Sabtu, 06 Mei 2017

Padang Pariaman Studi Tiru Pariwisata ke Banyuwangi

Padang Pariaman Studi Tiru Pariwisata ke Banyuwangi

Banyuwangi--Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman sangat serius mengelola dan membangun pariwisatanya. Ini dibuktikan sejak beberapa waktu lalu dalam berbagai event kepariwisataan yang dilaksanakan di Padang Pariaman. Keseriusan itu dibuktikan juga dengan disusunnya Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) tahun 2016 lalu. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan Design Enggenering Detail (DED) dan Masterplan Kepariwisataan tahun 2017 ini.
    Belum cukup dengan itu, Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni memerintahkan Kepala? Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Diparpora) bersama OPD terkait untuk melakukan studi tiru ke Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
    Perintah Bupati tersebut selaras dengan rencana studi komparatif Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar ke tempat yang sama bersama beberapa Kepala OPD Provinsi Sumbar dan Kepala OPD seluruh kabupaten/kota di Sumbar yang membidangi urusan kepariwisataan.
    Jadilah rombongan studi tiru Pemkab Padang Pariaman bergabung dengan rombongan Studi Komparatif Strategi Percepatan Pembangunan Pariwisata tahun 2017 Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar menuju Banyuwangi, Rabu (04/05).
    Rombongan besar dari Sumbar yang dipimpin Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi Ir. Syafruddin berjumlah 37 orang, sementara dari Padang Pariaman sembilan orang yang dipimpin Asisten II Netty Warni. Ikut dalam rombongan Padang Pariaman adalah Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Jon Kenedi, Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu dan Perindustrian Hendra Aswara, Kabag Organisasi dan RB Teguh Widodo, Kabag Humas dan Protokol Andri Satria Masri, Kabid Pengembangan Pariwisata Wiwik Herawati, Kabid Pendapatan Tripita Olina BPKD, Kabid Ekonomi Bapelitbangda dan Kasi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Erizal.
    Di Kantor Bupati Banyuwangi bersamaan rombongan Kabupaten Pemalang berjumlah 160 orang sudah lebih dahulu hadir dipimpin langsung Sekretaris Daerahnya. Seluruh rombongan disambut oleh Asisten Administrasi Pemerintahan Banyuwangi Choirul Ustadi Yudawanto bersama sejumlah Kepala OPD.
    Berdasarkan informasi Choirul, Bupati Azwar Anas sedang dinas ke Aceh mengikuti Pernastani. Sementara Wabup menutup acara TMMND, sehingga dia bersama Kepala OPD menyambut rombongan tamu yang berjumlah total hampir 200 orang.
    Ketika menyampaikan maksud tujuan Pemprov Sumbar bersama memilih Kabupaten Banyuwangi sebagai lokasi studi komparatif, dijawab oleh Asisten II Syafruddin, bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi berhasil mengembangkan sektor kepariwisataan dan mendongrak perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya.
    "Dalam kurun waktu 5-6 tahun belakangan, Banyuwangi dinilai pemerintah pusat berhasil mengelola pariwisatanya bahkan berhasil meraih penghargaan Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola Pemerintahan di Bidang Pariwisata Terbaik Sedunia versi Badan Pariwisata PBB, UNWTO Award di Madrid tahun 2016 lalu," jelas Syafruddin diamini Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Oni Yulfian.
    Selain itu, lanjut Syafruddin, Banyuwangi berhasil keluar dari image buruk sebagai daerah yang dikenal daerah klenik dan praktek santet menjadi tujuan wisatawan? lokal dan internasional. Dari segi administrasi pemerintahan, Banyuwangi juga memperoleh nilai LAKIP dari C menjadi A.
    "Ini loncatan luar biasa bagi sebuah daerah," timpal Asisten II Padang Pariaman Netty Warni yang dibenarkan Kabag Organisasi Teguh. "Kita, dari CC ke B saja luar biasa sulitnya," kata Teguh sambil tercenung. "Sudah tepat kiranya kita mengunjungi dan meniru keberhasilan Banyuwangi untuk kita terapkan di Padang Pariaman nantinya," harap Jon Kenedi bersama Hendra Aswara.
    Dalam penjelasan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tentang pembangunan bidang kepariwisataan dimulai dengan membanding daerah yang dulunya dikenal sebagai daerah klenik, santet, tempat cari keris. Sebagai daerah paling ujung Jawa Timur, Banyuwangi hanya dikenal sebagai daerah penyeberangan ke Pulau Bali. Daerahnya panas, tidak nyaman, paling kotor di Pulau Jawa. Branding yang dipilih oleh Banyuwangi adalah The Sunrise of Java.
    Sejak awal Abdullah Azwar Anas menjabat sebagai Bupati, langsung melakukan konsolidasi luar biasa dengan seluruh aparaturnya. Aparatur yang tidak mau melakukan perubahan dibina, bagi yang tidak bisa dibina diganti dengan yang lain sehingga semangat perubahan terjadi di seluruh ASN.
    Dalam membangun pariwisata, Azwar Anas, jelas Choirul, membentuk Supertim, bukan Superman. Sehingga seluruh program dan permasalahan bisa terpecahkan dan terselesaikan dengan Supertim. "Kami tidak memakai event organizer lagi dalam mengerjakan sebuah kegiatan besar, namun saling bekerjasama dalam Supertim yang terdiri dari seluruh OPD," jelas mantan pegawai di Kabupaten Solok itu.
    Sebagai contoh, lebih jauh Choirul, pelaksanan Tour de Banyuwangi dikerjakan secara bersama tanpa memandang bahwa kegiatan tersebut kegiatan Dinas Pariwisata Olahraga. Alhasil, stigma Banyuwangi sebagai kota santet dan terasing kini perlahan-lahan mulai sirna. Kabupaten paling timur di Pulau Jawa itu kini tumbuh menjadi tujuan destinasi dunia.
    Adalah Abdullah Azwar Anas, sang Bupati yang selama empat tahun terakhir merubah wajah Banyuwangi. Banyuwangi kini dikenal sebagai kota festival. Puluhan festival digelar dalam setahun di Kabupaten Osing (suku asli Banyuwangi) itu. Tercatat 72 festival digelar tahun 2017 ini.
    Usai mendengarkan penjelasan rahasia sukses keberhasilan Banyuwangi membangun ekonomi dan kesejahteraan warganya melalui bidang kepariwisataan, Netty Warni bersama anggota bertekad menindaklanjuti hasil studi sepulang nantinya. "Dalam hitungan hari, akan kita tindaklanjuti dengan pertemuan seluruh stakeholder kemudian dirumuskan dalam aksi tindak lanjut membenahi kepariwisataan di Padang Pariaman," tutup Netty. (adv)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar