Kamis, 23 Juni 2016

Persoalan yang Menyudutkan Profesi Wartawan Harus Ditindak-lanjuti

Persoalan yang Menyudutkan Profesi Wartawan Harus Ditindak-lanjuti

Pariaman--Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Padang Pariaman menyesalkan komentar yang ditulis Budayawan Musra Dahrizal atau yang kerap disapa Mak Katik, pada salah satu akun media sosial, Facebook.
    Ketua PWI Padang Pariaman, Ikhlas Bakri, Jumat, mengatakan komentar Mak Katik dinilai telah menyakiti hati para insan pers yang bertugas di Sumbar. "Kami sangat menyayangkan, menyesali dan mempertanyakan ucapan tersebut, sebagai sosok yang sudah dikenal cukup luas di dunia pendidikan dan budaya alam Minangkabau rasanya sangat tidak pantas beliau berkata seperti itu," kata dia.
    Ia mengatakan, sebagai sosok yang memahami kebudayaan alam Minangkabau, Mak Katik tentunya memahami secara jelas tutur bahasa dan kesopanan masyarakat di daerah ini. "Masyarakat Minangkabau dari dulunya dikenal sebagai salah satu suku bangsa yang memiliki kebaikan tutur bahasa yang sopan dan santun, sehingga kita sangat kecewa dan butuh kejelasan yang mendalam dari ucapan tersebut,agar tidak ada pihak yang dirugikan," jelasnya.
    Selain itu, Ikhlas menilai jika persoalan itu tidak diacuhkan, marwah wartawan di Indonesia khususnya di Sumbar bisa disepelekan oleh orang-orang yang tidak memahami dan mengerti dengan profesi dunia jurnalis. "Sebagai wartawan yang bertugas mengumpulkan, mengolah, dan menyampaikan sebuah informasi menjadi sebuah berita kepada masyarakat, profesi jurnalis memiliki marwah yang besar karena memiliki pedoman, kode etik sekaligus undang-undang yang mengawalnya dalam setiap perjalananya," jelasnya.
    Terkait telah munculnya permintaan maaf dari akun Facebook Musra Dahrizal, Iklas pun menyambut baik, meskipun demikian persoalan yang dinilai menyudutkan profesi wartawan tetap harus ditindak-lanjuti. "Permintaan maafnya kami sambut secara baik, namun bukan berarti persoalan dapat selesai begitu saja. Perlu klarifikasi dari komentar tersebut," tegasnya.
    Lebih jauh, katanya, Musra Dahrizal sangat keliru memahami profesi insan jurnalis. Wartawan bukanlah sebuah pelarian profesi. Melaikan sebuah pilihan besar yang diambil oleh setiap orang, karena tidak semua orang dianggap mampu menyandang profesi terhormat demikian.
    "Terlalu naif rasanya jika ada yang berkomentar seperti itu. Mungkin beliau tidak memahami hal apa saja yang harus dilalui oleh seseorang jika ingin berprofesi sebagai jurnalis. Belum lagi dengan Ujian Kompetensi Wartawan," tambahnya.
    Ia berharap, ke depan tidak ada lagi publik figur, tokoh dan siapa saja yang berkomentar untuk menyudutkan sebuah profesi atau pekerjaan seseorang. Ditambah lagi sosok Musra Dahrizal belum tentu akan dikenal luas seperti saat ini kalau bukan tanpa bantuan media dan insan pers.
    Meskipun demikian, Ikhlas tetap tidak menapik bahwa sampai saat ini masih saja ada oknum wartawan yang menyalahgunakan profesinya untuk kepentingan pribadi, namun tidak semua wartawan seperti itu. (501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar