Minggu, 07 Januari 2018

Lomba Berprestasi Guru PAI Jangan Mengkafirkan Orang yang Tidak Sepaham dengan Kita

VII Koto--Mengikuti berbagai lomba bagi pelajar tentu menjadi hal yang biasa. Tetapi ikut sejumlah lomba antar guru akan menjadi luar biasa. Ini kesan yang terlihat sepanjang Jumat dan Sabtu (6-7/1) lalu di TK/SD Model Limpato, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak.
"Lomba kita akhiri dengan debat," kata Nasrul Ilyas, Ketua Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Padang Pariaman. Lomba berprestasi, di antaranya hafidz Quran, pidato, khutbah Jumat, dan lain sebagainya khusus untuk guru PAI yang tergabung dalam Asosiasi Guru PAI di 17 kecamatan yang ada di Padang Pariaman.
Nasrul Ilyas bersama Suardi Aminsyah Koto, panitia lainnya menjelaskan, keasyikan acara terlihat saat debat berlangsung, Sabtu. "Kita bentuk kelompok yang pro dan kelompok yang kontra, sehingga perdebatan yang menyangkut masalah problematika masyarakat dalam kesehariannya beragama menjadi suguhan yang hangat," kata Suardi.
"Antara tahlil dan tahlillan juga menjadi ajang yang menghangatkan," ungkapnya. Intinya, kata dia, jalan ndak pemikiran guru agama dalam menjabarkan hal ini di tengah anak asuhannya di sekolah.
Sebab, lanjut Suardi, inti dari debat itu mengasah nalar pemikiran guru dalam menghadapi berbagai persoalan di kalangan anak didiknya. "Berbekalkan moderator oleh Suhendrizal, Kasi PAI Kemenag Padang Pariaman yang pintar memaikan acara demikian, debat bertambah panas," jelas Suardi, yang juga seorang juri dalam lomba berprestasi tersebut.
Namun demikian, katanya lagi, setelah selesai antara guru itu tidak boleh yang merasa sakit hati. Mereka kembali berangkulan, dan bergaul seperti biasanya. "Semua lomba yang telah dilakukan, hasilnya akan diumumkan beberapa hari lagi, bersamaan dengan pelantikan pengurus Asosiasi Guru PAI Kabupaten Padang Pariaman," tambang Nasrul Ilyas.
Menurut Suardi Aminsyah, tradisi tahlil saat beribadah dan tahlillan saat acara dalam rumah masyarakat cukup berkembang di tengah masyarakat Padang Pariaman. Namun, sebagian masyarakat juga tidak mentradisikan hal demikian. "Yang jelas, bagi guru PAI hal ini harus dijadikan cambuk dan pelecut semangat dalam berhadapan dengan anak didik dan masyarakat," ungkapnya.
"Debat yang kita lakukan bukan untuk memecah belah masyarakat yang pro dan yang kontra," ungkapnya. Masalah kilafiyah, tidak akan pernah selesainya sampai akhir zaman. Intinya, jangan mudah mengkafirkan orang lain, menghujat atau menyalahkan paham dan tradisi yang berjalan, sepanjang itu tidak ada larangannya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar