Senin, 10 April 2017

Pemutaran Film Budaya dan Sejarah Diharapkan Mampu Menggugah Pelajar Kepada Budaya Positif

Naskah Ulakan Perlu Museum

Ulakan--Naskah Ulakan merupakan penyebutan bagi koleksi puluhan kitab yang dikaitkan dengan Syekh Burhanuddin beserta para khalifahnya. Naskah-naskah tersebut saat ini disimpan dan dirawat secara pribadi oleh Tuanku Khalifah Heri Firmansyah, di Surau Pondok Ketek, Tanjung Medan, Nagari Sandi Ulakan. Meski begitu, seiring perkembangan waktu, dikhawatirkan koleksi tersebut akan rusak dan hilang bila tidak segera dilakukan tindakan preservasi dalam museum.
    Baiq Nila Ulfaini, Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman menyebutkan, Ulakan Tapakis merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Padang Pariaman. Wilayah ini identik dengan Syekh Burhanuddin, seorang ulama yang dikenal luas sebagai penyebar agama Islam di Sumatera Barat pada abad ke-17. Ada beberapa bangunan dan struktur yang (dianggap) merupakan peninggalan beliau di sini, seperti Surau Pondok Gadang, Surau Syekh Burhanuddin, Surau Pondok Ketek, serta Makam Syekh Burhanuddin. Di samping bangunan dan struktur, ternyata di dalam Surau Pondok Ketek, menyimpan puluhan koleksi naskah berharga dan bernilai tinggi.
    "Terhitung ada sekitar 40 Naskah yang sudah diinventaris," kata dia. Menurut buku panduan koleksi pusaka Syech Burhanuddin yang ditulis Ahmad Taufik Hidayat, 2014 lalu, saat tim dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman dan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat datang ke lokasi Surau Pondok Ketek, Tuanku Khalifah Heri Firmansyah, yang merupakan ahli waris naskah menunjukkan beberapa buah kitab yang antara lain membahas tentang Tauhid, Fiqih, Tasawuf, Al-Qur’an per juz serta ilmu Hikmah dan Taqwim," ungkapnya.
    Meski ada beberapa naskah yang masih memiliki kondisi baik, namun sebagian besar naskah ada yang sudah tidak lengkap, tidak memilki sampul, serta terdapat lubang pada sebagian besar teks naskah, dan ada pula yang sudah dimakan rayap. "Kondisi tersebut bisa diakibatkan oleh tempat penyimpanan maupun suhu udara yang tidak sesuai, dan bila dibiarkan tanpa tindakan preventif akan menyebabkan musnahnya naskah-naskah yang berharga tersebut," ujarnya.
    Melihat kondisi tersebut, kata Nila, munculah saran dari pihak BPCB Sumatera Barat untuk menjadikan bangunan yang ada di belakang Surau Pondok Ketek, sebagai museum sementara penyimpanan koleksi naskah Ulakan tersebut. Pihak pemerintah daerah, melalui Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan langsung merespon dengan rencana penyediaan bantuan Vitrine (lemari pajang koleksi) naskah serta peralatan pendukung lain, demi terjaganya kondisi suhu ruangan.
    "Semoga rencana ini dalam waktu dekat akan terealisir, sehingga naskah yang bernilai tinggi dapat dilindungi, dikembangkan, dimanfaatkan serta mampu dikomunikasikan kepada masyarakat sesuai dengan amanat yang ada dalam Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2015 tentang Museum," ungkapnya. (501)
------------------------------------------------

Pemutaran Film Budaya dan Sejarah Diharapkan Mampu Menggugah Pelajar Kepada Budaya Positif


Lubuk Alung--Pagi menjelang siang, Sabtu lalu hujan masih turun. Meskipun tak begitu lebat, lantai sekolah SMP N 1 Kecamatan Lubuk Alung tampak sedikit kumuh akibat injakan banyak orang yang lalu-lalang. Aktivitas semakin padat menjelang siang itu, lantaran ada pemutaran film bernuansa sejarah dan budaya oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
    Ketika tim BPNB siap memasang peralatan "bioskopnya" di salah satu lokal yang ada di sekolah SMP tertua di Lubuk Alung itu, bunyi pengeras suara pun bergema. Kepala sekolah mengintruksikan anak didiknya yang kelas dua dan tiga untuk masuk lokal, menyaksikan film demikian.
    Dalam hitungan detik, para pelajar laki-laki dan perempuan bergeduru menuju lokal tersebut. Semua berpakaian seragam pramuka. Semuanya duduk di kursi dan lantai, dan hening. Yang ada hanya suara pengeras suara yang dilatunkan oleh yang bermain dalam film demikian.
    "Ini kerjasama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman dengan BPNB Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Padang yang ditempatkan di SMP N 1 Lubuk Alung," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman, Rahmang bersama Kabid Kebuyaan, Khairil Anwar, Kasi Sejarah dan Tradisi, Ade Ferizon, Kepala SMP N 1 Lubuk Alung, Hj. Yarlis Mairoza.
    Dengan adanya pemutaran film ini, kata Khairil Anwar, kecintaan anak-anak terhadap negara dan budaya akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengenalan ini amat penting, mengingat banyaknya budaya asing dan luar yang diserap oleh anak-anak melalui media televisi saat ini.
    Khairil Anwar menyapaikan terima kasihnya kepada keluarga besar SMP N 1 Lubuk Alung yang telah bersedia melakukan kerjasama ini. "Pemutaran film ini tentu bagian dari pembelajaran bagi anak-anak yang saat ini sedang tumbuh dalam masa pencarian jati dirinya," kata dia.
    Kepala SMP N 1 Lubuk Alung, Yarlis Mairoza berharap, hasil pemutaran film ini mampu menggugah anak-anak kepada budaya yang positif. Terlebih lagi budaya urang awak, yang hadir dan lahir dari kultur Minangkabau itu sendiri. "Ini momen yang tepat untuk memberikan penguatan nilai-nilai budaya di kalangan pelajar itu sendiri," kata dia.
    Yarlis Mairoza merasakan respon anak didiknya cukup bagus dan terkesan puas dengan tontonan demikian. "Alhamdulillah, sekolah yang punya sejarah di Lubuk Alung ini telah banyak melahirkan alumni dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi di tengah masyarakat," ungkapnya. (501)
----------------------------------------------------------------------

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar