Minggu, 27 Agustus 2017

Ruswita Adjisman Perempuan Alumni IKIP Jakarta Itu Tinggal di Sebuah Bedeng Kecil Berdinding Kain Lusuh

Ruswita Adjisman
Perempuan Alumni IKIP Jakarta Itu Tinggal di Sebuah Bedeng Kecil Berdinding Kain Lusuh

Kayutanam--Tinggal di sebuah bedeng yang hanya berdinding kain lusuh bukanlah pilihan hidup Ruswita Adjisman bersama putranya Jojo. Namun, paksaan hiduplah yang membuat perempuan yang dulunya mumpunyai ekenomi mapan dan berkecukupan di Jakarta itu.
    Bedeng itu berlokasi hanya sekitar 30 meter dari pinggir Jalan Raya Padang – Bukittinggi, tepatnya di pangkal jembatan sebelum Pasar Kayutanam, atau masuk wilayah Korong Pasar Usang. Bedeng itu berlokasi di halaman reruntuhan rumah yang menurut Eru – begitu Endarmy menyapa Ruswita – dihancurkan oleh tetangganya karena faktor iri dan dengki.
    "Kami bukan sengsara, Pak, tetapi disengsarakan," cetus Eru, suaranya terdengar lirih, saat dikunjungi Endarmy, Kamis lalu bersama Singgalang.
    Eru yang ditinggal cerai oleh suami sebelumnya hidup berkecukupan di Jakarta. Bahkan, putra semata wayangnya bisa menyelesaikan pendidikan sarjana dan magister hukum di Universitas Indonesia. Setelah ditimpa kesulitan ekonomi, Eru mengajak si anak pulang kampung. Namun, ia dapati rumahnya telah hancur.
     Prihatin mendapati realita miris yang dialami Eru, Endarmy yang anggota DPRD Sumatera Barat memasukkan program pembangunan kembali rumah wanita tamatan IKIP Jakarta tahun 1990 itu ke dalam rencana kegiatan anggaran (RKA) pokok-pokok pikiran (pokir)-nya di DPRD Sumbar tahun 2017. Sayangnya, program tersebut tidak ditindak-lanjuti oleh pihak terkait di Pemrov Sumbar.
    "Insya Allah tahun 2018 depan saya masukkan kembali ke dalam program pokir," cetus Endarmy. Mengapa Eru tidak membangun lagi rumahnya yang dihancurkan itu? Perempuan itu menyebutkan, untuk bisa memenuhi kebutuhan makan dan minum saja ia sering kesulitan. Usaha yang dia lakukan adalah mengumpulkan hasil tanaman pada lahan yang ditinggalkan orangtuanya seperti durian dan jengkol, itupun kalau sedang berbuah.
    Sementara Jojo baru saja mencoba bergabung dengan suatu kantor pengacara di Kota Padang. Terkadang, Jojo pun bekerja secara serabutan seperti berkuli atau menawarkan jasa angkutan dengan becak motor.
    Dengan menempati barak yang berukuran kecil demikian, Eru dan anaknya bergelut dengan berbagai hal dalam kesehariannya. Mulai dari dinginnya udara malam yang mencekam, hingga nyamuk yang banyak membuat sarang di sekitaran baraknya itu. Maklum, Kayutanam terkenal dengan istilah ikue darek kapalo rantau. Artinya hawa sejuk yang ada di Padang Panjang berimbas di wilayah Kayutanam dan sekitarnya.
    Endarmy yang anggota dewan dari Partati NasDem ini merasa terenyuh melihat kondisi Eru. "Dia orang mapan dulunya. Orangtuanya dosen. Namun, karena faktor sosial membuat dia seperti ini," ujar Endarmy.
    Sebagai seorang perempuan hidup prihatin, Endarmy ingin Eru bisa menapaki kejayaannya masa lalu itu. "Insya Allah, jejak rumahnya ini akan kita bangun kembali, agar dia bisa hidup nyaman dari berbagai ancaman penyakit.
    Menjadi wakil rakyat itu bukan pekerjaan ringan. Banyak harapan dan aspirasi yang diembankan rakyat. Mulai dari hal-hal sederhana seperti modal usaha warung kecil-kecilan hingga hal-hal besar berupa perbaikan sarana dan prasana infrastruktur yang mereka butuhkan. Semua meminta direalisasikan dengan segera.
    "Tentunya, tuntutan demikikan bagian dari tugas dan wewenang saya sebagai anggota dewan yang mewakili masyarakat Padang Pariaman dan Kotta Pariaman," kata Endarmy. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar