Selasa, 22 Agustus 2017

Pasca Ambruknya Jembatan Kayu Gadang Sejumlah Kawasan Terisolasi, Bus Pemkab Pengangkut Pelajar dan Pegawai Mogok Pula

Pasca Ambruknya Jembatan Kayu Gadang
Sejumlah Kawasan Terisolasi, Bus Pemkab Pengangkut Pelajar dan Pegawai Mogok Pula

Lubuk Alung--Pasca musibah ambruknya Jembatan Kayu Gadang, Koto Buruak Lubuk Alung yang melintasi Sungai Batang Anai, Senin pekan lalu, sejumlah wilayah di kawasan itu terisolasi. Untuk menyeberangi sungai tersebut masyarakat harus jalan memutar hingga lebih dari 10 kilometer melalui Jembatan Bukik Lubuk Alung.
    Sebagai langkah antisipasi, Pemkab Padang Pariaman melalui Dinas Perhubungan mengoperasikan satu unit bus untuk mengangkut sekitar seratus lebih pelajar, guru-guru dan petugas medis dari pinggir Jalan Raya Padang – Bukittinggi (dikenal dengan Simpang BLKM) menuju SMPN 2 Lubuk Alung, Puskesmas Sikabu dan beberapa SD di Kawasan Lubuk Alung Timur itu dan sebaliknya – mengangkut para pelajar SMA Batang Anai serta para pegawai yang berdomisili di Nagari Sikabu dan sekitarnya ke pinggir Jalan Raya Padang – Bukittinggi.
    Namun, sebagaimana informasi yang diperoleh, bus tersebut tidak datang, Selasa (22/8). Akibatnya, lebih dari seratus pelajar, guru, pegawai dan petugas medis jadi terlantar, baik dari dalam ke luar maupun dari luar ke dalam.
    Informasi yang beredar tentang penyebab ketidak-datangan armada bus bantuan milik pemerintah itu pun beragam. Ada yang menyebut karena ketiadaan biaya operasional untuk membeli bahan bakar minyak.
    Kepala SMPN 2 Lubuk Alung Thamrin Koto tidak membantah hal itu. Dia mengakui, dari sekitar 400 siswanya, sekitar 50 siswa di antaranya berdomisili di Kawasan Simpang BLKM dan sekitarnya.
    "Sebelum jembatan itu ambruk, mereka ke sekolah naik sepeda motor ojek dengan ongkos berkisar Rp3.000 sekali jalan dengan jarak sekitar 2,5 kilometer. Akan tetapi, setelah jembatan ambruk, mereka harus jalan memutar via Pasar Lubuk Alung, Singguliang, Koto Buruak dan baru sampai ke sekolah. Kalau naik sepeda motor ojek ongkosnya bisa mencapai Rp20 ribu sekali jalan," ujarnya.
    Setelah menunggu-nunggu tetapi bus bantuan tak datang juga, para pelajar SMPN 2 Lubuk Alung akhirnya kembali pulang ke rumah, beberapa siswi malah terlihat menangis. "Sedangkan guru-guru dan pegawai tata usaha saya haruskan tetap ke sekolah meski naik sepeda motor ojek via Pasar Lubuk Alung," kata Pak Don, sapaan akrap Thamrin Koto.
    Plh Sekdakab Padang Pariaman, H. Hanibal tidak menampik adanya informasi bus bantuan yang tidak datang tersebut. Namun, ia membantah jika penyebabnya ketiadaan biaya operasional.
    "Segera setelah jembatan itu ambruk, Pak Bupati langsung memerintahkan Kepala Dinas Perhubungan Budi Utama supaya mengoperasionalkan bus milik Pemkab untuk mengangkut para pelajar, guru-guru, pegawai dan petugas Puskesmas yang selama ini menggunakan jembatan itu. Begitu pula sebaliknya," ujar Hanibal.
    Ditanya mengapa bus tidak datang Selasa pagi, Hanibal menyebutkan, dia memperoleh informasi dari Kepala Dinas Perhubungan bahwa sopirnya ketiduran atau telat bangun pagi. "Mulai Rabu besok dan seterusnya bus bantuan akan kembali beroperasional seperti biasa,” katanya lagi.
    Hanibal pun menyatakan kesediaannya meminta Dinas Perhubungan mengoperasikan minimal dua unit bus bantuan; satu stand by di Simpang BLKM, satu lagi di Sikabu untuk membawa pelajar SMA dan para pegawai ke luar. Begitu pula siangnya, mengantar mereka setelah usai jam sekolah.
    Ia menambahkan, Pemkab sudah mulai membangun jembatan darurat pada bekas jembatan yang ambruk tersebut yang dia perkirakan selesai dalam dua minggu ke depan. "Jembatan darurat itu minimal bisa dilewati pejalan kaki dan sepeda motor,” cetus Hanibal. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar