Minggu, 17 Juli 2016

Masjid Raya Padang Pariaman Merupakan Marwah dan Prestise Daerah

Lewat PPIP
Pembangunan Jalan Rabat Benton Selesai, Akses Masyarakat Semakin Terbuka

Lubuk Alung--Pembangunan jalan yang menghubungkan Korong Taluak Balibi Utara, Nagari Pungguang Kasiak dengan Korong Korong Pasar Lubuk Alung dan Korong Sungai Abang, Nagari Lubuk Alung lewat Program Pembangunan Infrastruk Perdesaan (PPIP) sepanjang 781 meter selesai dikerjakan. Bulan ini, jalan itu diserah-terimakan.
    Dengan itu, masyarakat Taluak Balibi Utara merasa senang dan gembira. Menurut Arifin Husin, Ketua Organisasi Masyarakat Setempat (OMS), PPIP sangat tepat sekali di berikan pemerintah di Korong Taluak Balibi Utara ini.
    "Untuk Nagari Pungguang Kasiak, Korong Taluak Belibi Utara ini sangat minim bangunan infrastruktur, apalagi jalan yang layak seperti jalan rabat beton yang diberikan PPIP dibawah naungan PNPM ini," kata dia pada Singgalang, kemarin di Lubuk Alung.
    Masyarakat, kata Arifin Husin, sangat bersyukur sekali mendapat bantuan yang langsung pula dibangunkan jalan rabat beton. Adanya jalan ini, tentu dapat meningkatkan akses perekonomian dan aktivitas masyarakat.
    Arifin Husin melihat, terbukanya jalan rabat beton ini, anak-anak sekolah yang dulunya sempat buka sepatu saat musim hujan, kini sudah tidak lagi. Malah, banyak diantara mereka yang mengangkut sepedanya ke sekolah, saking rancak dan bagusnya jalan tersebut.
    "Kami berharap, PPIP ini terus berlanjut. Ini merupakan salah satu program yang pro rakyat. Kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Satker dan PPK PPIP, Dinas PU,  pendamping PPIP yang juga merupakan putra-putri daerah ini. Mulai dari Redha Kurnia Zain, putri Korong Taluak Balibi Utara, Rozanya, dari Pariaman, serta Tenega Ahli Manajemen Kabupaten (TAMK PPIP) Shabri Zain, juga putra kampung ini," katanya.
    TAMK PPIP Padang Pariaman Shabri Zain menyebutkan, Korong Taluak Balibi Utara adalah salah satu desa/nagari sasaran yang merima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dari PPIP 2014, dengan dana Rp100 juta, dan dilanjutkan 2015 ini dengan dana Rp150 juta.
    "Korong ini satu dari enam desa sasarana yang diterima Pemkab Padang Pariaman. Infrastruktur yang dibangun; jalan rabat beton dengan lebar 2,5 meter. PPIP merupakan program berbasis pemberdayaan di bawah payung PNPM Mandiri, yang bantuannya meliputi fasilitasi dan memobilisasi masyarakat, dalam melakukan identifikasi permasalahan kemiskinan, menyusun perencanaan, melaksanakan pembangunan infrastruktur dan pengewasan pembangunan, serta pemeliharaan infrastruktur terbangun," kata Shabri Zain. (501)
-------------------------------------------------------------

Dampak Galian C Lubuk Alung
Anak Putus Sekolah Meningkat, Sumur Warga Semakin Mengering

Lubuk Alung--Dampak nyata yang dirasakan masyarakat akibat aktifitas galian C di Lubuk Alung saat ini, hilangnya sebagian daya dukungan dalam Sungai Batang Anai, dan di sekitarnya seperti hilangnya batu besar, yang selama ini berfungsi menahan derasnya air sungai.
    Azminur, salah seorang tokoh masyarakat Lubuk Alung menilai batu besar dalam sungai merupakan tempat berlindungnya makhluk hidup berukuran kecil. Kemudian, hilangnya beberapa makhluk hidup, yang merupakan bagian biodiversitas dalam sungai. Akibat galian C, sungai juga semakin melebar dan semakin dalam.
    "Penyediaan air dalam tanah semakin berkurang. Dapat dirasakan, bila musim kemarau sumur warga banyak yang mengering, sebagai akibat dasar sungai semakin dalam. Kalau musim hujan datang, berpotensi mengancam kehidupan warga, terutama yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang bantaran Sungai Batang Anai, karena debet air meningkat dan menyebabkan terbannya beberapa titik bibir sungai," kata dia.
    Yang tidak kalah sedihnya, lanjut Azminur, mantan Camat Lubuk Alung ini, banyaknya anak-anak wajib belajar menjadi putus sekolah. Pada umumnya, anak-anak tersebut punya aktivitas di lokasi penambangan. Eksploitasi besar-besaran ini dilakukan segelintir kelompok masyarakat, dengan menggunakan alat berat seperti eskavator dengan berbagai ukuran paket dari jenis alat berat.
    Aktivitas galian tambang ini, katanya lagi, sudah puluhan tahun berlangsung. Dampaknya sudah dirasakan langsung, karena kurang dikelola dengan baik, dalam arti tatakelola sumber material ini dirasakan tidak ada. Sangat jelas, ada indikasi pembiaran oleh pemerintah.
    "Ada hak dan kewajiban dari pelaku tambang yang perlu dipertanyakan, yakni kewajibannya mengurus izin, membayar uang untuk reklamasi pasca penambangan, atau izin sudah habis. Sebaiknya, kewenangan sektor pertambangan sesegera mungkin ditarik ke Pemrov Sumbar," katanya. (501)
------------------------------------------------------------------------------

Syafrizal Tanjung, Sang Walikorong yang Lihai Memanfaatkan Hutan

Batang Anai--Satu kawasan kebun warga berisi aneka ragam pepohonan. Ada pohon jengkol, petai, durian, nangka, karet, pinang, asam kandis dan lain-lain. Berbaur. Bersama pepohonan lain, beragam tanaman ini memenuhi hutan Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman.
    "Dari sinilah kami hidup sehari-hari. Kami menanam pohon-pohon ini karena berumur lama. Sampai anak cucu kami masih bisa menikmati. Itu juga menjadi hutan yang bermanfaat bagi kami," kata Syafrizal Tanjung, Walikorong Kuliek, Nagari Sungai Buluah.
    Tak mudah akses ke hutan sana. Hanya bisa menggunakan sepeda motor sebagian, lalu berjalan kaki. Jalan setapak, cukup terjal, berliku dan naik turun pula. Kala musim hujan, jalan licin dan becek. "Ini warga gotong royong buat jalan setapak dan jembatan. Kami harapkan pemerintah bisa memperhatikan kesulitan akses jalan ini. Tak usah jalan lebar. Cukup pengerasan hingga musim panas maupun hujan kami bisa mudah ke kebun," sebut dia.
    Di sana, sebagian tanaman sudah mulai berbuah. Pohon petai menjulang tinggi dan berbunga. Jengkol pun berbuah lebat. Karet sudah mulai sadap. Di bawah pohon, Walikorong Syafrizal Tanjung menanami cabai, jahe, kunyit dan tanaman lain. "Kami di sini gini, lahan di bawah pohon juga ditanami. Jadi, tak kosong. Tanaman keras sampai bumbu-bumbu juga ada. Lumayan, kan," ungkapnya.
    Sebagian lahan baru mulai tanam. Tampak, pohon durian, karet, jengkol, petai sampai karet baru berumur sekitar setahun. Daun berwarna hijau muda sungguh menyegarkan mata. Di kebun Syafrizal, tanaman mulai panen; jengkol 30 batang, 15 durian, dan petai 14 pohon. Dia mulai menanam lagi 50 pohon durian, 75 jengkol, dan ratusan karet.
    Di bagian lain tampak tanaman karet, durian sampai jengkol yang sudah berumur puluhan tahun. "Ini dulu, nenek moyang kami yang menanamnya. Kami masih bisa menikmatinya sampai sekarang," ulas dia.
    Menurut dia,  panen petai dan durian baru saja usai dan mulai berbunga lagi. Kini, warga bersiap panen jengkol. Biasa mereka menjual jengkol masih dengan kulit per karung berisi 28 kg. "Kalau harga lagi tinggi, per karung bisa Rp1,4 juta. Sekarang, lagi banyak panen, hanya Rp400 ribuan per karung. Mungkin ada sekitar 30 karung di kebun," ujar Syafrizal.
    Pada panen lalu, petai Rp15.000 per 10 tangkai. Kadang lebih mahal. Sedangkan asam kandis tak pakai musim, selalu ada. Buah kering per kg Rp5.000. Di dataran rendah, warga juga bercocok tanam, dari padi, jagung, sampai kacang-kacangan. Hamparan sawah tampak di sekitar perumahan warga. "Semua yang kami tanam ini alami, tak ada yang pakai pupuk kimia," ucap Syafrizal.
    Syafrizal menyebutkan, bahwa tanamannya tak hanya sejenis itu. Tanaman seperti durian, jengkol sampai petani itu buah musiman. "Kalau habis panen durian, kami tak putus. Menyusul panen petai, lalu jengkol. Yang bisa tiap hari diambil, karet dan asam kandis atau pinang. Kalau semua tanaman sama kami sekali saja panen, sudah itu mau kerja apa," tanya dia. (501)
----------------------------------------------------------

Tekad Masyarakat Sungai Buluah
Bila Hutan Dilestarikan Masyarakat Bakal Sejahtera

Batang Anai--Dalam membuka hutan, Syafrizal, Walikorong Kuliek, Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai mempunyai kearifan tersendiri. Bersama masyarakat, dia menebang pohon tidak sembarangan. Pohon ditebang dengan menyisakan sekitar satu meter dan masih hidup. Alasannya, kala pohon baru ditanam dan masih kecil, tanah ada penahan dengan pohon lama yang hidup walau sudah ditebang.
    "Nanti, kalau tanaman warga sudah besar, baru pohon itu ditebang. Bukan itu saja, mereka tak asal tebang. Pohon-pohon besar yang berfungsi sebagai penyangga di kebun tetap berdiri kokoh," ungkapnya.
    Kala ingin menanam dan membersihkan lahanpun, tidak dengan membakar. Tebangan pohon dan rumput dibiarkan mengering dulu sebelum ditanami. "Ini kan nantinya jadi pupuk. Jadi, kami biarkan saja dulu sampai kering, baru ditanam," ulas dia.
    Lahan perkebunan dan pertanian warga itu, ada di hutan candangan, hutan kelola dan hutan kesepakatan. Hutan cadangan, yakni kawasan budidaya pertanian dan perkebunan tetapi buat cadangan generasi berikut. Lalu, hutan kesepakatan merupakan kawasan agroforest berdasarkan kesepakatan masyarakat. Sedangkan hutan kelola merupakan kawasan untuk kehidupan sehari-hari warga, seperti parak dan sawah.
    Ada satu lagi, hutan larangan. Hutan di Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman ini tak boleh diganggu oleh penebangan sama sekali. Korong Kuliek dan Korong Salisikan, berada di hulu sungai hingga memiliki hutan larangan. "Dari hulu sungai, di hutan inilah pasokan air PDAM daerah ini berasalnya," katanya.
    Air di hulu sungai jernih dan mengalir deras memehuni kebutuhan air bersih warga nagari, irigasi dan zonasi sungai. Air bersih dan jernih memungkinan ikan-ikan berkembang. Di Batang Sungai Salisikan, sepanjang 15 kilometer, masyarakat menerapkan zona tangkap ikan guna menjaga keberlangsungan ikan-ikan di sana. Ada zona larang tangkap sepanjang tiga kilometer, zona penyangga dan zona bebas. Syafrizal berencana menerapkan hal serupa di Sungai Kuliek.
    Dia mengatakan, menjaga hutan menjadi kewajiban. Hutan, katanya, merupakan sumber kehidupan masyarakat. "Kalau hutan tidak dijaga, dari mana mata pencarian? Air bersih? Bencana banjir dan longsor pun mengancam. Yang rugi kami juga. Bagi kami, hutan lestari, masyarakat sejahtera," ungkapnya.
    Kehadiran hutan nagari ini tak lepas dari peran Walikorong Kuliek ini. Menurut dia, keinginan ada hutan nagari berawal kala dia menonton tv. Tayangan beberapa kasus konflik lahan di Sumatera dan Kalimantan, membuat dia khawatir akan wilayah kelola warga. "Kami kelola tanah ulayat, tapi menurut pemerintah itu hutan lindung. Bisa jadi macam di tv itu menimpa kami," katanya. (501)
-----------------------------------------------------

Masih Ada Penebang Liar di Hutan Sungai Buluah

Batang Anai--Di Nagari Sungai Buluah, selain tanaman yang sudah dikelola warga, banyak potensi lain yang bisa dimanfaatkan, seperti rotan, manau, madu hutan, pandan, bambu, jamur, sarang walet sampai objek wisata. Ada beberapa lokasi berpotensi menjadi tempat pemandian, air terjun di Lubuak Sarasah, sampai arung jeram seperti di Kuliek dan Salisikan.
    Masyarakat berencana menjadikan itu sebagai objek wisata alam. Air deras berbatu-batu besar dengan kiri dan kanan penuh dengan pepohonan rimbun, menjadi pemandangan indah dan menarik. "Sudah mulai ramai tempat ini kalau hari libur. Orang dari kota datang ke sini untuk mandi bersama keluarga," kata Syafrizal Tanjung, Walikorong Kuliek menunjuk ke arah Sungai Salisikan, beberapa orang bermandi riang di tengah air deras di sela-sela bebatuan.
    Keragaman hayati pun masih banyak di hutan ini. Ada harimau Sumatera, kukang, kijang, landak, monyet, rusa, babi hutan sampai berbagai macam spesies burung dan mamalia kecil. Untuk jenis kayu, ada mahoni, madang, surian, paniang-paniang dan lain-lain.
    Salisikan dan Kuliek, dua dari delapan korong di Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai, kabupaten Padang Pariaman. Selain itu, ada Korong Kampuang Apa, Tanjuang Basuang, Banda Cino, Kabun, Talang Jala dan Pasa Usang.
    Nagari Sungai Buluah, sepertiga kawasannya berada di Bukit Barisan dengan topografi berbukit, dengan ketinggian 12-800 meter dari permukaan laut. Penduduk nagari ini sekitar 14.672 jiwa atau 3.542 keluarga dengan luas wilayah 19.250 hektare. Warga di sini terdiri dari beberapa suku, antara lain, Suku Panyalai, Tanjuang, Koto, Jambak dan Guci.
    Saharuddin, Walinagari Sungai Buluah mengatakan, warga menjaga hutan agar tak terjarah. Terlebih, Korong Salisikan dan Kuliek, berada di dataran tinggi. Kalau hutan gundul, maka bencana alam terjadi. Warga pun melakukan pengawasan dan patroli hutan mandiri serta bergiliran. Hutan nagari yang difasilitasi Warsi, di lokasi hulu sungai Korong Salisikan dan Kuliek seluas 2.500 hektare. Sedangkan keputusan hutan nagari seluas 1.336 hektare, dari Kemenhut RI keluar pada 2 Desember 2013.   
    Meskipun begitu, menjaga hutan bukan perkara mudah. Ada saja tangan-tangan jahil menebang pohon terutama di hutan larangan. "Masih ada penebang liar. Beberapa waktu lalu warga memergoki tiga orang penebang liar. Mereka melarikan diri, tapi gergaji mesin berhasil disita," kata Saharuddin.
    Tak pelak, beberapa bagian hutan yang harus terjaga sempat terbabat. Hal ini pula yang menambah dorongan mereka mendapatkan hutan nagari. "Sekaligus mengelola, kami juga bisa mengawasi hutan lebih ketat lagi," ujar Saharuddin.
    Warga nagari sudah mengalami beberapa kali banjir dan longsor dampak hutan terjarah. Terakhir pada 2013 lalu. "Jembatan, jalan, rumah-rumah sampai lahan pertanian habis terendam. Tanggul di Salisikan juga jebol," cerita dia.
    Hal ini dibenarkan M. Hasan K, Walikorong Salisikan. Dia memperlihatkan bekas tanggul jebol yang hingga kini belum diperbaiki oleh pemerintah. Batu-batu tampak berserakan tak beraturan di tepian Sungai Salisikan.
    "Tanggul cuma batu ditumpuk-tumpuk. Hujan deras, jebol. Habis rumah, dan sawah warga. Itu karena hutan di sana ada yang nebang," katanya, sambil menunjukkan hutan di dataran tinggi di seberang sungai. Dia berharap, pemerintah segera membangun kembali waduk dengan lebih permanen. (501)
------------------------------------------------------------

Korban Kebakaran dan Puting Beliung Di Dapil IV
BPBD Padang Pariaman Serahkan Bantuan 35 Kodi Seng untuk 23 KK

Lubuk Alung, Singgalang
    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Padang Pariaman, Senin (19/10) secara resmi menyerahkan bantuan bencana alam; kebakaran dan korban angin puting beliung yang terjadi pada tahun ini. Bantuan berupa seng yang tentunya untuk digunakan sebagai ganti atap rumah korban musibah yang telah punah.
    "Total bantuan itu; 35 kodi seng untuk 23 kepala keluarga (KK) korban kebakaran dan angin puting beliung di tujuh nagari; Nagari Lubuk Alung, Pungguang Kasiak, Toboh Gadang, Sintuak, Buayan, Ketaping, Sungai Buluah yang ada di Dapil IV yang meliputi Kecamatan Lubuk Alung, Sintuak Toboh Gadang, dan Kecamatan Batang Anai," kata Kepala BPBD Padang Pariaman Amiruddin.
    Bantuan demikian langsung diserahkan Bupati Ali Mukhni di Kantor Camat Lubuk Alung. Kepada penerima bantuan, Ali Mukhni yang juga calon bupati dengan nomnor urut satu ini minta untuk memanfaatkan itu sesuai peruntukkannya.
    "Jangan dijual pula seng ini. Manfaatkan untuk rumah kita masing-masing, meskipun bantuan ini agak terlambat datangnya. Pemerintah daerah terus berupaya, bagaimana masyarakat Padang Pariaman bisa terhindar dari segala macam musibah, termasuk juga musibah kebakaran dan angin puting beliung yang akhir-akhir ini cukup akrap di daerah kita," kata Ali Mukhni.
    Nagari Lubuk Alung penerima terbanyak
    Dari 23 korban itu, 10 korban KK terdapat di Nagari Lubuk Alung. Menurut Walinagari Harry Subrata dan Kaur Kesra-nya Yardi, dari yang 10 itu, enam KK merupakan korban kebakaran, dan empat terkena puting beliung.
    "Alhamdulillah, bantuan ini akan dimafaatkan sebagaimana mestinya. Kita berharap kedepannya, nagari dan kabupaten ini dijauhkan dari berbagai musibah dan bencana, yang pada akhirnya merusak rumah dan pemukiman masyarakat," harapnya. (501)
--------------------------------------------------------------------

Rumah Amiruddin Ludes Terbakar, Kerugian Rp300 Juta

Lubuk Alung--Musibah kebakaran kembali terjadi di Lubuk Alung. Senin (19/10) senja, rumah Amiruddin di Jorong Kampuang Ladang, Korong Sungai Abang, Lubuk Alung terpanggang. Meskipun tidak ada korban jiwa yang terjadi dalam musibah itu, Amiruddin tak lagi punya rumah yang bisa didiaminya.
    Kepala BPBD Padang Pariaman Amiruddin melaporkan, dalam musibah demikian korban mengalami kerugian sekitar Rp300 juta. "Senja itu, di lokasi demikian lampu listrik sedang mengalami pemadaman. Anak korban yang bernama Putri menyalakan lilin, sebagai alat penerangan. Korban juga pedagang bensin enceran," kata dia.
    Dari lilin yang dihembus angin-angin kecil itulah bersentuhannya api dengan bensin. Dengan cepatnya, api memanggang rumah beserta isinya. Anak korban, Putri sempat mengalami luka bakar pada kakinya.
    Kaur Kesra Nagari Lubuk Alung Yardi, atas perintah Walinagari Harry Subrata langsung turun tangan mendatangi lokasi tersebut. "Semua rumah dan isinya hangus dan tak lagi bisa dimanfaatkan. Hingga saat ini, laporan yang kita berikan pada BPBD dan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Padang Pariaman belum ada tanggapan, selain mobil pemadam yang datang dari posko Lubuk Alung dan Pariaman," katanya.
    Menurut Yardi, untuk sementara, Amiruddin bersama keluarganya terpaksa menumpang di rumah dunsanaknya, yang tak jauh dari lokasi rumahnya yang hangus terbakar tersebut. "Kita ingin, mereka cepat dapat bantuan tanggap darurat dari Pemkab Padang Pariaman," harapnya. (501)
--------------------------------------------------------------------

Tingkatkan Perolehan Kursi, PKB Padang Pariaman Gelar PKTP 

Pariaman--Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ali Anshori mengungkapkan, pelatihan kader partai merupakan program yang menjadi fokus PKB. Semua jabatan di jajaran kepengurusan, mulai dari tingkat DPP, DPW, dan DPC secara bertahap harus diisi oleh kader yang sudah mengikuti pelatihan kader sesuai dengan level kepengurusannya.
    Ali Anshori mengungkapkan hal itu pada pembukaan Pendidikan Kaderisasi Tingkat Pertama (PKTP) PKB, Senin (19/10) di hotel Nan Tongga, Kota Pariaman. Pembukaan PKTP dihadiri Ketua DPW PKB Sumatera Barat H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah, Ketua DPC PKB Padang Pariaman Zulhelmi Tuanku Sidi, Ketua DPC PKB Pasaman Aminullah, Ketua Fraksi PKB DPRD Padang Pariaman Syafrinaldi, Ketua Fraksi PKB DPRD Pasaman Kumpul Ritongga. Peserta pelatihan sebanyak 50 orang, terdiri dari utusan kader PKB di Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Pasaman. Sedangkan instruktur PKTP dari Tenaga Ahli DPP PKB Hesbul Bahar.
    Menurut Ali Anshori, sesuai arahan Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, pelatihan kader partai pasca Muktamar PKB di Surabaya tahun 2014 lalu, mutlak dilakukan. "Perolehan kursi DPR RI dan DPRD provinsi/kabupaten/kota pada Pemilu 2014 yang meningkat dibanding pada Pemilu sebelumnya 2009, harus dipertahankan dan ditingkatkan. Peningkatan perolehan suara PKB pada Pemilu 2019 mendatang, harus dijawab dengan pelatihan kader yang terencana, tersistematis dan jelas," kata dia.
    Sebelumnya, Ketua DPC PKB Padang Pariaman Zulhelmi Tuanku Sidi mengungkapkan, di daerahnya pertumbuhan PKB sangat menggembirakan. Pada Pemilu 1999 dan 2004, PKB tidak mendapatkan kursi DPRD. Pada Pemilu 2009 pacah talua, mendapatkan satu kursi.
    "Dengan kerja keras dan teamwork yang kompak, pada Pemilu 2014 berhasil meraih 4 kursi. Sehingga memiliki satu fraksi di DPRD Padang Pariaman. Prestasi ini merupakan kerja keras semua kader PKB. Mudah-mudahan dengan adanya pendidikan kaderisasi ini akan menambah semangat, untuk terus meningkatkan perannya di tengah masyarakat," katanya.
    Menurut Zulhelmi, DPC PKB Padang Pariaman optimis pada Pemilu 2019 mendatang perolehan kursi bakal bertambah. Langkah awal yang dilakukan untuk mencapai target tersebut, adalah melalui pendidikan kaderisasi ini. "Selain itu, penataan organisasi partai hingga ke tingkat ranting terus dibenahi. Saat ini kita terus merekrut kader yang ingin berjuang bersama PKB membangun masyarakat yang lebih adil, sejahtera, sesuai kondisi masyarakat," tambah Zulhelmi.
    Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni yang juga calon bupati periode 2015-2020, bersama pasangannya Suhatri Bur menyampaikan terima kasih atas dukungan PKB yang menjadi pengusung dalam Pilkada serentak 9 Desember 2015 mendatang. "Mari kita bersama-sama menyukseskan Pilkada dengan meraih kemenangan, dengan tujuan membangun daerah ini ke arah yang lebih baik lagi," kata Ali Mukhni. (501) 
-------------------------------------------------------------


Masjid Raya Padang Pariaman Merupakan Marwah dan Prestise Daerah

Parit Malintang--Pembangunan Masjid Raya Padang Pariaman merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan, sejak awal perpindahan Kantor Bupati ke Parit Malintang pada 25 Oktober 2012 silam. Banyak ulama, niniak mamak, bundo kanduang, perantau maupun aparatur yang merindukan keberadaan sebuah masjid yang megah, multifungsi dan prestisius.
    Ada masukan dari sejumlah ulama dan masyarakat, bahwa kantor megah tapi belum punya masjid, tak punya arti apa-apa. Sejak itu, komunikasikan bersama DPRD terealisasi, dan dibuktikan dengan peletakkan batu pertamanya saat ini.
    Peletakan batu pertama Masjid Raya Padang Pariaman, Senin lalu itu berlangsung khidmat dan disambut antusias oleh seluruh aparatur, dan segenap elemen masyarakat. Bupati Ali Mukhni meminta dukungan seluruh elemen masyarakat, baik di ranah maupun di rantau untuk percepatan pembangunannya.
    "Alhamdulillah, hal ini sebagai awal dari pembangunan prestisius dan tentunya diharapkan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Padang Pariaman," kata dia. Menurutnya, pembangunan masjid ini diperkirakan akan menelan biaya Rp100 miliar, mulai dari struktur hingga fasilitas pendukung.
    Ali Mukhni yakin, mesjid ini akan semakin megah dengan disain minimalis modern dan juga ada pembangunan menara. Untuk percepatan pembangunannya, Ali Mukhni minta dukungan dari duta besar negara sahabat. Pembangunan masjid itu juga melibatkan anggota Legislatif dari pusat dan daerah, perantau, BUMN, dan donatur lainnya. "Semula pembangunannya dianggarkan sebesar Rp20 miliar. Namun, karena anggaran defisit, untuk sementara dianggarkan Rp5 miliar," ujar dia.
    Ketua DPRD Faisal Arifin mengapresiasi Bupati Ali Mukhni yang telah mengimplementasikan pokok-pokok pikirannya, dalam penambahan fasilitas umum di komplek IKK, Parit Malintang. Ia menilai, pembangunan masjid raya merupakan marwah dan prestise suatu daerah.
    Muslim Kasim yang hadir saat ini menilai, pembangunan masjid raya sejalan dengan filsafat Minangkabau; adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABS-SBK). Masjid dibangun untuk membentengi nilai-nilai moral dalam kehidupan bernagari dan bermasyarakat.
    Pembangunan mesjid raya di Komplek IKK Parit Malintang, tambah Muslim Kasim, calon Gubernur Sumbar dengan nomor urut satu ini, adalah suatu peristiwa yang menggembirakan. Apalagi masjid yang dibangun menjadi salah satu termegah di Sumatera Barat.
    Kabag Humas Setdakab Hendra Aswara menjelaskan, masjid raya terdiri dari dua lantai dengan luas lahan dua hektare. Luas bangunannya mencapai 5.200 meter, yang terdiri dari dua lantai, di dukung dengan parkir yang luas dan pakai taman. Lantai satu akan dibangun Kantor Baznas, MUI, Majelis Taqlim, perpustakaan, restoran, pusat perbelanjaan. Sedangkan lantai dua untuk tempat shalat. Masjid ini nantinya akan menampung sebanyak 2.500 jemaah. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar