Jumat, 15 Juli 2016

90 Tahun Syekh Ali Imran Hasan Mengabdi untuk Bangsa dan Negara

90 Tahun Syekh Ali Imran Hasan Mengabdi untuk Bangsa dan Negara

Padang Pariaman--Pemkab Padang Pariaman memberikan apresiasi kepada Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Yaqin Ringan-Ringan, Pakandangan, Kecamatan Enam Lingkung yang sudah menghasilkan ratusan alumni yang bergelar tuanku. Para alumni tersebut sudah berbuat di tengah masyarakat sebagai ulama dalam mensyiarkan agama Islam.
    Wakil Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur mengungkapkan hal itu pada Silaturahmi Akbar Keluarga Besar Ponpes Nurul Yaqin dalam rangka 90 tahun Syekh H. Ali Imran Hasan Mengabdi untuk Bangsa dan Negara, Sabtu (9/7) di pesantren tersebut. Acara bertemakan, dengan momentum silaturahim akbar mari perkuat ukhuwah islamiyah dihadiri Pendiri/Pimpinan Pesantren Nurul Yaqin Syekh H. Ali Imran Hasan, Ketua Yayasan Idarussalam Tuanku Sutan, Ketua MUI Padang Pariaman Dr. Zainal Tuanku Mudo, Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Almuhdil Karim Tuanku Bagindo, dan alumni lainnya.
    Menurut Suhatri Bur yang juga mantan Bendahara PC Nahdlatul Ulama Kabupaten Padang Pariaman ini, Nurul Yaqin tetap menjadi perhatian Bupati Ali Mukhni. Ketika ada kegiatan yang berkaitan dengan pesantren, maka Nurul Yaqin selalu diprioritaskan.
    "Ini terbukti, jika program pembangunan yang diarahkan untuk pesantren, maka Bupati Ali Mukhni pasti mendahulukan Nurul Yaqin. Hal itu tentu atas pertimbangan kiprah Nurul Yaqin yang tidak diragukan lagi perannya," kata Suhatri Bur menambahkan.
    Ketua Yayasan Pondok Pesantren Nurul Yaqin Idarussalam Tuanku Sutan sebelumnya mengungkapkan, Nurul Yaqin  terpaksa menolak hampir setengah dari calon santri yang mendaftarkan diri tahun ajaran 2016/2017 ini. "Hingga jelang lebaran baru lalu sudah mendaftar sebanyak 300 calon santri. Padahal yang diterima hanya 180 orang," kata Idarussalam yang juga Kepala BKD Kabupaten Padang Pariaman ini.
    Menurut Idarussalam, Nurul Yaqin terpaksa menolak calon santri karena tidak tertampung dari lokal belajar dan asrama. Hingga hari ini, lokal belajar dan asrama yang akan menampung santri tersebut masih dalam pengerjaan. Saat ini sedang dibangun ruangan 4 lokal. Sedangkan asrama masih sedang disiapkan.
    "Sebenarnya bagi Nurul Yaqin tidak dibenarkan menolak calon santri. Karena mereka yang ingin masuk Nurul Yaqin niatnya untuk belajar agama Islam. Bagi Buya Syekh Ali Imran, santri yang tidak mampu secara ekonomi tetap saja ditampung. Yang penting ada semangatnya belajar, ya diterima," kata dia.
    Dengan menolak calon santri, kata Idarussalam,  seakan kita juga menolak mereka belajar Islam. Sehingga kita amat berat menolak calon santri tersebut. Namun karena fasilitas belajar dan asrama yang masih sangat terbatas menampung calon santri baru, terpaksa membatasi penerimaan calon santri baru.
    Solusi lain, kata Idarussalam, bagi yang tidak tertampung di Nurul Yaqin Ringan-Ringan, disalurkan kepada cabang Pesantren Nurul Yaqin seperti di Nurul Yaqin Istiqamah Lubuk Alung, Nurul Yaqin Ampung Kapur, Bustanul Yaqin Pungguang Kasiak dan sebagainya.
    "Kita berharap, dengan mendistribusikan calon santri tersebut, cabang-cabang Pesantren Nurul Yaqin sendiri yang dikelola para alumni juga bisa berkembang. Buya Syekh H. Ali Imran Hasan sendiri sangat menganjurkan santrinya untuk mendirikan pondok pesantren. Sehingga ilmu yang sudah dipelajari dan diamalkan selama bisa lebih dikembangkan dan dimantapkan," kata Idarussalam.
    Silaturrahmi diakhiri dengan testimoni para alumni yang hadir tentang Buya Syekh H. Ali Imran Hasan. Testimoni tersebut mulai dari pengajaran, cara belajar, kesan, kenangan selama mendampingi Buya atau selama menuntut ilmu di Nurul Yaqin. Testimoni tersebut mampu mengungkapkan sosok Buya Syekh H. Ali Imran Hasan dari berbagai aspek kehidupan. Selama ini masih banyak di kalangan alumni Nurul Yaqin sendiri yang tidak mengetahui berbagai pengalaman Buya Syekh H. Ali Imran Hasan. Termasuk dari ilmu-ilmu yang khusus diberikan dalam pengajaran di pesantren. (501) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar