Rabu, 14 Agustus 2019

Kearifan Lokal Toboh Ketek Doa dan Jamuan Makan Bersama di Surau Sehabis Shalat Id

Enam Lingkung--Sejak Subuh, Selasa (13/8/2019) lafaz takbir berkumandang melalui pengeras suara yang didengungkan seseorang dari dalam surau di seantero Toboh Ketek. Tiga surau di Simpang Tigo; Surau Tanjung, Chaniago dan Surau Batang Kapecong serentak melaksanakan Shalat Idul Adha 1440 H hari itu. Tak heran, bunyi takbiran dari tiga surau saling bersahutan satu sama lainnya.
"Idul Adha ini agak cepat shalatnya dari Idul Fitri," kata Mak Tuo, pemilik rumah tempat posko Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Tamansiswa (Tamsis) Padang. Mendengar takbir yang kian keras bunyinya, Mak Tuo diantar oleh seorang mahasiswa ke surau kaumnya, Tanjung yang terletak di depan Masjid Raya Toboh Ketek.
Menurut Mak Tuo, cepatnya pelaksanaan Idul Adha lantaran sebelum shalat orang pada puasa. Dan puasa pagi itu harus pula dilepaskan usai shalat Id. Mak Tuo ke surau sekalian membawa peralatan yang akan dimasak nantinya di surau. Tahun ini ada tiga ekor sapi yang disembelih, yang merupakan gabungan kurban masyarakat.
Walinagari Toboh Ketek, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman Muhammad Nasir Datuak Mangkudun menyebutkan, pelaksanaan shalat hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha di samping ajaran agama, juga sekalian kearifan lokal di nagari ini. Di sebut demikian, karena telah lazim sejak dulunya, usai shalat Idul Adha, dilakukan penyembelihan. Dan pertama, sebelum daging kurban dibawa pulang ke rumah oleh orang yang berkurban, itu dimasak dulu di surau. Makanya, setiap kaum ibu-ibu pada membawa pekakas dapur ke surau.
"Daging masak, nasi pun matang. Maka dilakukan acara berdoa dan makan bersama," katanya. Jadi, sapi atau kambing yang dikurbankan masyarakat itu lumayan banyak doanya sebelum dimakan. Pertama doa yang dibaca tukang sembelih. Setelah masak doa pula secara bersama dalam surau. Kemudian, di rumah masing-masing masyarakat yang berkurban juga dilakukan acara mendoa.
Idul Adha kali ini, kata Datuak Mangkudun, masyarakat yang tergabung dalam surau Chaniago ini hanya menyebelih satu ekor kambing. Sementara, di surau sebelah, yakni Surau Tanjung ada tiga ekor sapi. Sedangkan di Surau Batang Kapecong atau Pondok Pesantren Darul Ikhlas melakukan penyembelihan lima ekor sapi dan dua ekor kambing.
Banyaknya masyarakat yang berkurban di Surau Batang Kapecong, kata Datuak Mangkudun yang sekaligus panitia Maulid Nabi Muhammad Saw di surau itu menilai, lantaran Rabu (14/8) malam sampai Kamis (15/8) sore itu ada pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad Saw dalam rangka peringatan tiga tahun wafatnya Buya Zubir Tuanku Kuning, pemilik Pesantren Darul Ikhlas.
Datuak Mangkudun menyebutkan, di samping hajatan atau mengenang wafatnya ulama besar di nagari ini, peringatan Maulid juga sekalian menjalankan amanah yang pernah di sampaikan Buya Zubir dulunya, ketika dia masih hidup. Ceritanya begini; Buya Zubir Tuanku Kuniang ini punya dua pesantren, yakni Pesantren Darul Ikhlas I di Sarang Gagak, Nagari Pakandangan, dan Pesantren Darul Ikhlas II di Toboh Ketek ini. Empat tahun yang lalu, atau setahun menjelang dia meninggal dunia, dia habis melakukan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw secara besar-besaran di pesantren yang terletak di Sarang Gagak.
"Saya tanya, Mak, ndak maulid kita di Batang Kapecong," kata Datuak Mangkudun menirukan dialognya dengan Buya Zubir Tuanku Kuning. Buya langsung menjawab, nanti empat tahun lagi maulid di Batang Kapecong. Nah, ini mungkin yang menjadi hutang bagi sanak kemenakan Buya Zubir yang ada di Toboh Ketek.
Sehingga diambilah momen Idul Adha kali ini, yang juga bertepatan dengan empat tahun lagi maulid yang diucapkan beliau, sekalian melakukan Maulid Nabi Muhammad Saw secara besar-besaran di Surau Batang Kapecong. "Saya ke Buya Zubir itu selalu panggil Mak, lantaran beliau mamak saya dan kami orang Toboh Ketek," ujar Datuak Mangkudun.
Jadi, katanya lagi, dengan banyaknya agenda besar yang akan dan telah dilakukan di Toboh Ketek, dan berakhir nantinya 19 Agustus malam, maka dengan ini pula empat kelompok mahasiswa Tamsis yang melakukan KKN di nagari ini diminta menunda kepulangannya. "Mahasiswa kita minta ikut berpartisipasi bersama masyarakat dalam berbagai acara dan iven tersebut," ujar dia.
Marzuki Hendra dan Fiki Darliem, dua mahasiswa Unitas Padang yang tergabung dalam kelompok I KKN, setelah pulang kampung, Sabtu (10/8) memilih kembali Senin malamnya ke Simpang Tigo. Mereka ingin pula merasakan suasana shalat Idul Adha di Toboh Ketek. "Kami shalat Idul Adha di kampung halaman, Minggu. Dan Selasa ini juga kami mengulang, lantaran ingin tahu suasananya di Toboh Ketek," kata mereka.
Dua mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Pertanian Unitas ini melakukan shalat Idul Adha di Surau Chaniago, milik kaumnya Walinagari Toboh Ketek. Semua masyarakat Toboh Ketek yang ber-surau ke surau itu pada datang. Surau pun jadi penuh oleh jemaah yang datang melakukan shalat tahunan demikian.
Sementara, untuk jamuan sehabis shalat yang dilakukan sore menjelang senja, Marzuki datang lagi ke surau Chaniago. Sedangkan Fiki memilih ikut jamuan mendoa di Surau Tanjung. "Kami berbagi saja. Dan lagi suraunya berdekatan. Hanya dibatasi oleh Sungai Batang Kapecong. Saya tercengan, sehabis mendoa dikasih pula uang oleh masyarakat, yang sehabis mendoa membagi-bagikan uang untuk semua yang hadir dalam surau itu," cerita Fiki mengenang acara Idul Adha di Toboh Ketek. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar