Kamis, 10 Agustus 2017

Permainan Layang-layang Danguang Tradisi Masyarakat Ketaping Usai Panen Padi

Permainan Layang-layang Danguang Tradisi Masyarakat Ketaping Usai Panen Padi

Ketaping--Ratusan masyarakat Ketapiang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman menggelar permainan anak nagari, yakni lomba layang-layang danguang, di rumah adat Bahrum Rangkayo Rajo Sampono, Rabu petang
    Kegiatan di Korong Marantiah tersebut diikuti sekitar 200 orang peserta pecinta layang-layang danguang se-Kabupaten Padang Pariaman.
    Menurut Wakil Bupati Padang Pariaman, Suhatri Bur, permainan anak nagari ini memiliki nilai-nilai kebersamaan dan persatuan masyarakat. Dianggap sebagai simbol perdamaian di saat mengalami perpecahan antar suku dan kelompok masyarakat.
    "Kegiatan ini harus kita apresiasi, dan direncanakan menjadi agenda iven nasional pariwisata nantinya," kata Suhatri Bur. Selain memiliki potensi yang cukup unik dan menarik bagi wisatawan nasional, layang-layang juga dapat mempertahankan kearifan lokal daerah ini.
    Senada dengan Suhatri Bur, Bahrum Rangkayo Rajo Sampono, penguasa ulayat Ketaping mengungkapkan, permainan layang-layang danguang merupakan tradisi masyarakat Ketaping. Dalam permainan dan tradisi tersebut, memiliki filosofi yang tinggi. Di mulai cara pembuatan layang-layang danguang, hingga proses perlombaannya.
    "Setiap rincian yang dimiliki layang-layang seperti badan, ekor, taraju, dan sebagainya, memiliki makna tersurat dan tersirat di dalamnya," kata Rajo sampono.
    Kata dia lagi, tradisi lomba layang-layang biasanya dilaksanakan setelah panen raya padi masyarakat. Hal tersebut manandakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, juga sebagai lambang persatuan dan kesatuan pemuda-pemudi antar kaum di Kenagarian Ketaping sejak dahulunya.
    Khairil Anwar, selaku ketua pelaksana lomba tersebut menambahka, kegiatan diikuti 200 orang peserta dari berbagai nagari dan kecamatan di Padang Pariaman. Kegiatan dimulai dengan pembukaan layang-layang danguang gadang atau "banang limo". Yaitu menandakan pembukaan secara resmi telah dilakukan oleh tokoh penting dan tetua adat nagari Ketaping.     Menurutnya, setlah pembukaan usai, kegiatan lomba dimulai dengan layang-layang "banang sahalai" atau tali satu. Tujuan kegiatan adalah menyatukan pemuda-pemudi, dengan harapan mempererat tali silahturahmi sesama umat muslim.
    "Sesuai pantunnya, layang-layang Simali Sutan, agiah baikua bakapalo, putuih tetap tarajuie. Taganang aia di lautan, ado bahulu bamuaro, di sinan tantu jantan jo batinoe. Lapeh layang-layang tinggi-tinggi, danguang-danguan kaganti dendang, bunyi tak lapeh di talingo. Jiko kusuik di ujuang tali, molah kito pai ka pangka banang. Itu pitaruah nenek moyang kito," kata dia.
    Artinya, ujarnya, setiap adanya perselisihan atau pertengkaran di tengah masyarakat atau saat permainan berlangsung, yang bersangkutan harus meminta pendapat kepada orang tua atau niniak mamak nagari ini. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar