Selasa, 20 Juni 2017

Tanpa Sertifikat Kursus Pra Nikah, Calon Pengantin Tidak Dapat NA

-Di Kota Pariaman
Tanpa Sertifikat Kursus Pra Nikah, Calon Pengantin Tidak Dapat NA

Pariaman--Sebanyak 30 peserta yang telah memasuki usia perkawinan di Kota Pariaman mengikuti kursus pra nikah. Kegiatan angkatan pertama yang diadakan oleh Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) setempat pada 19-21 Agustus kemarin, cukup mendapat sambutan antusias, terutama dari calon pengatin itu sendiri.
    Sekretaris BP4 Kota Pariaman, Firtrison Effendi kepada Singgalang, Senin (22/8) menilai kursus pra nikah sangat besar manfaatnya. Sebab, selama kursus mereka diajarkan materi yang tertera dalam peraturan dan perundang-undangan tentang rumah tangga. Selanjutnya, juga diberikan materi soal Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
    Katanya lagi, refroduksi yang sehat juga menjadi materi yang sangat dibutuhkan dalam kursus demikian. Kemudian juga soal kesehatan rumah tangga, dan kesehatan lingkungan. Materis tersebut disampaikan oleh pihak Dinas Kesehatan langsung, yang paling tahu dan ahli dalam soal itu.
    "Selanjutnya, pisikologi perkawinan dan berkeluarga. Itu hal-hal yang berhubungan dengan persoalan hukum dan kesehatan jasmani. Sementara yang berhubungan dengan agama, sebagai pokok dalam kehidupan, calon pengatin juga diberikan materi akidah akhlak, praktek dan bimbingan ibadah, baca tulis Quran, pembinaan ekonomi keluarga, hak dan kewajiban suami istri, peranan adat dalam pembinaan keluarga, problematika rumah tangga dan solusinya. Kemudian juga soal tatacara dan prosedur pencatatan nikah," kata Firtrison.
    Dia menyebutkan, bahwa seluruh peserta yang telah selesai mengikuti kursus ini diberikan sertifikat. Nah, sertifikat tersebut berlaku pada saat yang bersangkutan ketika mengurus NA di kantor desa dan kelurahan terkait. Tanpa sertifikat, pihak desa dan kelurahan tidak bisa mengeluarkan NA.
    Menurut Firtrison, kegiatan kursus pra nikah ini merupakan tindak-lanjut dari peraturan Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag RI nomor Dj.II/491 tahun 2009 tertanggal 10 Desember 2009, tentang kursus pra nikah, serta tindak-lanjut dari Peranturan Daerah (Perda) Kota Pariaman nomor 06 tahun 2009, tentang pendidikan Quran.
    "Selesai angkatan pertama ini, kursus pra nikah akan berlanjut dengan angkatan kedua, yang dimulai pada Jumat depan. Dan juga berlanjut pasca lebaran nanti. Peserta tidak terbatas dari Kota Pariaman saja, tetapi tergantung dari siapa yang telah mendaftar, dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk peserta, kita tetap mengikutkannya sebagai peserta," ungkap Firtrison. (dam)
---------------------------------------------------------------------

Lantaran Tidak Punya Jalan Bagus, Ekonomi Susah Digerakkan

Lubuk Alung--Sepanjang 4-5 kilometer jalan kampung di Koto Buruak, Kenagarian Lubuk Alung, Padang Pariaman butuh diaspal. Jalan yang menghubungkan Simpang Kayu Gadang ke Surantiah dan Salisikan, Kecamatan Batang Anai tersebut kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Sejak jalan itu dibangun lewat gotong royong dulunya, hingga saat ini baru sekali terkena aspal, yakni pada 1980 dulu.
    Menurut Erman, salah seorang pemuka masyarakat Surantiah, Koto Buruak, aspal yang pernah ada dulunya itu, kini semua telah terkelupas. Dengan demikian, setiap kali musim hujan, kampung itu laksana banjir. Air tidak bisa bergerak, melainkan hanya tergenang sampai berhari-hari. "Kita ingin, kondisi yang sangat menyulitkan ini bisa diberikan solusi terbaik oleh Pemkab Padang Pariaman," kata dia pada Singgalang, Senin (22/8) di Lubuk Alung.
    "Sebenarnya jalan itu merupakan alternatif pertama oleh masyarakat Salisikan, Kenagarian Sungai Buluah ketika membawa kendaraan mobil. Sebab, hanya jalan itulah yang bisa ditempuh dengan mobil. Masyarakat Surantiah sudah sangat rindu jalan demikian diaspal," ujar Erman lagi.
    Jalan yang bagus, kata Erman, akan berdampak positif terhadap kebangkitan perekonomian masyarakat itu sendiri. Apalagi, Surantiah dan Salisikan punya banyak hasil bumi yang bisa menumbuhkan ekonomi masyarakatnya. Mulai dari buah-buahan, sampai kepada kayu, sebagai kekayaan yang tahan lama. Kini, semua kekayaan lokal itu masih belum bisa dipasarkan dengan baik, lantaran susah untuk dibawa keluar.
    "Belum lagi kekayaan alamnya yang indah, murni pemberian Yang Maha Kuasa yang bisa dikembangkan sebagai dunia pariwisata. Nah, itu semua sangat bergantung kepada kondisi jalan yang bagus. Pengembangan pariwisata dikampung itu pernah dilirik oleh sejumlah pengusaha yang berniat untuk berinvestasi dibidang itu dulunya. Tetapi, lantaran susahnya mencapai kampung itu, maka pengembangannya pun jadi terkendala hingga saat ini," kata Erman. (dam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar