90 Tahun Syekh Ali Imran Hasan Mengabdi untuk Bangsa dan Negara
Padang Pariaman--Pemkab Padang Pariaman memberikan apresiasi kepada Pondok Pesantren
(Ponpes) Nurul Yaqin Ringan-Ringan, Pakandangan, Kecamatan Enam Lingkung
yang sudah menghasilkan ratusan alumni yang bergelar tuanku. Para
alumni tersebut sudah berbuat di tengah masyarakat sebagai ulama dalam
mensyiarkan agama Islam.
Wakil Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur
mengungkapkan hal itu pada Silaturahmi Akbar Keluarga Besar Ponpes
Nurul Yaqin dalam rangka 90 tahun Syekh H. Ali Imran Hasan Mengabdi
untuk Bangsa dan Negara, Sabtu (9/7) di pesantren tersebut. Acara
bertemakan, dengan momentum silaturahim akbar mari perkuat ukhuwah
islamiyah dihadiri Pendiri/Pimpinan Pesantren Nurul Yaqin Syekh H. Ali
Imran Hasan, Ketua Yayasan Idarussalam Tuanku Sutan, Ketua MUI Padang
Pariaman Dr. Zainal Tuanku Mudo, Wakil Pimpinan Pondok Pesantren
Almuhdil Karim Tuanku Bagindo, dan alumni lainnya.
Menurut
Suhatri Bur yang juga mantan Bendahara PC Nahdlatul Ulama Kabupaten
Padang Pariaman ini, Nurul Yaqin tetap menjadi perhatian Bupati Ali
Mukhni. Ketika ada kegiatan yang berkaitan dengan pesantren, maka Nurul
Yaqin selalu diprioritaskan.
"Ini terbukti, jika program
pembangunan yang diarahkan untuk pesantren, maka Bupati Ali Mukhni pasti
mendahulukan Nurul Yaqin. Hal itu tentu atas pertimbangan kiprah Nurul
Yaqin yang tidak diragukan lagi perannya," kata Suhatri Bur menambahkan.
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Nurul Yaqin Idarussalam Tuanku Sutan
sebelumnya mengungkapkan, Nurul Yaqin terpaksa menolak hampir setengah
dari calon santri yang mendaftarkan diri tahun ajaran 2016/2017 ini.
"Hingga jelang lebaran baru lalu sudah mendaftar sebanyak 300 calon
santri. Padahal yang diterima hanya 180 orang," kata Idarussalam yang
juga Kepala BKD Kabupaten Padang Pariaman ini.
Menurut
Idarussalam, Nurul Yaqin terpaksa menolak calon santri karena tidak
tertampung dari lokal belajar dan asrama. Hingga hari ini, lokal belajar
dan asrama yang akan menampung santri tersebut masih dalam pengerjaan.
Saat ini sedang dibangun ruangan 4 lokal. Sedangkan asrama masih sedang
disiapkan.
"Sebenarnya bagi Nurul Yaqin tidak dibenarkan menolak
calon santri. Karena mereka yang ingin masuk Nurul Yaqin niatnya untuk
belajar agama Islam. Bagi Buya Syekh Ali Imran, santri yang tidak mampu
secara ekonomi tetap saja ditampung. Yang penting ada semangatnya
belajar, ya diterima," kata dia.
Dengan menolak calon santri,
kata Idarussalam, seakan kita juga menolak mereka belajar Islam.
Sehingga kita amat berat menolak calon santri tersebut. Namun karena
fasilitas belajar dan asrama yang masih sangat terbatas menampung calon
santri baru, terpaksa membatasi penerimaan calon santri baru.
Solusi lain, kata Idarussalam, bagi yang tidak tertampung di Nurul Yaqin
Ringan-Ringan, disalurkan kepada cabang Pesantren Nurul Yaqin seperti
di Nurul Yaqin Istiqamah Lubuk Alung, Nurul Yaqin Ampung Kapur, Bustanul
Yaqin Pungguang Kasiak dan sebagainya.
"Kita berharap, dengan
mendistribusikan calon santri tersebut, cabang-cabang Pesantren Nurul
Yaqin sendiri yang dikelola para alumni juga bisa berkembang. Buya Syekh
H. Ali Imran Hasan sendiri sangat menganjurkan santrinya untuk
mendirikan pondok pesantren. Sehingga ilmu yang sudah dipelajari dan
diamalkan selama bisa lebih dikembangkan dan dimantapkan," kata
Idarussalam.
Silaturrahmi diakhiri dengan testimoni para alumni
yang hadir tentang Buya Syekh H. Ali Imran Hasan. Testimoni tersebut
mulai dari pengajaran, cara belajar, kesan, kenangan selama mendampingi
Buya atau selama menuntut ilmu di Nurul Yaqin. Testimoni tersebut mampu
mengungkapkan sosok Buya Syekh H. Ali Imran Hasan dari berbagai aspek
kehidupan. Selama ini masih banyak di kalangan alumni Nurul Yaqin
sendiri yang tidak mengetahui berbagai pengalaman Buya Syekh H. Ali
Imran Hasan. Termasuk dari ilmu-ilmu yang khusus diberikan dalam
pengajaran di pesantren. (501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar