Rabu, 08 November 2017

Berangkat dengan Kualitas Bagus Usaha Sepatu Syamsidar Butuh Modal

Berangkat dengan Kualitas Bagus Usaha Sepatu Syamsidar Butuh Modal

Sore itu kesibukan Syamsidar tak begitu tampak. Pemilik usaha sepatu dan sandal ini banyak memperkerjakan tukang di rumah. Dulu, memang di rumah Syamsidar. Sekarang, tukang lebih memilih bekerja di rumahnya masing-masing.
Bersama suaminya, Zahari, Syamsidar telah lama menggeluti usaha pembuatan sepatu itu. "Usaha ini mulai dilakoni sejak tahun 1970. Waktu itu masih buka sebuah kedai di Pasar Balai Baru. Sekitar empat tahun ini telah pindah ke rumah ini," kata Syamsidar.
Pabrik sepatu Syamsidar yang terletak di Pincuran Sonsang, Nagari Balah Aie Timur, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak termasuk pasokan sepatu untuk kelas pedagang. Artinya, konsumen yang dia punyai adalah mereka yang pedagang sepatu yang ada di sebagian besar daerah di Pulau Sumatera.
"Kita banyak main telepon. Yang menjemput mobil travel dari Jambi, Bangko. Pembeli hanya mengirimkan uang lewat rekening," ungkapnya. Untuk sepatu, Syamsidar menjualnya seharga Rp1 juta sekodinya. Sedangkan sandal Rp500 ribu sekodi.
Menurut dia, enam orang pekerja yang saat ini aktif selalu gajian setiap malam Minggu. Dan demikian merupakan warisan lama, sejak dia membuka usaha tersebut. Bahan baku yang digunakannya; oscar, levis, jeans, dan swit.
Di tengah persaingan usaha yang sangat padat dan ketat, usaha Syamsidar ini tak selalu mulus. Kadang-kadang dia mengalami kemacetan bahan baku, serta kembalian uang dari pasaran barang yang dikirimnya ke konsumen. Apalagi, Syamsidar belum pernah dapat bantuan modal dari pemerintah, akan terasa sekali sulitnya mengembangkan usahanya itu.
Saat didatangi Tim Majalah Saiyo Sakato di kediamannya, hanya tumpukan barang jadi yang banyak. Tak ada aktifitas tukang, lantaran para tukang telah pindah kerja dari rumahnya ke rumah tukang itu sendiri.
Dalam gudang yang dulunya tempat kerja, ada sejumlah mesin jahit yang tentunya milik Syamsidar. "Mesin ini masih baik meskipun sudah jarang dipakai," ungkapnya.
Syamsidar merasakan kurangnya modal dalam mengembangkan usahanya itu. "Pasaran itu paling banyaknya jelang puasa. Mungkin karena akan menghadapi lebaran. Kalau masa-masa saat ini, jalannya tak seberapa," jelasnya.
Ingin dia mencari pasar ke daerah lainnya, tapi tak cukup modal untuk itu. "Kami hanya merawat pangsa pasar yang telah ada. Melihat hasil barang yang kami kerjakan, cukup mendapat sambutan yang luas dari kualitasnya," sebutnya. (Damanhuri - Ikhlas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar