Minggu, 28 Juli 2019

Ibuk Dekan Itu Terkejut Katanya Toboh Ketek Kaya Tanaman Singkong, Kok Tidak Ada Makananannya

Enam Lingkung--Di tengah rintik-rintik hujan, para mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang itu secara mendadak meninggalkan kegiatannya menyelesaikan bangunan taman di Simpang Tigo, Nagari Toboh Ketek, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman. Dari lokasi pembuatan taman, mereka lekas pergi ke posko yang berjarak sekitar 100 meter, menyambut kedatangan Dekan Fakultas Hukum Unitas, Nurlinda Yenti yang Sabtu (27/7) sore itu melakukan monitoring ke posko KKN kelompok I.
Setelah melihat sejumlah dokumentasi kegiatan, sambil ditemani makanan dan minuman di teras rumah warga setempat yang jadi posko KKN kelompok I, Nurlinda Yenti menanyakan progres kegiatan, dan kendala selama melakukan tugas KKN. Sesuai jumlah kelompok mahasiswa yang tergabung dalam kelompok I, maka satu-persatu perwakilan Fakultas Ekonomi, Pertanian dan Hukum menjelaskan secara ringkas kegiatan yang telah mereka laksanakan di tengah masyarakat Simpang Tigo.
Begitu juga Ketua Kelompok I Haris, juga diminta menyampaikan seputar kegiatan dan tanggungjawabnya sebagai pimpinan dalam kelompok demikian. "Lho, mana makanan yang terbuat dari Singkong? Katanya Toboh Ketek Nagari yang kaya akan tanaman Singkong atau ubi," kata Nurlinda Yenti berseloroh kepada mahasiswa, lantaran makanan ringan yang terhidang tak satupun produk makanan hasil nagari itu.
Tentunya, mahasiswa itu terdiam sejenak. Sebab, di awal kedatangan Nurlinda Yenti mahasiswa ini banyak bercerita soal kripik singkong atau sanjai yang diolah oleh masyarakat Simpang Tigo, tetapi belum begitu populer. Begitu juga makanan lainnya, seperti tapai yang rasanya enak, tetapi juga belum mampu jadi produk makanan terkenal, seperti layaknya makanan ringan keluaran Kritine Hakim dan lainnya.
"Saya minta mahasiswa menyampiakan kegiatannya selama KKN. Sesuai ndak dengan apa yang telah disebarkan lewat media massa dan media sosial," ujar Nurlinda Yenti. Kadang-kadang, katanya, berita itu pandai-pandai tukang buatnya saja, dan malah banyak yang berseberangan dengan apa yang terjadi sebenarnya.
Sebagai Dekan Fakultas Hukum Unitas Padang yang sekaligus Tim Monitoring KKN, Nurlinda Yenti telah mengamati apa yang dilakukan mahasiswanya selama KKN di tengah masyarakat. "Ya, bagus itu. Perbanyak saja penyebaran kegiatan lewat media sosial dan juga media massa, baik cetak maupun elektronika dan online," sebutnya.
Nurlinda Yenti minta mahasiswa yang tergabung dalam kelompok I ini untuk melakukan pendalaman seputar adat salingka nagari. "Coba cari informasinya kepada niniak mamak dan tokoh masyarakat, soal perlakuan bagi masyarakat yang melakukan perbuatan zina, misalnya. Tapi jangan menuduh. Gali saja apa kebijakan hukum adat atau kelaziman yang berlaku di nagari ini," kata Nurlinda Yenti.
Dan bahan demikian, katanya, sangat menarik. Hukum perbuatan itu tidak berlaku sama di antara nagari yang satu dengan nagari lainnya. Itulah yang disebut dengan adat salingka nagari. Bisa saja dalam nagari itu diberlakukan denda sekian zak semen. Atau mereka dibuang sepanjang adat.
"Apalagi Toboh Ketek terkenal dengan nagari yang relegius. Kuat dengan nilai-nilai adat dan agama. Malah Kecamatan Enam Lingkung juga disebut sebagai kampungnya santri di Kabupaten Padang Pariaman, saking banyaknya pondok pesantren," ujar dia. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar