Minggu, 07 Juli 2019

Santri Nurul Yaqin Al Hidayah Ikuti Taqarrubun Nafsiyah Perdana

Sungai Sarik--Santri Pondok Pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah harus memiliki cita-cita, meraih kesuksesan dalam kehidupan kelak. Belajar di pesantren tidak hanya menjadi tuanku/ustazhah semata, tapi belajar di pesantren juga bisa seperti anak sekolah umumnya kelak. Terbukti, tamatan pondok pesantren bisa jadi presiden, wakil presiden, menteri dan pejabat negara lainnya di Indonesia.
Demikian ditegaskan Pengurus Dewan Pendidikan Kota Pariaman Armaidi Tanjung, dihadapan santri Pondok Pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah di Korong Kampung Bendang, Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, Rabu lalu. Armaidi Tanjung tampil sebagai pemateri pada Taqarrubun Nafsiyah (masa pengenalan diri) santri di pesantren itu yang berlangsung hingga Kamis-nya.
Dikatakan Armaidi Tanjung, presiden Indonesia pernah dijabat oleh tamatan pesantren, yakni Presiden Abdurrahman Wahid. Pada Pemilu 2019 yang baru saja usai, terpilih Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin yang juga tamatan pesantren di Tebuireng Jombang. Begitu pula dari kalangan menteri dan pejabat negara lainnya banyak yang dari pesantren. “Untuk itu, santri/santriwati memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak lain meraih kesuksesan dan profesi dalam hidupnya. Tinggal lagi sejauh mana santri/santriwati serius dan bersungguh-sungguh dalam belajar,” kata Armaidi Tanjung penulis buku Anakku! Kenapa Harus Masuk Pesantren ini.
Menurut Armaidi, kesuksesan santri dalam kehidupannya kelak tidak semata hanya karena kecerdasan intelektual. Tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. “Ketiga kecerdasan tersebut sangat menentukan kesuksesan dan keberhasilan seorang santri dalam meraih masa depan yang lebih baik. Mudah-mudahan 15 hingga 20 tahun ke depan, santri Nurul Yaqin Al Hidayah sudah menjadi orang-orang hebat di lingkungannya. Sesuai dengan cita-cita yang sudah disampaikan diawal penyampaian materi ini,” kata Armaidi.
Sebelumnya, para santri diminta menulis dan menyebutkan langsung nama, motivasi masuk pesantren dan cita-cita setelah tamat di pesantren. Para santri/santriwati menyebutkan cita-citanya ingin menjadi tuanku/ustazd/ustazdah, dokter, polisi (polwan), dosen, pedagang, pemain sepak bola, pengusaha, guru, wanita karir dan sebagainya. “Insya Allah cita-cita tersebut bisa tercapai dengan rajin belajar dan mengembangkan ketiga kecerdasan tersebut,” kata Armaidi menambahkan.
Ketua Yayasan Pesantren Nurul Yaqin Al Hidayah Nurdin Tuanku Sutan menyebutkan, peserta semua santri baru yang berjumlah 26 orang (13 laki-laki dan 13 wanita) merupakan santri pertama yang langsung mengikuti Taqarrubun Nafsiyah. Usai diresmikan Wakil Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur beberapa hari lalu, langsung melaksanakan Taqarrubun Nafsiyah sebagai awal dimulainya proses belajar mengajar.
“Dari 26 santri, berasal dari Propinsi Riau, Batam Kepulauan Riau, Lubuk Basung, Lubuk Alung, Ulakan Tapakis dan Kecamatan VII Koto Padang Pariaman sendiri. Pendidikan yang diselenggarakan tingkat tsanawiyah dengan 7 orang guru,” tutur Nurdin.
Disebutkan, masing-masing guru adalah Anwar Hidayat Tuanku Qalida Ilmi, M. Andrian Tuanku Bagindo, Hendri Saputra Tuanku Sidi, M. Idris Tuanku Khalifah, Abdurrahim Tuanku Mudo, Nurani Ustazah, Aminah Ustazah, Syarifah Ustazah, Fitriyanti Ustazah. Sedangkan pimpinan pesantren dipercayakan kepada Ahmad Suhaimi Tuanku Sidi. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar