Rabu, 19 Desember 2018

Pasca Bencana Rubuhnya Jembatan Kayutanam Jembatan Sementara Ibarat Cakak Habih Silek Takana

Kayutanam--Seminggu lebih bencana banjir bandang yang melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Padang Pariaman berlalu, hiruk-pikuk jalan alternatif akibat rubuhnya beberapa jembatan sudah mulai mereda, terutama di Kayutanam yang jembatannya adalah urat nadi lalu lintas Padang - Bukittinggi. Dengan telah selesainya pembangunan jembatan sementara yang sudah dapat dilalui Minggu sore kemarin cukup memberikan arti yang positif bagi pengguna jalan, walaupun masih dalam sistim buka-tutup.
Menurut Hardi Candra, salah seorang tokoh pemuda di Kecamatan 2x11 Kayutanam, sebenarnya ada dua alternatif jalan terdekat (Depan INS-Padang Mantuang-SMA Kayutanam Atau Lubuk Alung-Anduriang-Pasar Kayutanam) yang bisa dilalui kendaran akibat rubuhnya jembatan tersebut. Namun karena kondisi jalan itu selama ini kurang dapat perhatian dari pemerintah, membuat pihak keamanan harus menyarankan pengalihan jalan ke alternatif yang jauh (Sitinjau-Solok-Padang Panjang atau Patamuan-Malalak-Padang Luar).
Dia melihat, jalan Korong Padang Mantuang, Nagari Kayutanam semestinya sudah beraspal mulus sejak lama. Korong yang terkenal dengan arena berburu "Botai" ini merupakan urat nadinya hasil ladang dan kebun di Nagari Kayutanam. Hamparan luas ladang durian dan karet serta sawah yang bergandengan dengan kebun sayuran merupakan ciri khas alamnya. Padang Mantuang juga merupakan penghasil ternak di Nagari Kayutanam, selain kambing dan sapi juga terdapat sedikitnya lima kandang ayam ras pedaging di korong ini.
"Dengan hasil melimpah demikian, tidak sepantasnya akses jalan korong ini belum tersentuh aspal sampai saat ini. Dengan adanya bencana seakan mata banyak orang terbuka betapa pentingnya infrastruktur jalan. Inilah yang harus lebih diperhatikan pemimpin daerah setempat sebagai bentuk pelayanan terhadap masyarakatnya. Bagaimana keprofesionalan dalam membangun sangat diharapkan agar tidak ada ketimpangan di antara nagari- nagari di Padang Pariaman ini," kata dia, Kamis kemarin.
Caleg DPRD Padang Pariaman dari PKB di Dapil satu ini menyebutkan, begitu juga dengan jalan alternatif di Korong Balah Aie, Nagari Anduriang. Jalan yang menghubungkan Nagari Pasie Laweh, Kecamatan Lubuk Alung dengan Nagari Anduriang, Kecamatan 2x11 Kayutanam ini sejatinya juga sangat penting sebagai urat nadi perekonomian masyarakat. Sangat janggal rasanya jalan sepanjang tujuh kilometer ini baru teraspal separohnya. Dan dalam keadaan rusak parah pascaproyek galian C Sinar Motor Baidir di Korong Rimbo Kalam, Anduriang yang berakhir izinnya di awal tahun ini.
"Seandainya saja kedua jalan alternatif itu telah teraspal mulus sebelum bencana ini, tentu kita tak akan menjumpai kemacetan dengan sulitnya akses, arus lalin dari Bukittinggi menuju Padang bisa melewati korong Balah air, korong Rimbo kalam nagari Anduriang keluar di nagari pasie laweh, singguliang dan PLTA tapakih Lubuk alung, sebaliknya yang dari Padang menuju Bukittinggi bisa lewat di depan INS menuju korong padang mantuang dan keluar di SMA Kayutanam," ungkap Hardi Candra.
Katanya lagi, seandainya kedua jalan itu bagus dan teraspal dari kemarin-kemarin, atau seandainya sebagian dana pembangunan kabupaten ini diarahkan untuk membangun kedua jalan ini seperti gencarnya pembangunan jalan-jalan di "daerah asal" para pimpinan kabupaten ini. "Ah, sudahlah. Mungkin kita hanya bisa ber andai-andai. Ibaratnya, cakak habih silek takan, galagang usai taruhan tibo, dan mereka itu seperti lebih senang mengobati daripada mencegah, karena ada harga di setiap butir obat yang diberi.
"Namun kita tetap berharap, semoga ke depannya pemimpin daerah ini bisa lebih tepat guna dalam mengambil kebijakan pembangunan. Lebih mementingkan dan melayani masyarakatnya. Tentu dalam koridor hukum dan aturan yang berlaku, dan peran serta masyarakat dalam mengawal, memantau serta menginfokan sangat diharapkan demi tercapainya kinerja pimpinan yang amanah dan profesional," sebutnya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar