Minggu, 20 Agustus 2017

Korban Ambruknya Jembatan Kayu Gadang Nita Sri Wulandari Menjalani Operasi Pinggang dan Rahang di M. Djamil

Korban Ambruknya Jembatan Kayu Gadang
Nita Sri Wulandari Menjalani Operasi Pinggang dan Rahang di M. Djamil

Lubuk Alung--Musibah ambruknya Jembatan Kayu Gadang, Koto Buruak Lubuk Alung, Senin pekan lalu tak hanya menyisakan kepiluan bagi para korban dan keluarganya, tetapi juga melahirkan banyak kecaman yang dilontarkan oleh banyak kalangan terhadap pemerintah.
    Sebagaimana diberitakan, jembatan yang sudah berusia tua itu disebutkan tidak lagi layak untuk dilewati, terlebih oleh truk-truk pengangkut bahan galian golongan C (Pasir, batu, kerikil) dengan muatan over kapasitas 10 ton lebih.
    Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kabupaten Padang Pariaman Budi Utama menyebutkan, pemerintah sudah sejak lama mengantisipasi kemungkinan ambruknya jembatan tersebut. Antara lain dengan memasang rambu-rambu peringatan, bahwa jembatan itu hanya boleh dilewati oleh kendaraan dengan total tonase di bawah lima ton.
    "Kenyataannya, bukan hanya tidak mengindahkan peringatan tersebut, melainkan malah menghilangkan rambu-rambu yang kami pasang," kata Budi Utama.
    Terkait dengan penimbunan lantai jembatan dengan pasir dan kerikil hingga sangat tebal dan berat, menurut Budi Utama, pun sudah lama dilarang. Namun, larangan tinggal larangan, pengusaha galian C dan pengemudi truk angkutan sirtukil seperti tidak mau mempedulikan.
    "Sesuai arahan dan perintah langsung Bupati Ali Mukhni melihat kondisi jembatan yang semakin memprihatinkan, Dishub bertindak pula. Rambu-rambu larangan untuk truk bermuatan melebihi kapasitas, hanya bertahan sebentar. Hari ini dipasang, besoknya langsung menghilang," kata dia.
    Budi Utama menyebutkan, tak mungkinlah petugas Dishub tiap hari ada di situ. Pun kepada pemilik kendaraan, sudah diberikan peringatan tertulis, untuk berhati-hati melewati jembatan demikian. Dan tidak melewati jembatan bagi kendaraan bermuatan lebih.
    Hingga saat ini, korban yang terjun ke bawah masih menjalani perawatan di RSUP M. Djamil Padang. Nita Sri Wulandari namanya. Siswi SMA N 1 Kecamatan Batang Anai ini merupakan warga Sikabu yang hendak pulang ke rumahnya, dari Pasa Usang, tempat dia belajar.
    Walinagari Sikabu Hidayat yang dihubungi, Senin (21/8) kemarin mengaku penanganan korban telah dilakukannya bersama Bupati Ali Mukhni. "Alhamdulillah, Pemkab Padang Pariaman menanggung semua pengobatan Nita Sri Wulandari. Kemarin kita langsung ke rumah sakit, tempat yang bersangkutan dirawat," ujar Hidayat.
    Nita Sri Wulandari untuk diketahui mengalami patah pinggang. Rahangnya juga mengalami patah. Dia harus diobati ekstra, yang tak bisa dianggap remeh. Darmon, anggota Komisi V DPRD Sumbar yang datang bersama Pemkab Padang Pariaman ke M. Djamil Padang menyebutkan, Nita Jumat kemarin jadwal operasi pinggangnya yang patah itu. Dan semua biaya yang ditimbulkan akibat itu sepenuhnya jadi tanggungan Pemkab.
    Elfi, kakak sepupu Nita Sri Wulandari yang tengah berada di M. Djamil Padang mengaku seluruh biaya pengobatan telah ditanggung Pemkab. Biaya itu melalui Baznas. "Penjadwalan operasi pinggang dan rahangnya oleh rumah sakit itu, akan dilalukan Jumat depan, seperti yang disampaikan dokternya," kata Elfi.
    Menurut Elfi, untuk biaya operasinalnya selama menunggui Nita Wulandari telah diterimanya dari Baznas.   
    Galang aksi kemanusiaan

    Sehari pasca ambruknya jembatan Kayu Gadang, Koto Buruak, Karang Taruna (KT) Kecamatan Lubuk Alung langsung melakukan aksi kemanusiaan dengan menggalang dana. "Awalnya, kita dapat informasi para korban ini mengalami kesulitan pengobatan, lantaran ketiadaan biaya," kata Jasman Jay, Ketua KT Lubuk Alung.
    Namun, saat aksi berjalan, korban yang dapat perawatan serius, sudah ditanggung Pemkab Padang Pariaman. "Alhamdulillah. Yang jelas, dana yang sudah terkumpul sekitar Rp3 juta lebih ini tetap digunakan untuk para korban," ujar Jasman Jay.
    Bersama aktivis karang taruna lainnya, Jasman Jay juga akan melakukan goro, terkait terputusnya arus Sikabu - Lubuk Alung ini. "Umumnya, untuk belajar SMA, anak-anak Sikabu umumnya sekolah di Lubuk Alung, Batang Anai, dan Sintuak Toboh Gadang. Karena, di wilayah itu adanya sekolah tingkat atas. Sedangkan di Sikabu hanya Sekolah Dasar dan Taman Kanak-Kanak yang ada," ungkapnya.
    Goro itu, lanjut Jasman Jay, adalah mengadakan rakik untuk penyeberangan yang pernah ada zaman saisuak, sebelum adanya jembatan. Rupanya, sudah ada pula alternatif dari masyarakat untuk rakik ini. Tetapi hanya sementara. "Kita ingin, rakik atau sampan untuk penyeberangan ini maksimal, memuat banyak orang, terutama buat anak sekolah bisa sekali jalan," kata dia. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar