Rabu, 26 Juli 2017

Aktivitas Ponpes Madrasatul 'Ulum Selesaikan Ramadhan dengan Tadarus Tafsir dan Quran

-Aktivitas Ponpes Madrasatul 'Ulum
Selesaikan Ramadhan Dengan Tadarus Tafsir dan Quran

Lubuk Pandan---Bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan dari Yang Maha Kuasa ini, betul-betul dijaga dengan baik oleh santri Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung, Padang Pariaman. Selama sebulan ini, seluruh santri menghabiskan waktunya dengan tadarus Tafsir Jalalain dan Quran di malam hari, yang dipandu langsung oleh sang pimpinan pesantren, H. Marzuki Tuanku Nan Basa.
    Memang, budaya dan tradisi tadarus yang dimulai sehabis Magrib dan berbuka puasa tersebut, telah dimulai sejak pesantren itu ada, dan terus dilanjutkan hingga kini. Hal itu dilakukan, menurut Marzuki, karena menjaga kebesaran bulan Ramadhan. Dan lagi, tadarus ini sangat dianjurkan selama bulan suci ini. "Namun, disamping tadarus Quran yang nantinya dimulai 15 hari Ramadhan akan berakhir, kita juga melakukan tadarus tafsir, yang diikuti oleh santri senior," kata buya, begitu santrinya memanggil Marzuki dalam kesehariannya.
    "Tadarus tafsir selama Ramadhan bagi santri Madrasatu 'Ulum, juga berfungsi sebagai ujian tingkat tinggi. Sebab, dari sekian banyak yang ikut tadarus setiap tahunnya, hanya 4-5 santri yang akan dipilih untuk duduk di kelas tujuh, atau istilah Madrasatul 'Ulum jadi marapulai tafsir. Nah, semua yang telah berhasil jadi marapulai tafsir dilingkungan pesantren ini, pasti mengikuti tadarus di bulan Ramadhan," katanya.
    Karena memang telah menjadi pelajaran pokok dilingkungan pesantren itu, tampak santri dengan entengnya membaca makna tafsir tersebut dengan kencang sekali. Mereka bagaikan berlari, berlomba membaca paling terbagus dan tercepat. Bayangkan saja, satu tafsir itu bisa tamat untuk setahun mata pelajaran, bagi santri yang memulai belajar di sebuah pesantren salafiyah. Sementara, karena yang membaca tafsir itu umumnya santri senior, maka lewat tadarus, satu tafsir ditamatkan selama 15 malam, atau separoh bulan Ramadhan.
    Buya Marzuki mengakui, bahwa budaya tadarus tafsir setiap bulan puasa, adalah warisan yang diambil langsung oleh Syekh H. Abdullah Aminuddin Alm, sang pendiri pesantren ini dari gurunya, Syekh Muhammad Yatim, atau yang dikenal dengan Tuanku Mudiak Padang. Sebab, beliau pernah mondok dulunya Ampalu Tinggi, tempat Syekh Muhammad Yatim mengajar, dan banyak belajar dari ulama yang sangat terkenal di VII Koto Sungai Sariak pada zamannya itu.
    Dia melihat, sekaitan tafsir ini mendalami ilmu Al-Quran, maka setiap kali dibaca pasti ada temuan baru. Artinya, dalam tafsir banyak tersimpan ilmu yang sangat mendalam. Sebab, hal itu merupakan firman langsung dari Allah Swt, yang merupakan mukjizat terbesar oleh Nabi Muhammad Saw. Itu pula sebabnya kenapa tafsir yang ditadaruskan setiap momen bulan Ramadhan ini. Kenapa tidak kitab kuning lainnya. Padahal kan banyak kitab kuning, baik bidang fiqh, hadist, sejarah, nahwu sharaf dan kitab kuning lainnya.
    "Bagi santri yang betul-betul berharap untuk lulus tes lewat tadarus demikian, maka waktu siangnya dihabiskan dengan mengulangi membaca tafsir itu bersama guru diasrama, yang dilingkungan pesantren dinamakan dengan guru tuo. Mereka (santri) itu tidak banyak bermain disiang hari. Melainkan, waktu yang panjang itu dimanfaatkan bersama guru asrama, agar malamnya mereka bisa lancar membacanya," sebutnya.
    Dengan memulyakan budaya tadarus itu pula, kata Buya Marzuki, Shalat Tarwih dikerjakan agak tengah malam. Sebab, tadarus memakan waktu yang cukup panjang dan lama. "Rata-rata kita Shalat Tarwih pukul 24.00 WIB, dan selesai pukul 01.30 WIB. Itulah perjalanan Ramadhan setiap tahunnya dilingkungan pesantren ini. Untungnya, jamaah Shalat Tarwih kita pada umumnya santri. Ada juga sebagian kaum perempuan kampung yang telah dimakan usia, yang memang tinggal dan menetap di pesantren. Tapi, sehabis buka puasa, mereka ini tidur dulu menjelang Tarwih demikian," ungkapnya. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar