Arus Utama untuk Mengangkut Perlengkapan Main Stadion
Pembangunan Kembali Jembatan Kayu Gadang Koto Buruak Mendesak
Lubuk Alung--Pemkab Padang Pariaman telah lama mengusulkan penggantian jembatan Kayu
Gadang, Koto Buruak Lubuk Alung. Sekaitan ambruknya jembatan itu, Senin
(14/8) petang kemarin pengusulan tersebut semakin di pertegas.
"Jembatan itu sebagai arus utama untuk menuju Nagari Sikabu, tempat
dibangunnya Main Stadion," kata Wabup Padang Pariaman Suhatri Bur ketika
menelepon Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Selasa kemarin di Lubuk
Alung.
Suhatri Bur yang datang bersama
Kepala Dinas PUPR Padang Pariaman Budi Mulya juga minta bantuan dari
anggota DPRD Sumbar asal Padang Pariaman. "Pembangunan kembali jembatan
tersebut amat mendesak," kata dia.
Anggota
Komisi V DPRD Sumatera Barat, H. Darmon mengakui ada usulan dari Pemkab
Padang Pariaman yang sampai ke dewan tahun lalu. "Mudah-mudahan saja
pembangunan kembali jembatan ini bisa dialokasikan dari Dana Alokasi
Khusus (DAK). Sebab, dengan anggaran puluhan miliar, sangat tidak
mungkin diambilkan dari APBD daerah ini," katanya.
Heboh soal nama
Ambruknya jembatan yang melintasi Sungai Batang Anai ini, masyarakat
tidak saja dikejutkan oleh banyaknya korban yang jatuh ke bawah,
luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit. Soal penamaan jembatan pun jadi
ajang yang tak kalah menghebohkan. "Jembatan ini bukan Jembatan Sikabu.
Tetapi Jembatan Kayu Gadang Koto Buruak," kata masyarakat Lubuk Alung.
Dan memang dari historisnya, jembatan ini terletak di Kayu Gadang,
Korong Koto Buruak bagian timurnya, dan Kampuang Sabalah, Nagari Balah
Hilia bagian baratnya. Namun, masyarakat yang ingin ke Nagari Sikabu
hanya itu satu-satu jembatan yang harus ditempuh kalau ingin cepat.
Masyarakat pun menyesalkan banyaknya postingan di media sosial, bahkan
sejumlah media online banyak menulis; Jembatan Sikabu Ambruk. "Ini bukan
jembatan Sikabu. Tetapi jembatan Kayu Gadang Koto Buruak," kata
Iskandar Bustami, mantan anggota Bamus Nagari Lubuk Alung.
Bagi Iskandar Bustami, salah dalam soal memberikan nama akan berdampak
pada sosial kemasyarakatan. "Ialah bagi orang Sikabu akan menjadi
keuntungan tersendiri. Meskipun tidak terletak di wilayahnya, dia dapat
nama. Tetapi bagi kita yang asli Lubuk Alung, jelas ini sangat
merugikan," ungkapnya.
Kronologi ambruknya jembatan
Senin sore itu entah firasat apa yang melintas dalam angan-angan
Takarijon, setiba dia diatas jembatan itu, langsung saja berbalik ke
arah rumahnya di Nagari Sikabu. Takarijon yang Ketua Bamus Nagari Lubuk
Alung sudah biasa setiap petang menjemput istrinya ke Simpang BLKM yang
pulang mengajar di SMK N 1 Sintuak Toboh Gadang.
"Melihat tiga unit truk bermuatan galian C yang beriringan diatas
jembatan itu, saya langsung bali arah. Dan lagi telepon genggam saya
juga ketinggalan, dan harus dijemput lagi ke rumah," kata dia.
Setelah menjemput telepon itu, Takarijon yang juga Ketua Pimpinan
Kecamatan (PK) Parati Golkar Lubuk Alung ini langsung berbalik kembali
ke jembatan, karena itu jalan yang dekat ke Simpang BLKM, tempat
istrinya menunggu.
"Eh, baru tiba di tepi
jembatan, sebuah truk sudah berada di bawah. Sejumlah sepeda motor pun
ikut jatuh. Rencana menjemput istri tak lagi bisa dilanjutkan," kata
dia.
Takarijon ikut bersama masyarakat dan
pihak terkait dari Pemkab Padang Pariaman melakukan evakuasi, menolong
korban jatuh untuk dilarikan ke rumah sakit. (501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar