Senin, 18 Juli 2016

Camat Segera Berikan Jalan Keluar Untuk Kesembuhan Nabil

Tidak Sanggup Mengoperasi, Akibat Gempa
Camat Segera Berikan Jalan Keluar Untuk Kesembuhan Nabil

Aur Malintang--Erma Dewita, 29, hanya bisa pasrah melihat kondisi anaknya, Muhammad Nabil, 1, yang sejak peristiwa gempa akhir September lalu kepala sang anak tersebut terus membesar hingga kini, akibat terkena reruntuhan rumahnya, disaat sang bayi itu tengah tertidur pulas ketika peristiwa naas yang telah banyak meluluhlantakkan daerah Padang Pariaman.
    Sejak kejadian yang menimpa anak kedua dari pasangan Erma Dewita dengan Bukik ini, telah dilakukan berbagai cara sekuat kemampuannya. Untuk menghindari agar sang anak jangan terus menangis, Bukik selalu membawa anak itu ke dukun kampung untuk bedah ayam. "Hampir setahun persoalan gempa Padang Pariaman, yang kampungnya di Korong Batu Basa, Kenagarian III Koto Aur Malintang, Kecamatan IV Koto Aur Malintang juga ikut terkena, boleh dikatakan ayam yang dulunya cukup banyak, kini mulai habis akibat diambil terus untuk mengobati sang buah hati tercita itu," katanya kemarin.
    "Kami telah membawa anak ini ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lubuk Basung, kabupaten Agam. Dokter rumah sakit itu menyarankan agar Nabil dioperasi saja, biar bisa cepat sembuh. Sebagai warga yang hidup hanya dari ayahnya yang sehari-hari sebagai tukang ojek, mendengar operasi tentu sebuah hal yang sangat mengejutkan sekaligus sangat menakutkan, dan sangat tidak mencukupi dengan kondisi keuangan keluarga. Apalagi, ketika ditanyakan pada dokter itu, biaya operasi mencapai Rp30 juta," kata Erma Dewita yang didampingi kakaknya, Anis.
    Disamping kepala Nabil terus membesar, bagian dari kepalanya, seperti hidung juga ikut membesar sehingga kondisinya semakin memprihatinkan. "Dengan tidak sanggupnya biaya untuk terus-menerus mengobati di rumah sakit Lubuk Basung itu, maka kami putuskan saja untuk mendatangi sang dukun 2 kali dalam sepekan. Hasilnya tidak begitu kelihatan. Yang jelas kita telah berupaya, agar anak ini bisa sembuh seperti sedia kala," ujarnya dengan nada sedih.
    Memang ketika dalam suasan susah begini, bantuan dari berbagai pihak sangat diharapkan. Namun, hingga kini belum ada pihak-pihak yang ingin menolong hal ini. "Ketika orang lain menyarankan agar mengurus Jamkesmas, alias kartu berobat untuk orang miskin, juga telah dilakukan sejak awal-awal kejadian gempa. Hasilnya, hingga kini kartu tersebut belum juga didaptkan. Kata petugas Puskesmas Aur Malintang, sekitar bulan Juli nanti keluarnya kartu tersebut. Itulah susahnya jadi orang miskin dan tinggal jauh paling ujung, Aur Malintang. Mengurus surat miskin dari Desember 2009, hingga Juni ini belum juga tuntas," sebut Erma lagi.
    Camat IV Koto Aur Malintang, Rahmat, A. MT ketika dihubungi langsung terjun kerumah Erma Dewita. Dia merasa terenyuh membaca berita Singgalang, dan ingin melihat langsung. Buktinya, Nabil, nama anak yang bersangkutan memang sedikit terlupakan ditengah bajibunnya bantuan gempa yang datang dari berbagai pihak.
    "Lantaran tidak lagi berlaku kartu Jamkesmas, kita akan mengupayakan bagaimana anak itu bisa diobati dengan medis dan segera sembuh. Kita telah datang dan melihat langsung kerumah yang bersangkutan, bersama walikorong dan sejumlah tokoh masyarakat. Kita telah sepakat untuk segera mencarikan jalan keluarnya dengan baik dan benar," kata Rahmat bersama Edi Yasmahadi sang paman dari Nabil tersebut.
    "Insya Allah besok (hari ini-red), kita akan bawa langsung kerumah sakit, dan berkoordinasi dengan pihak kesehatan, agar bisa diberikan jalan keluar, sehingga sang anak dapat disembuhkan. Sebab, kita sangat mengerti kondisi kehidupan orangtuanya yang miskin dan korban gempa pula," ujar Rahmat. (dam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar