Rabu, 08 Februari 2017

Jika Tidak Dipadukan Ilmu Dunia dan Akhirat Secara Seimbang Institusi Pendidikan Hanya Akan Melahirkan Lulusan yang Timpang

Jika Tidak Dipadukan Ilmu Dunia dan Akhirat Secara Seimbang
Institusi Pendidikan Hanya Akan Melahirkan Lulusan yang Timpang

Enam Lingkung--Metode pendidikan pada semua jenjang seharusnya memadukan ilmu pengetahuan untuk dunia dan akhirat secara seimbang. Jika tidak, institusi pendidikan itu hanya akan menghasilkan lulusan yang timpang.
    Kekuatiran itulah yang diantisipasi Pengelola Pondok Pesantren Nurul Yaqin (PPNY) Ringan-ringan, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman. Di lembaga pendidikan ini semua santri memperoleh pembekalan ajaran Islam untuk hidup layak guna menuju akhirat bermartabat.
    Ketua Yayasan Pendidikan Islam Imraniyah (YPII) Idarussalam Tuanku Sutan mengemukakan hal itu, Senin lalu di Parit Malintang. Idarussalam menyebutkan, PPNY yang didirikan ayahnya, Buya H. Ali Imran Hasan, tahun 1960 saat ini memiliki 919 santriwan dan santriwati yang berasal dari seluruh kabupaten/kota di Sumbar, bahkan dari Riau, Jambi dan Bengkulu. Mereka terbagi dalam dua jenjang pendidikan; Madrasah Tsanawiyah (MTs) tiga tahun sebanyak 586 orang dan Madrasah Aliyah (MA) empat tahun 333 orang.
    "PPNY diasuh 32 orang guru dan tenaga administrasi YPII serta 40 guru umum yang berasal dari SMP/SMA dan MTs/MA lain. Mereka mengajar ke PPNY untuk memenuhi tuntutan sertifikasi," ujarnya.
    Untuk mengelola aktivitas sehari-hari, PPNY dipimpin H. Al Muhdil Karim Tuanku Bagindo, anak sulung Buya H. Ali Imran Hasan. Ia dibantu Kepala MA; Zulhamdi Tuanku Karajaan Nan Saliah dan Kepala MTs; Muhammad Rais Tuanku Labai Nan Basa.
    Menurut Idarussalam, PPNY menerapkan sistem pendidikan salafiyah serta memadukan dengan sistem pendidikan umum. Dalam hal ini mereka mengacu pada pola Ahlussunnah Waljamaah. Secara umum pondok pesantren salafiyah diartikan sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama, terdiri dari beberapa unsur, yaitu pengasuh (Kyai, Abuya, Encik, Ajengan, Tuan Guru, atau sebutan lainnya) sebagai figur utama. Sedangkan santri, masjid (tempat ibadah, mushalla) sebagai titik pusat yang menjiwainya.
    Pengelola pondok bertanggungjawab menjadikan para santri dan santriwati memahami dan menghayati ajaran-ajaran Islam (tafaqquh fi al-din) melalui pelajaran al-Quran, al-Hadits serta kitab-kitab kuning dengan metodologi sorogan (individu), bandongan atau wetonan (kolektif), serta mudzakaroh (diskusi). Tujuannya agar tercapai sublimasi antara kecerdasan keilmuan Islam dan kecerdasan transenden (moral etik), baik dalam pandangan Allah Yang Mahaagung maupun pandangan manusia.
    Idarussalam menambahkan, seluruh santriwan mondok pada gedung rumah susun bantuan Kementerian Perumahan Rakyat. Sedangkan santriwati mondok pada komplek utama pondok. Masing-masing dengan pengasuh dan dapur umum. (501) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar