bundo kanduang, dan generasi muda Timur Lubuk Alung hadir. Tentu hal demikian sebagai simbol sebuah kesuksesan dalam acara selanjutnya, yakni jamuan yang akan dilangsungkan sehabis lebaran nanti," ujar Datuak Amputiah bersama Walinagari Lubuk Alung, Harry Subrata dan Taufik Samti.
    Taufik Samti merupakan satu dari sekian banyak tokoh Lubuk Alung. Dikenal berpusaka luas. Banyak sudah pusakanya yang disumbangkan buat kemaslahatan masyarakat. Satu diantaranya, tanah bangunan SD 05 Lubuk Alung kini merupakan kontribusi positif yang diberikannya.
    Ketua KAN Nagari Lubuk Alung, Suharman Datuak Pado Basa menjelaskan, bahwa pangulu di nagarinya tagak basuku, pusako tagak bahindu. "Untuaknyo bapunyo, ayam bainduak, ganggamnyo bapadok. Artinya, itu semua terpulang pada Suku Sikumbang di Nagari Lubuk Alung. KAN sebagai lembaga adat di nagari hanya memberikan legalitas formal kepada orang yang bergelar kebesaran sako adat, setelah mereka melakukan jamuan," kata dia.
    "Sepanjang seseorang bergelar pangulu harus melakukan jamuan, menurut sepanjang adat. Itu warih bajawek, pusako batolong. Diasak ndak layua, dicabuik ndak mati. Namun demikian, KAN tetap menghargai apa ketentuan dari suku, yang selanjutnya menjadi pedoman adat tagak basuku dalam Nagari Lubuk Alung," ujarnya. (501)
------------------------------------------------------------------

Dalam Pilkada
Padang Pariaman tak Punya Calon Perseorangan

Parit Malintang--Masa penerimaan berkas bagi calon kepala daerah perseorangan telah berakhir. KPU Padang Pariaman memastikan, tidak seorangpun dari calon tersebut yang datang mendaftar ke Kantor KPU yang terletak di Padang Baru, Nagari Parit Malintang, Kecamatan Enam Lingkung.
    Ketua KPU Padang Pariaman Vifner kepada Singgalang, kemarin menyebutkan kalau calon kepala daerah dari unsur perseorangan itu tidak ada. "Sejak Senin sore lalu, masa penerimaan itu berakhirnya. Namun, nampaknya tak seorang tokoh masyarakat yang berminat maju dari kelompok ini," ujar dia.
    "Dan memang, dalam persyaratan untuk perseorangan itu telah kita cantumkan semua ketentuannya melalui media massa, sebagai prasyarat yang harus dilakukan KPU sebagai pihak yang menyelenggarakan Pilkada serentak 9 Desember mendatang. Tentu kepastian bakal calon bupati/wakil bupati lima tahun itu hanya berasal dari partai politik," kata dia.
    laouching Pilkada badunsanak
    Selasa kemarin KPU Padang Pariaman mendeklarasikan Pilkada badunsanak, yang ditandai dengan gerak jalan santai mulai dari kantor KPU di Padang Baru terus berkeliling ke Pasa Dama, jalan lintas Padang - Bukittinggi, dan berakhir lagi di KPU.
    "Jalan santai diikuti semua pimpinan partai politik yang ada di Padang Pariaman. Pimpinan SKPD, Camat, Walinagari, PPK, PPS. Ini kita lakukan, mengingat pelaksanaan Pilkada serentak sudah diambang pintu. Dan tentunya, demikian itu menjadi momen penting bagi semua pihak di daerah ini, bagaimana Pilkada aman, dan membuahkan hasil yang sesuai keinginan masyarakat itu sendiri," kata Vifner yang juga Ketua DPD KNPI Padang Pariaman tersebut.
    Dia mengharapkan, Pilkada berlangsung sesuai harapan bersama. Kesuksesan Pilkada, merupakan cerminan keberhasilan daerah dalam menjalankan pembangunan lima tahun mendatang. Untuk itu, partai politik yang akan mengusung calon dan calon itu sendiri bersama pendukung dan konstituennya mampu melihat kepentingan yang lebih besar, untuk kemajuan Padang Pariaman. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar