Minggu, 19 Juni 2016

NU Tidak Menggunakan Kekerasan

Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj
NU Tidak Menggunakan Kekerasan dan Anti Terhadap Kekerasan

    Pembukaan Konferwil XI PWNU Sumatera Barat Rabu (28/7) di Asrama Haji, Tabing Padang cukup punya arti tersendiri bagi warga nahdliyin di ranah Minang itu sendiri. Betapa tidak, kehadiran ulama NU bersama jamaahnya, yang diperkirakan mencapai 500 an itu membuat suasana asrama haji semakin sesak dari lautan masyarakat, yang ingin melihat dan mendengarkan langsung wejangan yang disampaikan langsung Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj. Tak ketinggal sejumlah pejabat terkait, baik dilingkunga Pemrov, Pemko Kota Padang dan pejabat dilingkungan Kemenag Sumbar, Wakil Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah, Kepala Kemenag Sumbar, H. Darwas, serta sejumlah ulama pimpinan pondok pesantren juga tampak hadir.
    Menurut Ketua panitia Konferwil, H. Zainal, MS, Konferwil merupakan konstutisi organisasi lima tahun sekali. Selama dua hari, kegiatan Konferwil juga melakukan evaluasi terhadap kinerja kepengurusan lima tahun lalu, membuat program kerja kedepan, laporan dari seluruh peserta Pengurus Cabang (PC NU) yang ada di Sumbar.
    "Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik moril maupun materil, sehingga Konferensi ini bisa sukses dengan baik. Kita tahu, tanpa partisipasi semua itu, hajatan tertinggi dalam oeganisasi tingkat wilayah ini, tidak akan terlaksana dengan baik. Termasuk juga dukungan dari seluruh Badan Otonom (Banom) yang ada dilingkungan PWNU itu sendiri," kata Zaial.
    Febri Erizon, yang mewakili Gubernur Sumbar melihat keberadaan NU di ranah Minang ini cukup memberi arti tersendiri, dalam melakukan pengabdiannya untuk masyarakat. "Banyak hal yang telah dilakukan NU sumbar, bersama keluarga besarnya dalam memaknai kehidupan beragama, yang sesuai dengan tatanan nilai-nilai adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah," katanya.
    Menurutnya, NU kedepan harus mampu lagi menjadi yang terdepan, dalam berbagai hal dinamika sosial keagamaan serta sosial kemasyarakat di Sumbar ini. "Kita tahu, betapa masyarakat sangat mengharapkan sentuhan nilai-nilai agama yang menyejukkan," ujarnya.
    Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siraj melihat kontribusi NU terhadap infrastruktur republik ini cukup besar. "Pola dakwak yang dilakukan NU, sesuai dengan lambangnya sembilan bintang, yakni mengacu kepada nilai-nilai dakwah yang telah dikembangkan oleh walisongo dulunya. Para wali tersebut, sangat menjunjung tinggi tradisi yang pernah ada dan berkembang dilingkungan tempat wali itu mengabdikan dirinya, dalam mengembangkan dakwahnya," kata Kang Said, panggilan akrab Said Aqil Siraj.
    "NU beserta seluruh perangkatnya, tidak boleh melakukan kekerasan dalam mengembangkan dakwahnya. Hanya negaralah yang berhak melakukan hal demikian. Negara punya sumber kekuatan, seperti polisi, tentara dan lain sebagainya dalam melakukan kekerasan terhadap penegakan aturan yang berlaku di negara ini. Sementara, masyarakat dan kelompok masyarakat sama sekali tidak berhak menggunakan kekerasan dalam memaksakan kehendaknya dan keyakinannya," ujarnya.
    Negara yang kaya adat, tradisi, suku dan budaya ini merupakan sumber kekuatan dalam mengembangkan nilai-nilai yang dibawa oleh NU itu sendiri. Para pendiri paham Ahlussunnah wal jamaah, yang menjadi pegangan oleh NU dalam berkeyakinan, adalah ulama yang mumpuni. Banyak meninggalkan karya nyata, yang hingga kini tetap langgeng dan dinikmati oleh dunia pondokn pesantren, yang menjadi basis NU itu sendiri. Pokoknya, sungguh besar nilai-nilai yang telah disebarkan oleh para pendahulu, termasuk ulama yang mendirikan NU itu sendiri pada tahun 1926 lalu," katanya. (damanhuri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar