Rabu, 21 Agustus 2019

Air Mata Haru Lepas Kepergian Mahasiswa KKN Unitas Silakan Ambil yang Baik dan Jangan Lupakan Toboh Ketek

Enam Lingkung--Air mata haru tumpah di lapangan volli Toboh Ketek, Selasa (20/8) dini hari. Suara Walinagari Toboh Ketek, Muhammad Nasir Datuak Mangkudun serak, tertahan di kerengkongan saat menyampaikan selamat berpisah kepada seluruh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNiversitas Tamansiswa (Unitas) Padang.
    Air mata walinagari yang juga seorang niniak mamak dalam kaumnya itu tumpah juga, setelah seorang mahasiswa, Armontoni, menyampaikan dengan suara serak, bahwa pihaknya memang tidak lagi di Toboh Ketek. Tetapi hati dan perasaan tetap ada dan tetap hadir di nagari yang berada di Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman tersebut.
    Sebelumnya, sejak Senin malam pihak Nagari Toboh Ketek bersama seluruh mahasiswa sengaja melakukan acara perpisahan dengan menampilkan hiburan orgen tunggal. Malam perpisahan sekalian juga penyerahan hadiah bagi pemenang dalam berbagai lomba yang diadakan pada momen 17 Agustus tersebut.
    Tawa dan joget antara mahasiswa dan pemuda serta walikorong yang ada malam itu meriah sekali. Masing-masing kelompok menampilkan dua buah lagu, sambil berjoget ria. Sampai-sampai Camat Enam Lingkung, Datuak Rustam yang menutup masa KKN di Toboh Ketek malam itu menyumbangkan sejumlah lagu dengan suara emasnya. Tak ketinggalan, tengah malam, Wabup Padang Pariaman Suhatri Bur menyempatkan diri hadir menyaksikan malam perpisahan demikian.
    Memang, selama 40 hari masa KKN di Toboh Ketek diminta oleh Walinagari Muhammad Nasir untuk menambah waktu, lantaran banyak kegiatan yang diadakan nagari pada momen HUT RI tersebut. "Ada momen besar di nagari yang diadakan setelah masa KKN berakhir. Makanya, kita minta waktunya ditambah," kata Muhammad Nasir.
    "Ada Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad Saw di Pesantren Darul IKhlas, dan momen 17 Agustus dengan menggelar banyak lomba bagi masyarakat," ungkapnya.
    Idul Adha, katanya, adalah momen tersendiri yang berlaku di lingkungan Toboh Ketek. Tentunya, momen ini perlu bagi mahasiswa yang sedang ber-KKN, dimana hal ini adalah kearifal lokal yang tak dijumpai di nagari lainnya di Sumatera Barat. "Di Toboh Ketek, Shalat Id dilakukan di surau kaum. Masjid sengaja tak dipakai. Masyarakat yang berkurban, sebelum dimasak di rumahnya daging kurban dimasak dulu di surau," katanya.
    Setelah masak, lanjut Muhammad Nasir, diadakan mendoa sekalian jamuan makan sore menjelang senja. Tidak sekedar itu, masyarakat yang berkurban pun melakukan kenduri di rumahnya dengan seorang urang siak. "Silakan ambil semua yang baik-baik selama di Toboh Ketek. Dan tinggalkan yang buruknya," pinta Muhammad Nasir.
    Menerut Muhammad Nasir, selama ini Nagari Toboh Ketek berdiri, baru kali ini ada perpisahan dengan anak KKN yang sampai menitikan air mata. "Empat kelompok mahasiwa menempati empat korong; Korong Simpang Tigo, Labuah, Tanjuang Baring, dan Korong Parit Pontong, kita berlakukan sama. Semuanya, terutama yang tetap di poskonya selalu hadir di Kantor Walinagari," katanya.
    "Awalnya, saya minta hadir sesekali di kantor. Eh, nyatanya mereka bisa dan menyanggupi tiap pagi, terutama pada saat jam kerja," sebut Muhammad Nasir. Jadi, dengan itu pula banyak persoalan yang dipecahkan selama mereka hadir dan bicara sewaktu di kantor nagari tersebut.
    Alhamdulillah, lanjutnya, mungkin selama KKN mahasiswa tak pernah menemui kendala yang berarti. "Dimanapun kendalanya, selalu ada jalan keluar. Mau mencari bahan baku untuk pupuk, ada mobil yang disediakan. Pokoknya, mahasiswa bagaikan anak nagari Toboh Ketek itu sendiri," ungkapnya.
    Tak hanya Walinagari Muhammad Nasir yang menitikan air mata sampai membasahi wajahnya dari genangan banjir air mata haru, tetapi juga seluruh mahasiswa, tokoh pemuda, tokoh perantau, dan masyarakat secara umum yang hadir dan menyaksikan malam perpisahan dan hiburan yang berlangsung hingga dini hari tersebut.
    Apalagi, masing-masing kelompok mahasiswa KKN lumayan dan amat dekat dengan walikorong tempat mereka tinggal. "Bapisah bukannyo bacarai. Kita tetap bersama. Silakan kembali ke Toboh Ketek. Pintu selalu terbuka untuk mahasiswa Tamsis," kata Walikorong Simpang Tigo, Indra Yanuar.
    Ucok, begitu Indra Yanuar sering disapa banyak orang di Toboh Ketek, terkenal dengan walikorong gaul. Disebut demikian, lantaran Ucok juga pemain orgen tunggal. Senang bergaul dengan mahasiswa KKN. Sesekali dia mengajak mahasiswa membuat acara begadang, membakar ikan bersama. Dan bahkan ada pula diajak mandi-mandi ke luar daerah, sebagai hiburan sekalian menghilangkan rasa jenuh mahasiswa di posko KKN.
    Lagu yang diciptakan Armontoni, mahasiswa kelompok III membuat suasana antara mahasiswa dan masyarakat Toboh Ketek semangkin cair dan amat sangat akrap. Apalagi lagu itu menggambarkan seluruh potensi alam, gambaran alam Toboh Ketek, akan membuat perantau nagari itu ingin cepat pulang.
    Lagu telah disebar lewat sosial media youtube, dan dalam waktu sekecap lagu itu sudah banyak penggemarnya. Armontoni menyerahkan hak ciptanya ke Nagari Toboh Ketek. "Silakan diperbanyak CD-nya nanti. Boleh dikomersilkan sebagai pemasukan untuk nagari," pinta Armontoni yang juga Sekretaris Walinagari IV Koto Aua Malintang Selatan ini. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar