Kamis, 22 Juni 2017

Syekh Burhanuddin Ulakan Berasal Dari Sintuak

Syekh Burhanuddin Ulakan Berasal Dari Sintuak

Sintuak---Sebagaimana masyarakat Padang Pariaman lainnya, pada umumnya masyarakat Kenagarian Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang juga berasal dari darek. Sebelum kampung itu bernama Sintuak, datanglah orang-orang yang malaco, atau meritis dari Luhak Tanah Datar dan Luhak Agam bagian timur dan selatan. Sesuai perkembangan, dengan semakin bertambahnya penduduk, maka terjadilah kampung-kampung yang dihuni oleh orang yang bersuku.
    Hingga kini terkenal di Sintuak, yang dulunya bagian dari Kecamatan Lubuk Alung itu dengan suku nan baranam, lantaran jumlah suku yang ada di nagari tersebut terdapat enam jenis. Mulai dari Suku Panyalai, Koto, Sikumbang, Tanjung, Jambak, dan Suku Guci. Setiap suku yang ada juga memiliki seorang pangulu. Disamping itu, terdapat juga orangtuo yang memiliki ulayat di Sintuak.
    Seperti Labuah Gajah dan Padang Sigadiang merupakan ulayat Datuak Angkai Basa. Tanjuang Pisang, Batang Tapakis sampai ke Koto Gadih, adalah ulayat Datuak Tumangguang. Sementara, Palembayan, Banda Duri, dan Bukit Baliang-Baliang adalah ulayat Pangulu Basa. Terakhir, Lubuk Merah dan Kampuang Subarang adalah ulayat yang dipegang oleh Datuak Tuo.
    Ada empat ulayat yang menguasai nagari itu sejak dulunya. Hal demikian juga dikenal dengan 'Basa Nan Barampek', ditambah dengan seorang pamuncak, dan selanjutnya disebut dengan pamuncak 2x6, yakni 6 di Sintuak dan 6 pula di Lubuk Alung. Pamuncak 2x6 itu berfungsi sebagai penghubung antar niniak mamak, dari suku yang 6 dan basa yang 4, serta seorang pamuncak. Inilah orang-orangnya yang melahirkan Nagari Sintuak dulunya.
    Nagari dengan jumlah Kepala Keluarag (KK) sebanyak 2019 KK itu, serta 5.000 lebih jiwa, juga dikenal sebagai nagari yang memiliki banyak sejarah. Yang paling terkenal itu, Syekh Burhanuddin, seorang ulama besar yang hingga kini makamnya masih diziarahi masyarakat Minangkabau, berasal dari Nagari Sintuak. Untuk itu, ketika di Sintuak ada hajatan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, selalu datang khalifah Syekh Burhanuddin. Sebab, pertaliannya, rumah tempat dia dilahirkan hingga masih dipelihara dengan baik.
    Walinagari Sintuak, Anaril Nazar dalam eksposnya melihat potensi nagari yang dia pimpin sejak dua tahun belakangan itu cukup baik. Pada umumnya, masyarakat Sintuak bergerak pada sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Disamping itu, juga ada masyarakat yang menjadi profesional, pedagang dan lain sebagainya.
    Sewaktu pertama kali kembali ke nagari pada awal 2002 lalu, Anasril Nazar juga tercatat sebagai Pjs. Walinagari Sintuak yang pertama. Namun, ketika dilangsungkan pemilihan, yang bersangkutan tidak terpilih. Tetapi, sebagai seorang tokoh, dia tetap memainkan perannya sebagaimana mestinya, untuk ikut membangun Nagari Sintuak yang lebih baik.
    Anasril Nazar terpilih pada saat pemilihan walinagari 2009 lalu. Kini, berbagai kegiatan sosial kemasyarakat, pemuda berjalan dengan dinamikanya, dibawah dukungan sang walinagari yang terkenal suka bergaul dengan banyak orang itu.
    Menurut dia, Sintuak dengan luas wilayah 1.247 hektare atau 9,68 kilometer, dengan perincian, lahan sawah sebanyak 34,12 persen, ladang, 22,34 persen, perkebunan 27,16 persen, perumahan 4,37 persen, jalan 1,39 persen. Sintuak, sebelah barat berbatasan dengan Nagari Toboh Gadang, sebelah timur dengan Nagari Lubuk Alung, sebelah utara dengan Nagari Pungguang Kasiak Lubuk Alung, dan sebelah selatan dengan nagari Koto Tinggi, Kecamatan Enam Lingkung.
    Kedepan kenagarian ini sungguh sangat beruntung, lantara banyak lahan pertanian masyarakatnya yang akan dilewati Irigasi Anai II, yang pengerjaannya hingga kini sedang berlangsung. Satu lagi yang dirasakan masyarakat, setelah sungai Batang Tapakis dinormalisasi, Nagari Sintuak tidak adalagi terkena banjir. Sebelumnya, setiap kali hujan, banjir selalu datang. Masjid, sejumlah rumah masyarakat, dan lahan pertanian direndam air bah. Kini sudah tidak adalagi. (damanhuri)
----------------------------------------------------------------

TPA Nurul Ulum Gelar Khatam dan Wisuda Iqra'

Nan Sabaris--Untuk kesekian kalinya, TPA/TPSA Nurul Ulum, Surau Patamuan, Pulau Aie, Kenagarian Padang Bintungan, Kecamatan Nan Sabaris, Padang Pariaman melakukan khatam Quran dan wusuda iqra'. Kegiatan, yang pada intinya melakukan motivasi terhadap anak-anak itu dilakukan Minggu (17/7). Pada kesempatan itu juga hadi Kepala KUA Nan Sabaris, Zul Azmi, Camat Nan Sabaris, Jhon Kenedi, dan sejumlah tokoh masyarakat setempat.
    Pimpinan TPA, Marulis Tuanku Mudo kepada Singgalang menyebutkan, pada khatam kali ini berhasil dilakukan sebanyak 17 anak yang khatam, dan 15 anak yang diwisuda iqra'. Mereka yang diwisuda demikian, disamping telah berhasil menyelesaikan tahap pertama, yakni tamat Quran, dan sekaligus juga dipilih diantara yang terbaiknya.
    "Kita berharap, setelah mereka khatam Quran, tetap menuntut ilmu. Sebab, tahapan selanjutnya adalah mendalami makna isi kandungan dari Quran itu sendiri. Yang sebelumnya mereka hanya dikenalkan dengan pandai baca, kini sudah saatnya dikenalkan dengan kandungan dari kitab suci ini, agar mereka tahu, apa itu yang terkandung dalam kitab yang selam ini mereka amalkan," kata dia.
    Menurut dia, setiap tahun TPA ini selalu melakukan yang terbaik. Ada saja anak-anak yang dikhatam dan diwisuda. Sementara, mereka yang telah diwisuda iqra', selanjutnya diteruskan dengan mempelajari Quran besar. "Tema kegiatan saat ini sengaja kita usung, lewat khatam, 'kita wujudkan insan yang Qurani', ditengah masyarakat," sebutnya.
    Kepada semua anak dan orangtua yang hadir, Marulis berpesan agar bisa memanfaatkan secarik kertas, yang juga disebut sebagai sertifikat, sebagaimana mestinya. "Kegiatan ini hanyalah jembatan, untuk kita melangkah kedepannya, untuk terus dalam koridor tetap berpegang teguh pada kitab suci, yang selama ini kita jadikan pegangan hidup," harapnya. (dam)
------------------------------------------------------------------

Gapoktan Sungai Kasikan Kembangkan Jamur Merang

Tandikek--Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sungai Kasikan, Nagari Tandikek, Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman berhasil membudidayakan jamur merang. Pada panen perdana yang dilakukan Kamis (14/7) lalu, berhasil dipanen sebanyak 20 Kg. Budidaya ini dikembangkan Gapoktan tersebut, karena hal demikian dewasa ini sangat diminati banyak orang, dan hasilnya pun cukup menjanjikan.
    Pengurus Gapoktan Sungai Kasikan, Anton Syahputra kepada Singgalang menjelaskan, tertariknya Gapoktan mengembangkan jamur merang karena tanaman ini cukup mempunyai prosfek yang bagus. Setiap kilogramnya dijual seharga Rp15.000, dan hal itu dijemput langsung oleh pedagang dari Padang, untuk selanjutnya dipasarkan di berbagai supermarket yang ada di kota tersebut. "Karena peluang usaha ini cukup menjanjikan, Gapoktan mengembangkannya, dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota nantinya," ungkap Anton.
    Menurut dia, jamur merang sangat cocok dikembangkan diwilayah yang beriklim tropis. Ketika muda bentuknya bulat makin besar, dan semakin oval membentuk bulat telur. Warnanya krem ke abu-abuan. Setelah dewasa, batangnya memanjang dan nampak tudungnya semakin membuka sampai menyerupai payung.
    "Menurut buku panduan yang kita baca, jamur merang ini mengandung protein 26-30 persen, karbohidrat 45-50 persen, serat 9-12 persen, kadar abu 9-13 persen. Jamur ini juga kaya akan vitamin C, B, mineral dan beberapa jenis asam amino, sehingga sangat cocok dikonsumsi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizinya," sebut Anton.
    Jamur, kata Anton lagi, dalam sejarahnya telah dikenal sebagai makanan sejak 3.000 tahun yang lalu. Jamur menjadi makanan khusus buat raja Mesir, yang kemudian berkembang menjadi makanan spesial bagi masyarakat umum, karena rasanya yang enak. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan sudah dimulai sejak 2.000 tahun yang silam.
dan di Indonesia tanaman ini diperkirakan dimulai sekitar tahun 1950-an. (dam)
-------------------------------------------------------------------

-HUT RI ke-66 di Ketaping
9 dari 32 Klub Berhasil Masuk Putaran II

Ketaping--Hingga Senin, (18/7) kemarin telah terjaring 9 dari 32 klub bola yang ikut ambil bagian pada turnamen sepak bola, dalam rangka HUT RI ke-66, dilapangan sepak bola Ketaping, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman. Ke-9 klub demikian telah masuk putaran kedua, pada pertandingan dengan sistim gugur itu.
    Adapun ke-9 tim tersebut, King City dari Sunua, Padang Pariaman, Balai Baru, Padang, Labergo FC dari Pungguang Kasiak Lubuk Alung, Pagoda FC dari Paguah Duku, Padang Pariaman. Semua itu pada pool B. Sementara, pada pool A masuk tim Gempas, Ketaping, RDKS Ketaping, Kampung Tangah BIM, juga dari Ketaping, dan Netral dari Duku, Batang Anai.
    Ketua panitia kegiatan, Aminuddin kepada Singgalang menyebutkan, pertandingan tersebut diikuti sebanyak 32 klub bola yang berasal dari Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kota Padang Panjang dan Kota Padang. "Kegiatan yang sekaligus memasyarakatkan dunia olahraga ini dimulai pada 14 Juli lalu, dengan total hadiah yang disediakan jutaan rupiah, dan ditambah dengan trofi lepas," katanya.
    Menurut dia, sejak dimulainya pertandingan tampak semua pemain merasa senang. "Sebab, dari awal kita telah menekankan pentingnya rasa kebersamaan dan nilai suportivitas dibangun dengan baik selama mengikuti iven ini. Dan hal itu pun dibuktikan oleh bibit-bibit pemain yang mulai tumbuh dan berkembang dengan dinamikanya itu," katanya.
    Katanya lagi, panitia tetap memberikan yang terbaik kepada klub yang berhasil meraih prestasi, sesuai dengan ketetapan yang diberlakukan dalam kegiatan tersebut. "Lewat iven ini pula, kita tunjukkan kepada masyarakat banyak, bahwa olahraga disamping sebagai menjaga kesehatan jasmani, juga banyak hikmah dan pelajaran yang mesti diambil dalam menjalankan hidup ini," ujar Aminuddin. (dam)
--------------------------------------------------------------------

140 KK di Labu Kumbuang, Tandikek Belum Menikmati Listrik

Tandikek--Sekitar 140 Kepala Keluara (KK) di Korong Labu Kumbuang, Kenagarian Tandikek, Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman hingga hari ini masih dalam suasana gelap gulita, lantaran belum masuknya aliran listrik ke kampung yang berbatasan langsung dengan Kenagarian Kapalo Hilalang, Kecamatan 2 X 11 Kayutanama tersebut.
    Ali Basri, salah seorang orang tuo kampung itu kepada Singgalang, Selasa (19/7) melihat usaha untuk bisa masuk arus listrik kekampungnya telah dilakukan bersama masyarakat secara maksimal. "Bahkan, pada 2008 lalu, kita telah memasukkan surat permohonan kepada PLN wilyaha Sumatra Barat. Surat demikian juga pakai rekomendasi dari Bupati Padang Pariaman. Namun, hingga kini keinginan itu belum juga terwujud," kata dia.
    Menurutnya, kebutuhan masyarakat akan listrik adalah hal yang sangat vital. Sebab, dengan adanya sumberdaya listriklah banyaknya sumber perekonomian bisa dikembangkan. Begitu juga aktivitas sosial kemasyarakat, tanpa adanya penerangan listrik akan sangat terasa hampa. Sebagian besar masyarakat Labu Kumbuang pada malam hari banyak memakai lampu togok.
    "Memang ada satu dua keluarga yang punya ginset, tapi itu tidak mampu mengaliri semua rumah yang ada. Dan ginset itupun hanya hidupnya terbatas, tidak bisa sampai pagi. Paling sampai pukul 23.00 WIB," kata Ali Basri yang didampingi Rivai Marlaut, tokoh masyarakat Tandikek lainnya.
    Dengan ketidakadaan listrik tersebut, ujar Ali Basri, sebuah Pustu, yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan kesehatan masyarakat tidak bisa difungsikan. Sebab, semua peralatan medisnya memakai tenaga listrik. Begitu juga potensi anak-anak kampung yang telah mampu mengembangkan bordiran, tidak bisa dijalankan secara maksimal.
    "Kita berharap kepada Bupati Padang Pariaman bisa memberikan yang terbaik, sekaitan kebutuhan masyarakat demikian. Bila tengah malam, Labu Kumbuang boleh disebut sebagai kampung mati. Tidak punya penghuni," harapnya. (dam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar