Selasa, 06 Agustus 2019

Mahasiswa KKN Unitas Gelar Strategi Pemasaran Perubahan Perilaku Jadi sebagai Peluang Memajukan Usaha

Enam Lingkung--Perubahan perilaku jadikan peluang untuk kemajuan usaha. Artinya, pengusaha mampu menjadikan perubahan sebagai ajang kreatif dan inovatif dalam meningkatakan pemasukan dan perkembangan usaha. Betapa hal-hal yang dulunya hanya terbuang, akibat perkembangan bisa dijadikan tambahan usaha.
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang, Sepris Yonaldi menyampaikan hal itu Minggu lalu dalam acara strategi pemasaran ubi kayu menjadi produk bernilai tinggi, di Sanjai Putri Simpang Tigo, Nagari Toboh Ketek, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman yang diadakan mahasiswa kelompok I Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unitas.
Sanjai Putri yang telah lama hadir di Toboh Ketek, menurut Sepris Yonaldi, adalah usaha kecil menengah yang sengaja mengembangkan produksi pertanian nagari itu sendiri. "Ini hanya tinggal memperbanyak jaringan sosial. Sekarang, orang lebih cenderung mudah, cepat dan tak mau berbelit-belit," kata dia.
"Kulit ubi kayu yang dulu hanya terbuang dan kebanyakan untuk ternak, ternyata sekarang bisa diolah jadi kripik pula. Nah, tentu Sanjai Putri bisa mencobanya bersama mahasiswa yang tengah KKN di nagari ini, yang sekaligus menambah peluang usaha," ujarnya.
Artinya, kata Sepris lagi, supaya Sanjai Putri ini bisa mendunia pemiliknya harus menggunakan tekhnologi. Setiap hari mengkapanyekan hasil olahan ini di dunia maya, terutama pada jaringan sosial media. "Soal rasa dan kualitas, produk Sanjai Putri rasanya tak kalah dengan usaha sejenis lainnya yang telah mendunia," ungkapnya.
Sementara, Zeki Aliwardana yang diminta tampil malam itu menjelaskan tatacara membuat pupuk organik dari limbah atau kotoran ternak yang ada di lingkungan masyarakat itu sendiri. "Sesuai prinsip usaha, kita harus mendapatkan utung yang besar. Solusi terbaik itu adalah kembali ke organik. Semua bahan bakunya ada di lingkungan kita sendiri, yang hanya dengan modal minta dan tak perlu dibeli," katanya.
"Dengan memulai dari pupuk organik segala jenis tanama kita, terutama ubi kayu yang paling banyak di Toboh Ketek ini, maka makanan yang kita buat pun jadi organik," ujarnya lagi. Zeki menyebutkan, pembuatan pupuk organik yang bahannya terdiri dari kotoran ternak, dedak halus, sekam yang sudah dibakar dan NT45, hanya memakan waktu selama 56 jam, sebuah pembuatan pupuk tercepat di dunia.
Zeki sendiri telah membuktikan keampuhan pupuk organik tersebut. "Kalau kita pakai pupuk organik, percayalah ubi kayunya bisa mencapai 20-25 kilogram setiap rumpunnya. Dan ini telah dibuktikan di nagari lainnya di Padang Pariaman ini," sebut Zeki.
Walinagari Toboh Ketek, Muhammad Nasir Datuak Mangkudun memberikan apresiasi kepada masyarakatnya yang telah ikut ambil bagian dari acara yang dilakukan mahasiswa KKN Unitas kelompok I tersebut. "Tinggal bagi kita bagaimana mengembangkan pupuk organik yang luar biasa ini di Toboh Ketek," katanya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar