Jumat, 16 Agustus 2019

Maulid Batabuik Kearifan Lokal Padang Pariaman yang Harus Dilestarikan

Enam Lingkung--Sejak siang, Rabu (14/8) hingga Kamis petang Surau Batang Kapecong padat dengan tamu. Mereka datang dan pergi silih berganti. Para rang sumando perempuan Toboh Ketek mulai siang Rabu membawa kue, buah-buahan yang dihiasi dengan berbagai pernak-pernik, sehingga jelang malam dua unit surau di situ penuh dengan hidangan kue yang berlenggek-lenggek.
Saat itu, Pondok Pesantren Darul Ikhlas, nama lain Surau Batang Kapecong tengah melakukan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, dan sekalian menjalankan hutang masyarakat berupa amanah dari mendiang Buya Zubir Tuanku Kuning, sang pemilik pesantren yang ingin melakukan maulid di Batang Kapecong, yang diucapkannya setahun sebelum berpulang kerahmatullah tahun 2016 silam.
Sebagian masyarakat jemaah dan jaringan Buya Zubir yang begitu banyak, malam Rabu itu telah berdatangan ke Batang Kapecong, Nagari Toboh Ketek, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman. Mereka datang pakai arak-arakan tambua tassa, sambil membawa tabuik yang dihiasi dengan uang kertas. Bagi yang jemaahnya besar, maka banyak pula uang di atas tabuik. Dan maulid batabuik ini lazim di kalangan masyarakat Enam Lingkung.
"Buya Zubir Tuanku Kuning adalah sumando di Toboh Ketek," kata Walinagari Toboh Ketek Muhammad Nasir Datuak Mangkudun. Istrinya Ande Raudah hanya melahirkan seorang anak; Mukhlis Tuanku Bagindo. Dan anaknya itu telah meninggal pula. Surau Batang Kapecong ini merupakan yang pertama dibangunnya, yang kelak diberinama Pesantren Darul Ikhlas I.
Lalu, kata Datuak Mangkudun, lantaran hanya seorang anak dan tak bisa lagi melahirkan, akhirnya Buya Zubir diterima oleh orang Lubuak Tajun, Sarang Gagak, Nagari Pakandangan. Di sini lahir tiga orang anak; H. Suhaili Tuanku Mudo, Nely Azmi dan seorang lagi. Kini, kedua pesantren ini dipimpin oleh H. Suhaili Tuanku Mudo.
Menurut Datuak Mangkudun, sejak 20 tahun terakhir, barulah kali ini ada perayaan maulid di Surau Batang Kapecong. Tak heran, seluruh lapisan masyarakat Toboh Ketek depan belakang ikut serta dalam alek yang cukup meriah dan besar itu. Peringatan maulid juga sekalian bertepatan tiga tahun wafatnya Buya Zubir yang terkenal punya banyak murid di seantero Padang Pariaman dan luar daerah ini.
"Seluruh alumni pada datang memeriahkan hajatan memuliakan Nabi Besar Muhammad Saw demikian," ungkapnya. Ada empat orang yang pertama diangkat jadi tuanku di Surau Batang Kapecong, yakni Syahril Tuanku Sutan, Zalkhairi Tuanku Kuniang, Sarbaini Tuanku Sidi, dan Bakri Tuanku Kuning. Empat inilah tokoh ulama perdana dilantik di pesantren ini, kata Datuak Mangkudun.
Diadakannya maulid pada musim raya haji ini, kata Datuak Mangkudun, adalah banyaknya para perantau Toboh Ketek yang pulang. Dan lagi, para alumni pesantren ini juga banyak di rantau, yang pada raya haji ini pulang kampung. "Dengan maulid besar ini terjalin dan lepas rasa rindu di antara alumni tersebut," ujarnya.
Apalagi, lanjutnya, sudah lebih 20 tahun tidak melakukan maulid di Surau Batang Kapecong. Dengan maulid di surau, otomatis seluruh masyarakat Toboh Ketek yang mendiami empat korong; Simpang Tigo, Tanjung Baringin, Labuah dan Korong Parit Pontong juga melakukan baralek pula di rumahnya masing-masing. Masyarakat mengundang ipar bisannya, andan pasumandan, dan masyarakat lain yang bertalian dengannya, memasak lamang bersama, sampai membuat kue yang berhias dengan aneka bunga-bungaan.
Begitu juga kelompok masyarakat, sebut Datuak Mangkudun, seperti karang taruna, TPA/TPSA, kelompok lainnya ikut sato sakaki. Mereka berlomba-lomba dalam kebaikan. Membuat tabuik sesuai kemampuannya, yang selanjutnya diarak ke surau pakai tambua tasa secara bersama-sama. Sedangkan jemaah yang jauh datang tentu membawa yang ringan saja.
Sehingga, alek maulid ini, ulas Datuak Mangkudun, adalah alek Toboh Ketek - Pakandangan, khususnya Sarang Gagak. Urang siaknya yang membacakan kajian maulid badikie berasal dari dua nagari ini, dan empat pasang tukang dikie diundang dari luak lareh. Artinya, pandai dikie dari luar Kecamatan 2x11 Enam Lingkung lama.
Saking banyaknya tamu, sampai-sampai halaman Masjid Raya Toboh Ketek dan Surau Tanjung jadi parkir kendaraan. Wabup Padang Pariaman Suhatri Bur tak ketinggalan. Meskipun malamnya hadir dan ikut larut bersama tamu dan alumni yang hadir, Suhatri Bur siang jelang sorenya, Kamis itu datang kembali ke pesantren yang terletak di pinggir Sungai Batang Kapecong tersebut.
"Maulid ini adalah kearifan lokal Padang Pariaman," kata Suhatri Bur. Tak ada daerah lain di Sumbar yang melakukan maulid semeriah dan sebesar ini. Tentunya, tradisi ini patut kita pertahankan dan lestarikan dengan baik. Lewat acara ini terbangun silaturrahim yang tinggi, nilai kegontong-royongan, serta nilai-nilai kebersamaan, katanya. (501)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar