Sabtu, 12 Mei 2018

Harga Karet yang Turun Membuat Petani dan Pejaga Hutan Kuliek Kurang Semangat

Batang Anai--Kebun warga ini berisi aneka ragam pepohonan. Ada pohon jengkol, petai, durian, nangka, karet, pinang, asam kandis dan lain-lain. Bersama pepohonan lain, beragam tanaman ini memenuhi hutan nagari.
Jasman, satu dari sekian banyak petani yang menggarap hutan menuju kawasan wisata Rumah Pohon Kuliek, Nagari Sungai Buluah Timur, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman. Setiap pagi, motor tuanya sudah sampai di atas bukit yang ketinggian lumayan terjal.
Saat bersua Singgalang, Kamis (10/5) lalu yang hendak ke Rumah Pohon, Jasman yang sedang memanfaatkan istirahat siangnya menceritakan suka-dukanya menggarap lahan tersebut. Bersama Walinagari Sungai Buluah terpilih, Agusta Alidin, Jasman mengaku telah melakoni usaha taninya di atas bukit itu selama tujuh tahun.
"Dari hutan inilah kami hidup sehari-hari. Menanam pohon-pohon berumur lama, sampai anak cucu masih bisa menikmati," ujar dia dalam hutan yang mulai dipenuhi tanaman karet, dan sejumlah tanaman tua lainnya.
Jasman yang sehari-hari tinggal di Kampuang Apa, Nagari Sungai Buluah Selatan harus tiap hari bolak-balik ke Kuliek, tempat dia bertani. Untuk keperluan sehari-hari, ladangnya dia isi dengan tanaman yang bisa cepat panen, seperti kunyik dan rimbang, cabai dan jahe. Agar tanaman itu aman dari gangguang binatang buas, Jasman sengaja menarok ternak anjing di sekeliling pondoknya.
Dengan usaha bertani, yang sekaligus penjaga hutan nagari itulah Jasman menghidupi keluarganya, yang terdiri dari seorang istri dan dua orang anak. Mendengar harga karet yang saat ini hanya Rp5 ribu sekilo, Jasman kurang bersemangat untuk mengambil getah dari pohon karetnya yang lumayan banyak.
"Dulu, sempat Rp10 ribu hingga Rp15 ribu karet sekilonya. Dengan harga segeni, insya Allah, capek mengambilnya terasa terobati oleh harga yang cukup membantu. Sekarang, harga Rp5 ribu, apa yang dapat dari tanaman tua ini," ungkapnya.
Akses ke kebun tak lagi sesulit dulu dirasakan Jasman. Sudah ada jalan rabat beton, sehingga motor tua langsung sampai di pondok tempat dia beristirahat siang. "Warga gotong royong membuat jalan. Kami harapkan pemerintah bisa memperhatikan kesulitan akses jalan ini untuk dilanjutkan," harapnya.
Di sana, sebagian tanaman sudah mulai berbuah. Pohon petai menjulang tinggi dan berbunga, sebagiannya sudah ada yang paneh. Begitu juga buah kuini, yang lagi ramai di jual orang di pasar buah Pasar Usang, merupakan buah kuini keluaran hutan Kuliek. Jengkolpun berbuah lebat.
Untuk biaya bensin motor, Jasman mengaku menghabiskan uang Rp10 ribu untuk pulang dan pergi. Dia sedikit kewalahan, anaknya yang paling besar yang sedang menuntut ilmu di SMK Sintuak Tobih Gadang lagi praktek kerja lapangan (PKL) di Pulau Batam.
"Beberpa hari yang lalu, dia menelepon minta dikirimin uang, karena masa PKL-nya masih panjang. Hingga kini, untuk untuk itu yang belum dapat. Bergantung di karet ini, rasanya tak cukup, sekaitan murahnya harga karet," katanya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar