Sabtu, 20 Januari 2018

Mahalnya Biaya Hidup Masyarakat Kampuang Pagang Butuh Jalan dan Jembatan

VII Koto--Masyarakat Korong Bari Kampuang Pagang, Nagari Lareh Nan Panjang Sungai Sariak telah mengajukan dua alternatif pembangunan kepada pemerintah, agar bisa bangkit dan berkembang. Pertama butuh pembangunan jembatan mini yang membelah Sungai Batang Mangoi. Yang kedua perbaikan jalan menuju Ampalu melewati Padang Limau.
Ahmad Zaini, Urang Tuo Kaum Suku Koto di Kampuang Pagang menyebutkan, untuk sekolah SMP dan SMA anak-anak Kampuang Pagang umumnya ke Ampalu. Karena ke lokasi itu tak butuh menyeberangi sungai. Ada SMP dan SMA yang agak dekat, tetapi letaknya di seberang, yakni Sungai Sariak.
"Untuk ongkos ojek ke Ampalu bagi anak sekolah sekali jalan itu memakan biaya Rp10 ribu. Umum dari Rp15 ribu sampai Rp20 ribu," kata Ahmad Zaini, Minggu (21/1) kemarin.
Ahmad Zaini yang juga Ketua Bamus Nagari Lareh Nan Panjang Sungai Sariak bersama salah seorang bakal calon walinagari setempat, Agussalim Rasyid menilai keberadaan jalan yang rancak tak bisa dipungkiri akan menjadi kecepatan dalam pergerakan roda perekonomian masyarakat itu sendiri.
Menurutnya, keinginan akan pembangunan tersebut tak sekedar diucapkannya. Sudah masuk dalam Musrenbang nagari dan Kecamatan VII Koto Sungai Sariak. Bahkan, Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni telah datang dan melihat langsung kondisi Kampuang Pagang yang memang terisolir, dan butuh sentuhan pembangunan.
Panjang jalan yang butuh pengerasan di Kampuang Pagang ke Padang Limau itu sekitar dua kilometer. "Kalau dua kilometer ini selesai, sebuah jembatan mini juga terwujud, agaknya Kampuang Pagang dan Padang Limau tidak lagi jadi kampung tertinggal," ungkapnya.
Dua korong, yakni Bari Kampuang Pagang dan Padang Limau dalam Nagari Lareh Nan Panjang Sungai Sariak sepertinya sedang menangis, di tengah semaraknya pembangunan di nagari lainnya di Padang Pariaman. Hampir seluruh korong di daerah itu telah punya jalan aspal hotmix. Sedangkan Kampuang Pagang dan Padang Limau masih jalan tanah.
Masyarakat Kampuang Pagang ini lumayan banyak. Namun, lantaran merasa tinggal di kampung tersuruk, banyak yang pindah keluar, seperti ke Bisati, Bari, Lubuak Bareh. Malah masyarakat Kapuang Pagang telah berkembang pula di Koto Baru, Kecamatan Padang Sago.
Sebab, kalau mereka bertahan hidup dan tinggal di Kampuang Pagang ini, dia akan merasakan tingginya biaya kebutuhan hidup, dan murahnya hasil pertanian dan perikanan yang mereka kelola di kampung ini sebagai penyambung hidup. "Cobalah. Sekarung pupuk untuk sampai ke Kampuang Pagang jauh lebih mahal, ketimbang orang lain yang dekat dengan pusat ekonomi tersebut. Upah angkut saja sekarung pupuk itu Rp20 ribu. Sedangkan, hasil kolam ikan atau padi, para toke membelinya lebih murah, lantaran biaya mengangkut keluarnya lumayan mahal," ungkap Ahmad Zaini.
Lareh Nan Panjang Sungai Sariak merupakan nagari pemekaran, yang dulunya berinduk ke Sungai Sariak. Nagari yang akan ikut Pilwana serentak pada April mendatang ini memiliki luas 5,65 kilometer persegi, dengan jumlah penduduk 3.275 jiwa, yang mendiami enam korong, yakni Korong Bari Kampuang Pagang, Padang Limau, Kampuang Jambak Sungai Baih, Durian Gadang, Sungai Langkok, dan Korong Cimpua Pasa Duyan.

Goro tiap Minggu

Minggu kemarin, untuk kesekian kalinya masyarakat Kampuang Pagang melakukan gotong royong alias goro bersama, membuat jalan rabat beton menuju Surau Koto Piliang Kampuang Pagang. "Alhamdulillah, kegiatan ini dasarnya ada salah seorang jemaah yang menyumbang sekian juta untuk pembuatan jalan. Maka, Minggu ini diputuskan membuat jalan rabat beton ini," ungkap Ahmad Zaini.
Sejak pagi, kaum laki-laki sibuk dengan cangkul, cekap, membenahi dasar jalan yang akan dibuat rabat beton demikian. Sementara, kaum perempuannya tentu sibuk pula di dapur surau, menanak nasi dan kebutuhan makanan orang yang tengah bekerja. "Kita telah lama melakukan kegiatan sosial ini tiap hari Minggu," sebutnya.
Sebelum ini, katanya, pihaknya melakukan perbaikan jalan menuju Ampalu dan Padang Limau. "Yang namanya jalan rabat beton, hanya semen yang kita beli. Pasir dan tenaga bersumber dari masyarakat. Yang punya gerobak mengambil pasir dari dalam Sungai Batang Mangoi. Gerobak dikendarai oleh seekor kerbau," cerita dia.
Sebagai kampung yang tergabung dalam nagari yang baru lahir, Kampuang Pagang sepertinya belum pernah kebagian jatah pembangunan dari anggaran pemerintah. "Semua pembangunan yang ada, mulai dari jalan, surau dan sarana lainnya hanya dibangun dengan swadaya bersama masyarakat," ungkapnya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar