Senin, 29 Mei 2017

Hasilkan Ekonomi Produktif Bank Sampah Lubuk Alung Berkarya Butuh Bapak Angkat

Hasilkan Ekonomi Produktif
Bank Sampah Lubuk Alung Berkarya Butuh Bapak Angkat

Lubuk Alung--Lubuk Alung Berkarya nama kelompok sosial kemasyarakatannya. Berdiri sejak 2014 lalu, hingga sekarang terus berkarya, mengolah dan menggelola sampah jadi hasil ekonomi yang cukup untuk menunjang usaha anggotanya. Kelompok yang terletak di Sungai Abang Lubuk Alung ini mengelola yang namanya usaha; Bank Sampah.
    "Secara keanggotaan, kami ada 25 orang, tersebar di seluruh kampung yang ada di Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman," kata Iswandi Azwar, Ketua Lubuk Alung Berkarya bersama Wakil Sekretarisnya, Asnawir Purnama.
    Sekarang, kata mereka, sampah yang dikumpulkan Bank Sampah Lubuk Alung Berkarya baru sebatas sampah yang diangkut oleh anggota. Hanya sebagian kecil yang diangkut oleh anak-anak, yang memang disuruh oleh kelompok untuk mencari dan mengumpulkan sampah.
    Menurut dia, sampah yang teronggok di Bank Sampah di Sungai Abang inilah yang dipilih dan dipilah oleh anggota untuk jadi nilai ekonomi. "Kami membuat sejumlah kerajinan berupa tas ukuran kecil dan besar. Tas jinjing ibu-ibu untuk ke pasar, sandal untuk keperluan tamu hotel, dan sejumlah kerajinan lainnya," kata Asnawir Purnama menambahkan.
    Asnawir menyebutkan, bahwa sampah basah yang tak bisa dijadikan alat kerajinan, maka dibuat untuk pupuk organik. "Pokoknya, sampah yang telah jadi milik Bank Sampah Lubuk Alung Berkarya, tak ada yang terbuang sia-sia. Semua ada gunanya, dan bisa dimanfaatkan dengan baik," ungkapnya.
    Secara organisatoris, kata Asnawir, Lubuk Alung Berkarya ini di-SK-kan oleh Walinagari Lubuk Alung, Harry Subrata sejak 2014 lalu. Saat itu, Sungai Abang belum berdiri sendiri, seperti yang terjadi saat ini. Kelompok ini hadir dan tumbuh atas kesadaran bersama seluruh anggota, mengingat Lubuk Alung nagari berkembang, menghasilkan banyak sampah setiap harinya.
    "Sangat kita sayangkan, sampah yang tiap hari menggunung terbuang begitu saja," kata Asnawir lagi. Sekarang, tambahnya, Bank Sampah yang ada baru sebatas personaliti alias perseorangan.
    Asnawir melihat, yang jadi kendala saat ini, tidak adanya modal usaha yang cukup untuk mengembangkan usaha kerajinan dari sampah ini. Semuanya berjalan atas inisiatis pengurus yang tidak pula punya modal yang kuat. Akibatnya, kalau lagi tak ada modal, jalan perusahaan Bank Sampah ini vakum pula.
    "Sebab, di antara pernak-pernik tas yang dibuat atau sandal hotel yang diproduksi harus memakai bahan yang harus dibeli di luar," ungkapnya.
    Bank Sampah Lubuk Alung Berkarya pernah menunda permintaan salah satu hotel berbitang di Kota Padang, akibat banyaknya pasokan yang dia inginkan. Sementara, pihaknya tak punya banyak modal untuk mendanai hal demikian untuk ukuran partai besar.
    Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) yang hadir di Lubuk Alung sebagai ganti dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) ikut mendampingi Bank Sampah Lubuk Alung Berkarya. Sebab, dalam visi misinya Kotaku, ingin pencapaian target 100-0-100, yang di dalamnya termasuk soal sampah.
    Menurut Kotaku, Bank Sampah amat penting agar sampah tidak terbuang percuma yang nantinya akan menimbulkan limbah dan penyakit di tengah masyarakat. "Keberadaan Bank Sampah diharapkan mampu menjadi sumber ekonomi yang produktif," sebutnya. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar