Senin, 11 September 2017

Jembatan Darurat Kayu Gadang Lubuk Alung Dibangun

Jembatan Darurat Kayu Gadang Lubuk Alung Dibangun

Lubuk Alung--Tingginya kos yang harus dikeluarkan masyarakat pasca ambruknya Jembatan Kayu Gadang Lubuk Alung beberapa waktu lalu, terutama oleh para pelajar dari dan ke Sikabu, membuat Pemkab Padang Pariaman harus membangun jembatan darurat di Kayu Gadang itu. Jembatan darurat yang dibangun di jembatan yang ambruk tersebut paling tidak bisa dilewati oleh kendaraan roda dua dan mobil ukuran kecil.
    Ketua Komisi III DPRD Padang Pariaman Happy Neldy kepada Singgalang, Selasa (12/9) kemarin mengaku ikut andil dalam memperjuangkan pentingnya sebuah jembatan darurat demikian. "Kita tahu, daerah ini darurat bencana. Tiap sebentar terjadi musibah yang membuat masyarakat merasa kesulitan," kata dia.
    "Jadi, pembangunan jembatan darurat ini atas komunikasi kami di DPRD terutama yang berasal dari Dapil IV terhadap Bupati Ali Mukhni, yang dengan tegasnya langsung pula menerjunkan Dinas PUPR untuk segera membuatkan jembatan darurat," ungkap anggota dewan asal Lubuk Alung dari Partai Gerindra ini.
    Happy Neldy yang juga Ketua DPC Partai Gerindra Padang Pariaman ini menilai dan merasakan kesulitan masyarakat, terutama yang berstatus pelajar. "Umumnya, anak-anak dari Padang Kunik, Nagari Buayan, Kampuang Sabalah, Nagari Balah Hilia sekolah SMP-nya di SMP 2 Lubuk Alung yang terletak di Padang Baru, Koto Buruak yang melewati Nagari Sikabu. Sejak jembatan ambruk, mereka harus mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk sekali jalan ongkos ojek," ujarnya.
    Sebab, katanya lagi, ojek harus lewat berputar jauh ke Pasar Lubuk Alung, terus ke Balah Hilia, Singguliang, Koto Buruak, Bukik Lubuk Alung, Gantiang, baru nyampai di sekolahnya di Padang Baru. "Jauhnya jalan, jelas mahal pula ongkos yang harus dibayarkan masyarakat. Jadi, kondisi jembatan ambruk tak boleh dibiarkan berlama-lama. Harus ada antisipasi dan solusi, paling tidak dengan membuat jembatan darurat ini," kata Happy Neldi.
    Begitu juga anak-anak Sikabu banyak pula yang sekolah SMA di Lubuk Alung dan Batang Anai. "Memang bagi tukang ojek ini sebuah pemasukan yang amat luar biasa. Namun, bagi masyarakat yang hidupnya susah, tentu menjadi beban yang sangat berat. Bayangkan saja, untuk ongkos anak yang sekolah paling tidak Rp40 ribu sehari. Belum lagi uang jajannya," sebut Happy Neldy.
    Menurut Happy Neldy, pembangunan jembatan darurat adalah sesuai dengan namanya. Yaitu, barang bekas ambruknya jembatan itu mana yang bisa di pakai, ya di pasangkan. Yang penting bangunannya kuat, dan mampu untuk dilewati motor. "Dari komunikasi kami dengan Dinas PUPR, awal bulan depan jembatan darurat itu telah bisa dilalui," kata dia. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar