Minggu, 12 Maret 2017

Niniak Mamak Harus Menyelesaikan Masalah, Bukan Sumber Masalah

Ulama Jangan Jadi Sumber Ketimpangan Masyarakat

Lubuk Alung--Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Padang Pariaman, Abdul Hadi Tuanku Rajo mengajak seluruh ulama untuk bisa memposisikan dirinya sebagaimana mestinya, dan tidak larut dalam berbagai hal yang menyembabkan ketimpangan ditengah masyarakat. Walau bagaimanapun, ulama adalah panutan, dan harus mampu memberikan contoh yang baik bagi masyarakatnya sendiri.
    Pernyataan demikian disampaikan Abdul Hadi, Selasa (22/8) saat buka puasa bersama seluruh pengurus NU daerah itu di pondok baselo Lubuk Idai, Pungguang Kasiak Lubuk Alung. Hadir pada kesempatan itu sejumlah pimpinan pondok pesantren, serta sejumlah ulama muda daerah tersebut.
    Menurut dia, kegiatan buka puasa ini dilakukan untuk meningkatkan rasa silaturrahim diantara sesama ulama. "Akibat berbagai intrik politik yang dimainkan sejumlah elite politik daerah bekas gempa itu, banyak juga ulama yang larut, bahkan terlibat langsung secara politik praktis. Kini, saatnya kita tunjukkan kepada seluruh masyarakat, bahwa ulama adalah suluah bendang ditengah masyarakat," katanya.
    Sementara, Pimpinan Pondok Pesantren Jamiatul Mukminin Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Buya Azwar Tuanku Sidi yang diminta memberikan tausiah berharap banyak kepada ulama muda untuk bisa memberikan yang terbaik. "Kini, berbagai pengaruh telah meracuni kehidupan masyarakat. Dan tak terkecuali racun itu juga menjangkiti para ulama itu sendiri," kata Buya Azwar.
    Buya Azwar melihat, perkembangan zaman yang terjadi saat ini semakin mengurangi ulama. "Para ulama yang tua-tua, kapai tampaik batanyo, kapulang tampaik baburito, telah banyak yang mendahului kita semua. Boleh dikatakan, ulama yang ada saat ini di Padang Pariaman hampir sama besar, dan nyaris tidak punya pengaruh apapun lagi ditengah masyarakat. Untuk itu, saatnya kita bersatu, memperkuat kelompok kita," kata dia.
    Dulu, kata Buya Azwar, para ulama tempat mengadu para umara, atau para pemimpin. Kini, hal itu nyaris hilang. Bahkan, yang terjadi sebaliknya. Ulama banyak yang tidak lagi sebagai kekuatan ditengah masyarakat. "Lewat organisasi besar NU ini, kita perkuat barisan ulama untuk terus berjuang, menegakkan amar makruf dan nahi mungkar. Mari kita saling topang menopang kekuatan untuk membangun masyarakat, sesuai peran dan fungsi kita ditengah masyarakat itu sendiri," ajaknya. (dam)
-------------------------------------------------------------------

-Bahrum Ryk. Rajo Sampono
Niniak Mamak Harus Menyelesaikan Masalah, Bukan Sumber Masalah

Ketaping--Semangat kebersamaan diantara niniak mamak, atau yang lebih dikenal di Kenagarian Ulakan, Tapakis, Kecamatan Ulakan Tapakis dan Kenagarian Ketaping, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman sebagai rajo yang 10, terus bergelora. Hingga Selasa (22/8) malam, mereka telah 11 kali mengunjungi masjid dan surau yang ada di tiga kenagarian dimaksud, untuk melakukan kegiatan Tim Safari Ramadhan (TSR).
    Mereka yang 10 itu, empat rajo memegang ulayat di Kenagarian Ulakan, yakni Ryk. Amai Said, Ryk. Rajo Sulaiman, Ryk. Rajo Dahulu, dan Ryk. Rajo Mangkuto. Sementara, di ulayat Kenagarian Tapakis dipegang oleh lima rajo, Ryk. Tan Basa, Ryk. Majo Basa, Ryk. Malako, Ryk. Malakewi, dan Ryk. Katuah. Dan Ryk. Rajo Sampono, satu-satunya rajo di Ketaping. Mereka yang 10 itu sejak dulu selalu bersatu. Hingga kini masih terkenal diantara mereka, adat nan saincek, pusako nan sabuah, rimbo nan satumpak.
    Selasa malam kemarin, sungguh menjadi sebuah pemadangan yang elok. Betapa tidak, disamping dihadiri seluruh rajo tersebut, kegiatan TSR yang mereka lakukan di Masjid Raya Marantiah, Ketaping itu mendapat sambutan antusias. Merekapun agaknya telah bersepakat, untuk mendahulukan Bahrum Ryk. Rajo Sampono, sebagai juru bicara mereka, terhadap berbagai hal yang menjadi persoalan dalam wilayah nagari yang tiga tersebut.
    Rajo sampono, yang selama ini dikenal sebagai seorang rajo yang vokal pun tidak menyia-nyiakan hal itu. Dia dengan gagahkan tampil, memberikan ceramah menyangkut soal adat istiadat, serta peranturan nagari lainnya, yang berlaku di Tapakis, Ketaping dan Ulakan. "Kesan selama ini rajo yang 10 ada kesalah-pahaman. Itu opini yang berkembang ditengah masyarakat. Dengan saya katakan, bahwa hal itu salah. Soal rajonya, sejak dari dulu hingga kini, tidak pernah berselisih paham. Cuma, yang terjadi itu dikalangan oknum-oknumnya, sehingga timbullah opini tersebut," kata pemegang ulayat Ketaping ini.
    "Kalau tidak bisa menyelesaikan persoalan, silakan saja berhenti jadi niniak mamak. Sebab, fungsi dari seorang niniak mamak, adalah mampu menyelesaikan persoalan, dan bukan menjadi titik persoalan keberadaan seorang niniak mamak demikian. Kita selaku rajo di Minangkabau ini beda halnya dengan rajo didaerah lainnya. Kita tidak punya istana. Yang ada cuma, rajo baalam laweh bapadang lapang," kata dia.
    Rajo Sampono bersama rajo lainnya bakal melakukan reformasi terhadap para bawahannya, yang lebih dikenal dengan kapalo mudo dan niniak mamak lainnya yang memegang seluruh suku yang ada dalam kenagarian. "Mereka semua harus berfungsi, sebagaimana mestinya. Peraturan nagari yang telah ditetapkan di tiga nagari itu, sepanjang belum dicabut, tetap berlaku sebagaimana mestinya," tegas Rajo Sampono.
    Ketua KAN Ulakan masih tetap
    Kepada Ketua LKAAM Kabupaten Padang Pariaman dan LKAAM Provinsi Sumatra Barat, Rajo Sampono minta untuk ikut mendukung, apa-apa yang telah menjadi keputusan rajo yang 10 tersebut. "Soal KAN Kenagarian Ulakan, yang hingga kini masih dipegang oleh Sudirman Ryk. Rajo Mangkuto, masih tetap utuh, dan belum ada musyawarah tentang perombakannya. Kalau ada pihak-pihak lain yang mengatasnamakan KAN Ulakan selain dari yang bersangkutan, maka hal itu tidak benar, dan tidak sah sama sekali," tegasnya.
    Sebelumnya, Ketua TSR, AKP. Syamsul Bahri merasa senang dan bangga melihat kondisi yang terjadi dikalangan niniak mamat tersebut. Apalagi kekompakan ini terjadi saat nilai-nilai adat mulai terkena virus. "Saatnya kita selaku masyarakat memberikan dukungan penuh. Sebab, yang dilakukan para petinggi kita ini, adalah untuk kemaslahatan sanak kemanakannya juga," katanya.
    Syamsul Bahri mengajak walinagari yang tiga bersama walikorongnya untuk bisa membuat pernyataan sikap. Sebab, antara niniak mamak dan pemerintahan mesti bersatu dalam membangun masyarakat yang seutuhnya. Nah, para rajo yang 10, yang sudah terkenal sebagai yang memegang kekuasaan adat di tiga nagarai ini telah memulai sesuatu yang baik, maka harus diiringi oleh pemerintahannya. (dam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar