Sabtu, 27 Juli 2019

Agar Tidak Menimbulkan Fitnah Mahasiswa Harus Hati-Hati Menyebarkan Wacana di Medsos

Ulakan--Mahasiswa harus hati-hati dalam penyebaran wacana di media sosial sehingga tidak menyesatkan pemikiran orang lain. Wacana yang menyesatkan akan membawa dampak negatif terhadap masyarakat. Makin luas jangkauan penyebaran wacana tersebut, maka makin luas pula pengaruh penyesatan yang muncul dari wacana yang menyesatkan.
Demikian diungkapkan Bendahara Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Padang Pariaman Armaidi Tanjung, Jumat (27/2) malam di Ulakan, di hadapan peserta Pelatihan Kader Dasar (PKD) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang dilaksanakan PC PMII Kabupaten Padang Pariaman.  Menurut Armaidi Tanjung, penyebaran hoaks yang bertendensi politik, agama maupun menyudutkan kelompok tertentu diproduksi oleh kalangan yang memiliki ilmu pengetahuan. Artinya, orang yang menyebarkan hoaks bukanlah orang bodoh.
“Mahasiswa sebagai kalangan intelektual yang tengah menimba ilmu pengetahuan di perguruan tinggi jangan mudah menyebarkan wacana dari media sosial maupun situs-situs yang tidak jelas penanggungjawabnya. Karena wacana yang hoaks maupun fitnah, jika disebarkan berarti turut mendukung penyebaran wacana hoaks dan fitnah tersebut,” kata Armaidi Tanjung yang tampil memberikan materi bertemakan, Analisis Wacana, Pengelolaan Opini dan Gerakan Massa.
Dikatakan Armaidi Tanjung, mahasiswa harusnya banyak membaca buku sehingga memiliki wawasan yang lebih luas. Mahasiswa yang malas membaca cenderung copypaste dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Apalagi di era internet, mahasiswa dengan gampang meng-copypaste tanpa mau menganalisis dan mengkoreksi terhadap apa yang sudah dicopypaste. Mahasiswa yang copypaste mengakibatkan kurangnya daya analisis dan kritisnya dalam melihat sesuatu wacana yang berkembang di masyarakat.
“Jika dikaitkan dengan perintah agama Islam, maka aktivitas membaca merupakan ayat pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw. dari Malaikat Jibril. Bacalah, demikian ayat pertama yang diturunkan ke Nabi Muhammad Saw. Ayat ini harusnya menjadi motivasi utama bagi mahasiswa untuk membaca,” tutur Armaidi Tanjung.
Menurut Armaidi Tanjung, banyak orang Islam yang mengakui Nabinya Nabi Muhammad Saw. Setiap hari menyebut namanya dalam shalat. Tetapi tidak mau mengenal dan memahami sosok Nabi Muhammad Saw. Kita yang hidup 14 abad setelah masa Nabi Muhammad Saw, tidak bertemu langsung. Bagaimana cara mengenal dan memahami sosok Nabi tersebut. Jawabannya adalah membaca buku/kitab biografi Nabi tersebut.
“Pertanyaannya, apakah sudah pernah membaca biografi tersebut yang tebalnya kurang lebih 300 hingga 400 halaman. Kalau belum, bagaimana kita paham dengan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. tersebut. Jadi tidak heran sekarang yang mengakui Islam, tapi membenci dan menghina orang non-Islam, bahkan sesama Islam pun saling caci maki. Termasuk bunuh-bunuhan yang mengatasnamakan agama,” tutur Armaidi Tanjung.
Armaidi Tanjung mengajak peserta PKD yang semuanya mahasiswa untuk mulai membiasakan aktivitas membaca. Karena dengan membaca membuka cakrawala berpikir, berkomunikasi dengan para pemikir dan tokoh masa lalu. “Kalaupun masih ada rasa malas, harus mulai dilawan dengan aktivitas membaca. Tumbuhkan rasa ingin tahu dan ingin memperoleh manfaat dari aktivitas membaca tersebut,” tutur Armaidi mengakhiri. (501) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar