Senin, 08 Mei 2017

Dengan Kondisi Jalan yang Rusak Parah Jarak Tempuh Koto Buruak - Pasar Lubuk Alung Terasa Lama

Dengan Kondisi Jalan yang Rusak Parah
Jarak Tempuh Koto Buruak - Pasar Lubuk Alung Terasa Lama

Lubuk Alung--Jalan sepanjang lima kilometer di Balah Hilia Lubuk Alung berikut akses sekitarnya mengalami kondisi kerusakan yang amat parah. Apakah masih bisa dikatakan itu jalan? Penuh dengan lobang dan gundukan meninggi sepanjang jalan. Sulit di lalui oleh kendaraan berkatagori mobil keluarga (sedan/sejenis avanza), dan kendaraan lain kalau tidak ingin mengalami gesekan dengan batu tajam yang muncul dari keparahan kondisi jalan, maka sopir harus super hati-hati mengemudikan mobil.
    "Dalamnya lobang dan tingginya gundukan pada ruas jalan, rasanya pahit dan menyakitkan bagi masyarakat yang berlalu lintas di ruas jalan itu. Apalagi bagi mereka yang lagi hamil muda tentu akan sangat berisiko tinggi," kata Dr. Irwandi Sulin Datuak Gadang, salah seorang tokoh masyarakat Lubuk Alung pada Singgalang, kemarin. 
    Menurut dia, melintasi jalan itu sudah seperti melalui kolam ikan. Ruas jalan poros ekonomi masyarakat sepanjang itu boleh di bilang 50 persennya mengalami kerusakan yang amat parah. Tentu dengan sebab tambang galian C dan lalu lintas sudah over load.
    Kata mantan Rektor Unitas Padang ini, masyarakat dari empat nagari (Balah Hilia, Lubuk Alung, Sungai Abang, Singguliang) bisa menyatakan bahwa merdeka sudah dinikmati lebih dari 71 tahun, tidak lagi di jajah dan menikmati hasil kemerdekaan serta pembangunan, sekarang terasa menghilang. 
    Sebenarnya, lanjut Irwandi Sulin, jauh sebelum campur tangan pemerintah, telah lahir perbaikan sarana umum oleh masyarakat Koto Buruak. Masyarakat berjuang membangun jalan di era 1970 dari tepi Sungai Batang Anai menuju Singguliang. Adalah upaya niniak mamak, orang tuo untuk dapat memerdekakan anak kemanakannya dari ketertinggalan.
    "Jalan itu merupakan akses ke Singguliang, Pasie Laweh dan Balah Hilia," katanya.  Namun, tambahnya, waktu itu dinamika pembangunan, oragansi pengusaha dan beberapa tokoh masyarakat menjadikan nagari ini seperti tidak lagi bertuan dan bersemangat untuk menyatakan haknya, dalam  memerdekakan harkat diri terhadap hak penggunaan sarana umum yang jelas-jelas milik mereka, harus di bangun dari pajak. 
    Dia melihat, saat ini jalan keluar dari Koto Buruak menuju pasar Lubuk Alung sangat terasa jaraknya kembali menjauh. Bukan karena ukuran panjang jalan yang bertambah, tetapi oleh waktu tempuh yang semakin lama, karena tidak bisa menikmati perjalanan dengan kecepatan  sesuai speed normal kendaraan pada jalan lainnya. Ini sudah cukup lama. Hampir dua kali masa kekuasaan kepemimpinan kepala daerah, dan menjadi lebih parah dalam waktu dua atau tiga tahun ini, tanpa ada upaya menyeluruh untuk memperbaki ruas jalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar