Rabu, 22 Juni 2016

Pengusaha Rumah Makan Padang Jabodetabeg Bersatu

Masyarakat Sungai Pua Tanjuang Mutuih Buka Ikan Larangan

Padang Sago--Masyarakat Korong Sungai Pua Tanjuang Mutuih, Nagari Koto Dalam, Kecamatan Padang Sago, Padang Pariaman baralek gadang. Ikan yang dikembangkan dalam sungai yang mengalir di kampung itu, awal Juli nanti dibuka. Untuk tahun ini ada tiga lokasi tempat pembokaran ikan larangan itu.
    Sungai Lawu dilakukan tanggal 1-2 Juli, Jembatan Surau Gonjong pada 8-9 Juli dan Patamuan Anak Aie Simuo dan Kampuang Sikumbang pada 15-16 Juli. "Panitia mengundang para pecandu mancing dari berbagai nagari dan daerah lainnya untuk bisa berpartisipasi dalam hal itu. Untuk satu paket, yakni dua hari itu panitia menjual inset Rp40 ribu untuk satu pancing," kata Ketua panitianya, Alfa Edison kepada Singgalang, Kamis (28/6).
    Menurut dia, ikan yang selalu dibuat larangannya pada sungai Batang Piaman itu merupakan aset nagari. Artinya, kegiatan seperti ini salah satu jalan untuk membangun nagari. Untuk itulah uang hasil pembokaran ikan larangan dimaksud digunakan untuk pembangunan sarana umum yang ada di nagari ini.
    "Kita berharap, momen ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak, terutama para pecandu mancing. Kemudian ajang ini juga sekalian membangun tradisi silaturrahim antar masyarakat yang ikut dalam acara itu. Kita ingin, pembangunan fasilitas umum, seperti masjid dan surau, balai pemuda yang masih terbengkalai, bisa diselesaikan dengan uang hasil membuka ikan larangan demikian," harap mantan Walinagari Koto Dalam ini.
    Ia melihat, acara rutin yang dilakukan setiap tahunnya itu cukup memberi arti penting dalam meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Sungai Pua Tanjuang Mutuih itu sendiri. Dan upaya untuk mengembangkan potensi sungai ini juga telah lama dilakukan oleh masyarakat. (525)


Membangun Konektivitas Kampung dan Rantau Lewat Produk Unggulan Kelapa

Jakarta,--Upaya pemerintah untuk membangun kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal terus digenjot. Selama dua hari, Senin-Rabu (25-27/6) Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT RI), lewat Asisten Deputi Urusan Investasi pada Deputi Bidang Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha menggelar temu bisnis, potensi pengembangan dan pemasaran hasil kelapa, konektivitas kampung dan rantau, di Hotel Redtop, Pecenongan, Jakarta.
    Kegiatan yang bekerjasama dengan LSM Kornas Anti Kemiskinan itu diikuti peserta dari Kabupaten Padang Pariaman dan Pesisir Selatan, sebagai daerah tertinggal di Sumatra Barat serta sejumlah pengusaha rumah makan urang awak yang ada di Jabodetabek.
    Staf Ahli KPDT Bidang Iptek, Bambang Sarwono dalam membuka acara itu sangat menyambut positif adanya upaya mempertemukan pelaku pertanian kelapa dengan pengusaha rumah makan, yang notabene banyak menggunakan kelapa dalam kemajuan usahanya. "Ini tentu dapat dikembangkan dengan baik, agar konektivitas kampung dan rantau semakin terjalin dengan baik dan benar," kata dia.
    Menurut dia, hingga ini hari masih ditemukan sebanyak 183 daerah tertinggal di seluruh Indonesia. Hebatnya, semua daerah tertinggal itu memiliki tanaman kelapa sebagai hasil unggulan buminya yang paling banyak pula. Apalagi, tanaman kelapa yang ada di nusantara ini merupakan kelapa terbesar nomor dua di dunia.
    Sementara, Asisten Deputi Urusan Investasi, Ruswandi menyebutkan bahwa yang membuat suatu daerah itu tertinggal, tidak bisa dilepaskan dari kemiskinan, kesenjangan pembangunan. "Program unggulan yang ada didaerah untuk bisa disandingkan dengan pengusaha asal kampung itu sendiri, tentu akan menjadikan percepatan pembangunan daerah tertinggal akan bisa cepat terentaskan," katanya.
    Kornas Anti Kemiskinan, Jon Kenedi Martin yang menggandeng acara itu bersama KPDT cukup senang. Sebab, untuk menyatukan para perantau urang awak selama ini sangat sulit, dikarenakan oleh kesibukkan yang tinggi. Kini, ada kemauan dan kesungguhan bersama untuk bisa membangun kampung, lewat komuditi unggulan Sumatra Barat; kelapa itu sendiri.
    "Kita ingin, apa yang dihasilkan oleh kelapa, mulai dari daun hingga uratnya bisa dimanfaatkan secara baik. Dan lagi, unit usaha demikian telah banyak berkembang di Padang Pariaman dan Pesisir Selatan, sebagai dua daerah tertinggal di Sumatra Barat yang punya banyak kelapa. Tinggal lagi, bagaimana membangun konektivitas dengan perantau, terutama yang menggeluti usaha rumah makan," ungkap Jon Kenedi Martin.
    Selama kegiatan berlangsung, peserta diberikan materi oleh anggota Komisi III DPR RI; H. Nudirman Munir, Audelta Elfiezon dari lembaga training motivasi, Suhaili dan Mawardi dari BP3KKP Padang Pariaman, sebagai mewakili Bupati Ali Mukhni, dan Nazwir, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Pesisir Selatan, sebagai mewakili Bupati Nasrul Abit. (525)

Majukan Usaha dan Kampung
Pengusaha Rumah Makan Padang Jabodetabeg Bersatu

Jakarta--Rumah Makan Padang yang terserak di Jabedetabeg, terutama warung nasil yang berskala kecil butuh bimbingan dan sentuhan, agar usaha itu tidak mati ditengah jalan. Mereka yang berjualan nasi itu harus diberikan formulasi tersediri, dan diharapkan mampu berkolaborasi dengan masyarakat yang ada dikampungnya sendiri.
    Sekitar 60 lebih pengusaha rumah makan urang awak di sekitar Jakarta, Rabu lalu dipertemukan dengan pelaku pertanian Padang Pariaman dan Pesisir Selatan, dalam acara temu bisnis yang digagas oleh Kornas Anti Kemiskinan bersama Asisten Deputi Investasi KPDT RI. Dari acara besar itu mampu melahirkan komitmen antara perantau dengan masyarakat di kampung yang saling menguntungkan.
    "Kita ingin mewujudkan bisnis rumah makan ini sebagai sebuah keunggulan tersendiri, sebagaimana hal itu dilakukan oleh masyarakat Tahiland. Artinya, pemilik rumah makan, terutama yang berskala menengah kebawah ini bisa memanfaatkan produk unggulan kampung halaman. Mulai dari beras, kelapa, dan kebutuhan dapur lainnya. Sebab, dengan cara inilah kita bisa ikut membangun kesejahteraan masyarakat yang tinggal dikampung, yang selama ini menggantungkan hidupnya dari kelapa," kata Kornas Anti Kemiskinan, Jon Kenedia Martin.
    Menurutnya, selama dia tinggal di Jakarta dan sering bolak-balik Padang-Jakarta, betapa banyak rumah makan Padang yang dinilainya punya potensi untuk berkembang pesat. Namun, karena kurang sentuhan, maka jalannya agak tersendat-sendat. "Upaya kita mempertemukan para pelaku rumah makan Padang ini, tentu ingin membangun komitmen yang jelas, bisa bersinergis dengan baik dengan masyarakat di kampung," kata dia.
    Asosiasi Rumah Makan Padang
    Semangat yang timbul dari pelaku rumah makan demikian untuk bisa berubah dan punya manajemen yang bagus terlihat dengan sungguh. Mereka semua bersepakat untuk mewujudkan organisasi sebagai wadah tempat berkeluh kesah, dalam memajukan usaha tersebut. "Ini sebuah pertemuan yang amat sangat luar biasa, demi untuk kemajuan baik oleh pengusaha kecil dirantau ini, maupun oleh orang yang datang dari kampung," kata Andri Antoni Effendi, pemilik rumah makan Padang di Bekasi, asal Pauh Kambar, Kecamatan Nan Sabaris yang didampingi sejumlah pengusaha urang awak lainnya.
    "Kita siap untuk bersatu. Tahap pertama, ya tentu yang hadir pada kesempatan ini. Kita berharap, setelah asosiasi ini lahir akan diikuti pula oleh kawan-kawan pemilik rumah makan lainnya. Kalau usaha rumah makan kecil ini disatukan, insya Allah akan bisa besar, yang tidak saja dirasakan oleh pribadinya, tetapi juga dimanfaatkan oleh orang kampungnya sendiri, dalam mengembangkan bisnis yang saling menguntungkan," kata dia.
    Mereka berharap banyak kepada Jon Kenedi Martin untuk bisa memimpin asosiasi itu nantinya. Sebab, putra kelahiran Padang Sago itu disamping staf ahli Nudirman Munir di DPR RI, juga sebagai salah seorang pemilik rumah makan. "Kita ingin, wadah itu nantinya mampu memberikan warna baru, untuk kemajuan usaha, sekaligus mengembangkan produk kelapa yang dihasilkan oleh Padang Pariaman," harapnya. (525)

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Rumah makan Padang supaya BERTARIF.. yang jelas... agar pelanggan nyaman makan dan menikmatinya...

    Rumah makan tak bertarif yg jelas, pelanggan terancam dizolimi...

    Kok masih banyak pelanggan mau dicekokin budaya tak bertarif ini? Budaya apa ini...?

    BalasHapus
  3. Rumah makan Padang supaya BERTARIF.. yang jelas... agar pelanggan nyaman makan dan menikmatinya...

    Rumah makan tak bertarif yg jelas, pelanggan terancam dizolimi...

    Kok masih banyak pelanggan mau dicekokin budaya tak bertarif ini? Budaya apa ini...?

    BalasHapus