Selasa, 07 Januari 2020

Mengajar Tugas Mulia, Guru Hebat Karena Banyak Murid

Lubuk Pandan--Jumadil Akhir agaknya bulan yang punya sejarah tersendiri oleh Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan. Bulan itulah kepergian sang pemimpin besar yang sekaligus pendiri dan pemilik pesantren yang terletak di Korong Kampuang Guci tersebut. Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah yang dipopulerkan oleh santrinya dengan sapaan Buya, lahir 1908 M dan wafat 1996 M di bulan Jumadil Akhir, bertepatan 2 November 1996.
Pesantren ini mempopulerkan peringatan HAUL-nya setiap bulan Jumadil Akhir. Jumadil Akhir 1441 H depan, tepat 23 tahun ulama itu berpulang. Sebagai ulama hebat yang jadi panutan oleh banyak orang, Buya dikenal punya banyak jargon dan kisah. Tak heran, dalam mengajar selalu ada jargon menarik yang terlontar dari mulutnya. Begitu pula kisah ulama dan orang hebat, banyak dia keluarkan saat mengaji dengan santrinya.
Menghabiskan masa hidupnya dengan belajar dan mengajar, membuat Buya senang ketika ada permintaan dari masyarakat terhadap santrinya untuk mengajar di surau dan pesantren. "Guru itu malinnya dek anak sasian," kata dia suatu ketika. Artinya, santri itu akan bertambah kepandaiannya, semangkin tinggi ilmunya bila selalu mengajar.
Semasa Buya hidup, bila ada orang yang meminta santri Madrasatul 'Ulum untuk mengajar, langsung beliau yang pergi mengantarkan. Baginya, tugas mengajar adalah pekerjaan mulia. Hanya hitungan hari Buya tidak mengajar, lantaran dirawat di rumah sakit yang sampai berakhir hidupnya. Dengan ini pula agaknya para lulusan pesantren ini mahir mengajar, pandai membaca kitab kuning yang menjadi ciri khas pesantren.
Jejak Buya yang senang mengajar itulah yang kini diikuti oleh sebagian santrinya. Sebutlah H. Ja'far Tuanku Imam yang kini mengajar dan mengasuh Ponpes Darul 'Ulum Padang Magek, Kabupaten Tanah Datar. Begitu juga H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa yang menghabiskan waktu mengajarnya sejak 1991 di Ponpes Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman.
Jauh sebelum itu, Marulis Tuanku Mudo juga dianggap alumni yang mendirikan cabang Madrasatul "Ulum di Koto Buruak Lubuk Alung. Tapi sayang, pesantren ini karena sesuatu lain hal tidak lagi ada, dan kembali beralih fungsi sebagai Surau Talang, surau di tengah korong dalam nagari yang terkenal dengan panasnya itu.
Khusus Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua, barangkali sepenuhnya mengadopsi induknya, Lubuk Pandan. Makanya, setiap kali melakukan acara tamat kaji atau pengangkatan tuanku, selalu dihadiri Buya Lubuk Pandan. Meskipun Surau Pekuburan, nama lain Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua, dulunya juga dikenal tempat mencetak kader ulama, dengan kemasyhuran seorang ulama Tuanku Bagindo Lubuak Pua. Nama besar Lubuak Pua ini kembali digemakan lewat tangan dingin H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi, yang kini Khalifah Tuanku Bagindo bersama Zainuddin Tuanku Bagindo Basa.
Ahmad Yusuf yang alumni Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan tahun 1980 itu adalah putra asli Lubuak Pua. Adalah sebuah prestasi yang amat luar biasa, seorang ulama yang bisa maju dan berkembang di tanah kelahirannya sendiri. Kalau ada ratusan alumni pesantren, barangkali Ahmad Yusuf seorang yang bisa maju dan mengembangkan pesantren di kampungnya sendiri.
"Mendirikan dan melanjutkan pesantren di kampung ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan," kata Ahmad Yusuf suatu ketika. Banyak rintangan dan tantangan yang dihadapi dengan lapang dada oleh Ahmad Yusuf. Dulu, katanya, untuk memakai pengeras suara saja dalam surau saat azan ditentang oleh masyarakat banyak. Apalagi pakai pengeras suara saat latihan pidato para santri.
Berkali-kali Ahmad Yusuf mendatangi sertiap indipidu, tokoh masyarakat, meminta pendapatnya untuk memajukan pesantren yang dimulainya sejak 1991 M itu. "Hari ini, usulan kita diterimanya, besok langsung berubah. Tetapi saya tak pernah putus asa. Saya datangi terus ke lapau-lapau dan ke rumahnya masing-masing. Lain di hadapan kita, lain pula di belakang kita. Itulah bagian suka duka yang saya hadapi dalam membangun pesantren ini," ujarnya.
Satu hal yang dipegang Ahmad Yusuf bersama Zainuddin, yakni tahan akan cobaan. Dan saat ini, barangkali ujian terbesar dalam pengembangan Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua telah dilaluinya dengan segala dinamika. Santri kian bertambah. Nama Lubuak Pua semakin dikenal banyak orang. Tempat yang dulunya angker, ditakuti setiap orang yang menjadikan lokasi itu tempat mandi pagi dan petang karena terletak di pinggir Sungai Batang Mangoi, kini sudah jadi tujuan. Dari berbagai daerah di Sumbar para santri berdatangan. Lubuk Pandan tak pernah sepi dari pelaksanaan shalat jamaah, begitu juga Lubuak Pua. Setiap waktu shalat masuk, suara azan selalu menyebar ke tengah masyarakat sekelilingnya dari sambungan pengeras suara.
Tangan dingin Ahmad Yusuf dan Zainuddin membawa keberkahan tersendiri. Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua berkembang dengan pesatnya. Perkembangan zaman, pesantren itu pun telah memiliki badan hukum tersendiri; Yayasan Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum namanya. 2019 atas bantuan Kemnaker RI bediri sebuah gedung Workshop Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas. Kemudian hadir pula bantuan dari Kementerian Kesehatan RI, pengadaan dapur sehat dan 10 unit stafel. Bantuan Kementerian Kesehatan RI ini berlanjut, dengan adanya pembentukan Kader Kesehatan Pesantren (K2P) Madrasatul 'Ulum.
K2P diharapkan mampu mengorganisir para santri untuk bisa menerapkan hidup bersih dan sehat di lingkungan pesantren. "Bantuan ini tentunya penunjang kemajuan santri. Melahirkan santri mandiri bila tidak lagi menjadi santri. Tentunya, dengan tidak menghilangkan asal pengajiannya. Otak boleh maju, tetapi iman dan aqidah tak boleh lari dari yang sudah diajarkan," sebut Ahmad Yusuf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar