Tigo Jurai, Kampung yang Terlupakan
Shalat Tarwih di Surau yang Tidak Punya Dinding
VII Koto--Tidak seperti Ramadhan tahun lalu. Kini, terpaksa bangunan surau yang telah roboh dindingnya itu harus di lingkari dengan trafal, sehingga bisa nyaman untuk melakukan Shalat Tarwih didalamnya. Kalau tidak dipagari dengan plastik, maka dengan mudahnya binatang, seperti anjing dan lain sebagainya masuk kedalam surau. Itulah gambaran yang dialami masyarakat Koto Runciang, Dusun Tigo Jurai, Korong Guguak, Kenagarian Lurah Ampalu, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman. Memang, surau yang dibangun dengan swadaya masyarakat sejak lima tahun yang silam itu masih berdiri kokoh, lantaran tonggak yang delapan ditambah dengan satu tonggak macu masih kuat untuk menahan atapnya, namun tidak lagi punya dinding. Semua dindingnya dihancurkan oleh gempa akhir September tahun lalu.
Nazaruddin, salah seorang pemuka masyarakat setempat ketika ditemui Kamis kemarin merasa sedih melihat kondisi surau kaumnya yang seperti demikian. "Kini mungkin tidak bisa lagi para pemuda dan orangtua yang telah marando, tidur dibangunan surau tersebut. Dan lagi, masyarakat yang datang untuk Shalat Tarwih, mungkin juga berkurang, lantaran masyarakat, terutama yang masih tinggal dipondok darurat terpaksa harus menunggui rumahnya," katanya.
Dulu, sebelum kampung ini dihoyak gampo, pada umumnya masyarakat yang tua-tua, mulai sore hari itu telah berkumpul di surau. Mereka berbuka dan makan sahur di surau. Baginya surau disamping untuk melakukan ibadah rutin setiap hari, juga berfungsi sebagai tempat tidur. "Masyarakat merasa senang tidur disurau, ketimbang dirumahnya sendiri. Sebab, kalau tidur disurau, jelas ibadah lima waktu dalam sehari semalam merasa teratur dan berjamaah. Sementara, kalau tidur dirumah, kadang-kadang sering bolong dalam melalukan kewajiban kepada Allah Swt, lantaran banyaknya urusan yang harus diselesaikan dirumah tersebut," ujar Nazaruddin.
Menurut Nazaruddin, dari tiga surau kaum yang ada di Dusun Tigo Jurai, Korong Guguak itu, semuanya mengalami rusak berat. Pascagempa akhir September tahun lalu, nyaris tidak adalagi kegiatan keagamaan, seperti wirid, anak-anak mengaji dan kegiatan lainnya di tiga surau tersebut. Seperti surau Koto Runciang, lebih parah dari surau yang dua lagi, yakni Surau Toboh Binu Hilia dan Surau Toboh Binu Tangah. Namun, lantaran dua surau yang di Toboh Binu itu milik satu kaum, maka dibuatlah satu unit bangunan surau, dengan semi permanen. Sebab, sangat tidak mungkin surau rusak berat itu dibiarkan berlama-lama. Di surau bangunan baru, yang berukuran kecil itulah seluruh masyarakat melakukan Shalat Tarwih secara berjamaah.
Nazaruudin melihat beginilah susahnya tinggal disebuah kampung yang tersuruk, jauh dari jangkauan banyak orang. Memang, Dusun Tigo Jurai adalah sebuah kampung yang amat sangat tetinggal, bila dibandingkan dengan kampung lainnya, yang ada di Kenagarian Lurah Ampalu tersebut. Untuk menuju kampung itu, harus lewat Padang Sago, atau lewat Santok, Kota Pariaman. Kampung itu jarang dikunjungi pejabat. Ketika gempa melanda Sumatra Barat tahun lalu, kampung Tigo Jurai habis-habisan. Baik rumah masyarakat, maupun fasilitas umum seperti surau dan sekolah SD yang ada di kampung itu.
Hingga kini, lanjut Nazaruddin, telah berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan yang namanya bantuan pembangunan kembali bangunan surau tersebut, termasuk mengajukan proposal ke Pemkab Padang Pariaman, namun belum satupun yang berhasil. Artinya, banyak orang belum begitu tahu dan mengenal tentang kampung Tigo Jurai ini. Dan lagi, untuk sampai kekampung itu lumayan susahnya. Masih banyak jalan tanah, yang kalau musim hujan menyebabkan kampung itu tidak bisa dilewati kendaraan. (dam)
Walau Rusak Berat, Masjid Raya Tadikek Tetap Dipakai Untuk Tarwih
Tandikek--Masjid Raya Tandikek atau Surau Gadag Mudiak Padang, yang dibangun pada 1718 M merupakan satu dari sekian bangunan kuno yang ada di Kenagarian Tandikek, Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman. Masjid itu punya nilai sejarah yang tinggi. Dibangun, jauh sebelum negara ini bernama Indonesia. Banyak tinta emas yang telah ditorehkan di masjid tersebut. Dihalaman samping masjid itu terdapat pandam pakuburan. Kabarnya, banyak para ulama terdahulu yang sengaja dikuburkan dalam komplek masjid yang jadi kebanggaan rang Tandikek itu.
Dalam sejarahnya, masjid tersebut telah mengalami beberapa kali perombakan. Bangunan awal masjid itu dengan menggunakan atap ijuk. Setiap hari aktivitas masjid berjalan dengan dinamikanya. Begitu juga saat musim Tarwih di bulan Ramadhan ini, juga menjadi tujuan oleh masyarakat setempat, terutama masyarakat Korong Pulau Aie, tempat masjid itu berada, selalu menggunakan masjid sebagai tempat melakukan ibadah Shalat Tarwih selama Ramadhan. Kini, dengan kondisi masjid yang mengalami rusak berat, masyarakat tetap saja menggunakan masjid itu untuk menyemarakkan suasana bulan yang penuh berkah ini.
Walikorong Pulau Aie, Kenagarian Tandikek, Rivai Marlaut menyebutkan, bahwa Masjid Raya Tandikek tersebut, merupakan masjid tertua yang punya banyak cerita penuh makna dulunya. Untuk itu, masyarakat tetap saja menggunakan masjid yang dalam kondisi rusak berat seperti kondisi saat ini, untuk beribadah selama Ramadhan. "Apalagi sebanyak 24 surau milik kaum di Pulau Aie ini, kondisinya tidak layak huni, alias rusak berat dan hancur. Ada satu surau yang telah dibangun kembali oleh perantau urang awak di Kalimatan Barat, tapi surau itu tidak sebesar surau dulunya. Hanya sanggup menampung jamaah puluhan saja," katanya Kamis kemarin.
Menurutnya, hingga kini masjid tua itu belum tersentuh bantuan dari berbagai pihak. Padahal, pascagempa kampung itu sangat ramai dikunjungi masyarakat yang datang dari berbagai pelosok nagari di Sumatra Barat, yang ingin melihat langsung kondisi kampung yang terkena longsor. Sebab, lokasi kampung itu bersentuhan langsung dengan longsor, yang telah menenggelamkan kampung Cumanak. Hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari masjid tua tersebut.
Memang, lanjut Rivai Marlaut, soal pelaksanaan Shalat Tarwih pada Ramadhan tahun ini menjadi sedikit terkendala. Masyarakat yang datang ke surau dan masjid tidak lagi seramai Ramadhan tahun lalu. Sebab, banyak faktor yang menyebabkan kenapa masyarakat tidak lagi gemar ke surau. "Rumah mereka yang hancur, yang kini berganti dengan rumah darurat, tentu sangat berisiko kalau ditinggalkan dimalam hari. Jadi, dari pada sia-sia masyarakat banyak memilih melaksanakan ibadah puasa dirumahnya saja, ketimbang pergi kesurau," ujar Rivai Marlaut.
"Suara azan yang Ramadhan tahun lalu saling sahut-menyahut, kini telah jauh berkurang. Sebab, disamping masjid dan surau yang tidak lagi dipakai, juga surau yang ada telah rusak akibat gempa, sehingga semua peralatan listrik banyak pula yang mengalami kerusakan. Dan lagi, dengan kondisi yang seperti ini, masyarakat tidak lagi berani untuk meninggalkan rumahnya dalam keadaan darurat tersebut," ujarnya. (dam)
Tim Penggerak PKK Pariaman Salurkan Bantuan UP2K
Pariaman--Guna meningkatkan pendapatan usaha keluarga di sejumlah desa dalam Kota Pariaman, Tim Penggerak PKK setempat, Kamis kemarin menyalurkan bantuan untuk Desa Jati Mudiak, Kecamatan Pariaman Tengah dan Desa Batang Tajongkek, Kecamatan Pariaman Selatan. Bantuan sebanyak Rp2 juta setiap desa itu merupakan bantuan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Provinsi Sumatra Barat, lewat Tim Penggerak PKK Kota Pariaman.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Pariaman, Ny. Hj. Reni Mukhlis dalam siaran persnya yang disampaikan Kasubag Kemitraan Humas Setdako, Batrizal melihat bantuan ini diberikan kepada keluarga yang mempunyai usaha kecil dan berjualan setiap harinya, dengan tidak putus-putusnya. Artinya, bantuan ini betul-betul diberikan kepada masyarakat yang sedang berjualan. "Kita berharap, bantuan yang diberikan ini mampu memberikan yang terbaik, buat kelangsungan usahanya, dan harus pula digulirkan kepada pedagang lainnya, dalam meringankan bebannya," katanya.
"Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) ini tetap dipantau oleh BPM Sumbar itu sendiri. Untuk itu, lakukanlah yang terbaik terhadap bantuan tersebut. Jangan anggap bantuan ini sebagai bantuan lepas, tetapi bantuan yang sengaja diberikan dalam bentuk bergulir. Artinya, untuk pengembangan dana bantuan tersebut sepenuhnya menjadi tanggungjawab PKK desa yang bersangkutan. Desa berhak untuk menggulirkan bantuan tersebut, yang selanjutnya terserah model pengembangannya, yang penting masyarakat yang diberikan tetap dibebani dengan bayaran secara bergulir," kata Reni Mukhlis.
Menurut Reni Mukhlis, sejak dua tahun terakhir, Tim Penggerak PKK Kota Pariaman telah memberikan bantuan sebanyak Rp1 juta kepada PKK yang ada di desa. "Bantuan UP2K ini tetap berkelanjutan. Bahkan, ada perlombaan dalam masalah program ini nantinya ditingkat provinsi. Untuk itu, peliharalah bantuan ini dengan baik, sehingga mampu menghasilkan nama baik terhadap pengembangan desa itu kedepannya," ujar Reni Mukhlis. (dam)
-------------------------------------------------------------------------------------
Pertama Puasa, wako Mukhlis Rahman lakukan Sidak
Pariaman, Singgalang
Satu hari pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan tahun ini, Rabu (11/8) lalu Walikota Pariaman, H. Mukhlis Rahman langsung melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke Dinas Kelautan dan Perikanan, di Jati Pariaman dan Dinas Pertanian yang terletak di Desa Cubadak Mentawai, Kecamatan Pariaman Timur. Dari hasil kunjungannya tersebut, banyak juga para pegawai dilingkungan SKPD itu yang datang terlambat, dan bahkan yang tidak datang sama sekali.
Dalam siaran persnya yang disampaikan Kasubag Kemitraan Humas Setdako, Batrizal, Wako Mukhlis minta pada pegawai, untuk tidak menjadikan puasa sebagai alasan untuk datang terlambat. Disamping itu, terhadap Dinas Kelautan dan Perikanan, Wako Mukhlis mempertanyakan soal pembibitan ikan yang ada di Balai Benih Ikan (BBI) yang dikembangkan selama ini. Sebab, hingga saat ini belum ada laporan secara transparan terhadap hal itu, sehingga masyarakat banyak yang mempertanyakan hal itu.
Kepada pegawai dilingkungan kantor tersebut, Wako Mukhlis juga mempertanyakan berapa lama seorang pimpinan bekerja dikantor tersebut. "Pertanyaan itu langsung dilontarkan kepada staf yang hadir pagi itu, mengingat banyaknya seorang Kepala SKPD yang datang dan pulang dengan seenaknya. Para staf juga berhak untuk mengawal pimpinannya selama jam kantor," kata Wako Mukhlis.
Di Dinas Pertanian, Wako menemukan adanya kegiatan pegawai dan staf dinas itu yang tengah mengerjakan sebuah bangunan untuk koleksi tanaman yang ada. "Membuat sesuatu itu jangan asal-asalan. Perlu inovasi kegiatan yang berkelanjutan. Memang, bangunan ini sangat bermanfaat untuk menyimpan jenis tanaman. Tetapi kalau hanya sekedar memulai, dan tidak ada kelanjutannya, maka hasilnya akan sia-sia belaka," ujar Wako Mukhlis.
Menurut Wako Mukhlis, penyimpanan tanaman itu akan lebih bagus bila dilakukan di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) yang telah disebarkan di sejumlah tempat dalam kota ini. "Artinya, apa yang telah dibuat dulunya bisa dipungsikan kembali sebagaimana mestinya. Pembangunan ini jelas akan menghabiskan anggaran. Sementara, BPP milik Dinas Pertanian masih bisa dipakai dan digunakan untuk penyimpanan jenis tanaman itu. Alangkah baiknya hal itu dilakukan dan disimpan di BPP tersebut," ungkap Wako Mukhlis. (dam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar