Rabu, 22 Juni 2016

Perantau Berharap Orgen Tunggal Sampai Tengah Malam Dihilangkan

Kota Depok
Menjaga Keseimbangan Antara Wako dan Wawako Dalam Pemberitaan

    Untuk meningkatkan kinerja kehumasan, selama empat hari; Selasa hingga Jumat (10-13/7) jajaran Humas Setdako Pariaman melakukan studi komparatif ke Bagian Humas Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, Humas Kota Tangerang, Provinsi Banten. Studi yang melibatkan sejumlah wartawan itu juga sekalian melakukan silaturrahim dengan jajaran DPW Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) Provinsi Banten, dipimpin langsung oleh Kabag Humas, Jafreki. Berikut laporan Damanhuri dari Harian Singgalang yang mengikuti kegiatan tersebut.
    Kota Depok yang lahir diawal reformasi, cukup menarik untuk diperbandingkan dengan Kota Pariaman. Apalagi kedua kota itu sama-sama lahir pasca runtuhnya era Orde Baru. Kota yang luasnya mencapai 200,29 kilometer persegi itu berkembang dengan pesatnya. Tak dipungkiri, peran Humas Setdako-nya dalam menjembatani walikota dengan masyarakat, serta pihak terkait lainnya, punya andil tersendiri dalam hal ini.
    Menurut Kabag Humas Setdako Depok, Diah Sadiah kemitraan Humas dengan wartawan yang melakukan tugasnya diwilayah itu cukup terjalin dengan baik. Baginya, dalam melakukan tugas yang memang banyak bersentuhan dengan wartawan, tidak ada diskriminasi terhadap tugas wartawan. Semua wartawan diberikan kemudahan. "Pekerjaan Humas lebih fokus kepada pimpinan; walikota, wakil walikota dan Sekdako. Sedangkan yang mengelola kegiatan, itu lebih banyak ditangani oleh Dinas Informasi dan Komunikasi," kata dia.
    Diah Sadiah bersama Hani Hamidah, Sekretaris Dinas Informasi dan Komunikasi dan sejumlah stafnya yang menerima rombongan Humas Kota Pariaman merasa tersanjung ketika pihaknya dapat kunjungan tersebut. Baginya, kegiatan yang diikuti tiga orang pimpinannya itu tidak boleh terlewatkan. Dia sendiri banyak bersentuhan dengan kegiatan walikota. Sedangkan Kasubag Pemberitaannya sering mengikuti kegiatan wakil walikota. "Pokoknya, dalam pemberitaan pimpinan harus diberikan ruangan yang sama. Dan itulah peran yang paling berat," ujarnya.
    Dalam memudahkan informasi dengan seluruh SKPD terhadap media, maka setiap SKPD hingga ke kelurahan sekalipun punya unit Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Lembaga itu sangat penting, dan sangat dirasakan kemudahannya, terutama oleh wartawan itu sendiri. "Bagi kita di Bagian Humas dan Dinas Kominfo tinggal lagi memperbaharui pemberitaan setiap harinya di situs Pemko Depok itu sendiri. Dengan lembaga itu pula, kadang-kadang wartawan ketinggalan berita. Bahkan, ditengah masyarakat juga dibentuk yang namanya kelompok informasi masyarakat," katanya.
    Di Kota Depok, lanjutnya, ada tiga media harian lokal dan 50 media mingguan. Untuk menjalin hubungan yang baik, sesekali juga dilakukan monitoring. Sebab, dari sekian banyak media, ada juga yang harus gulung tikar, yang membuat wartawannya kehilangan pekerjaan. Nah, hal yang seperti ini tentu harus didudukkan persoalannya, agar tidak dinilai merugikan pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
    Kalau dibandingkan dengan Kota Pariaman, keberadaan wartawan jauh lebih banyak di Depok. Disamping daerahnya berkembang pesat, juga letak daerah itu yang bersentuhan dengan ibukota negara, Jakarta. Di Kota Pariaman, kata Jafreki, ada 40 wartawan dari berbagai media harian, mingguan dan media online yang bertugas setiap harinya. Ini tentunya akan semakin menarik untuk di kaji bersama.


Kota Tangerang
Promosi dan Mutasi Jabatan tak Mesti Pakai Jas dan Dasi

    Soal promosi dan mutasi jabatan di jajaran Pemko Tangerang tidaklah hal yang sakral. Mudahnya pelantikan pejabat yang dilakukan walikota setempat, Wahidin Halim hanya dihalaman sambil apel pagi. Tidak perlu pakai dasi dan jas. Tidak usah diketahui oleh istri ataupun suami dari pejabat yang dilantik. Hebat kan? Ya itulah yang terjadi di kota yang memiliki penduduk sebanyak 20.111.8 juta jiwa itu.
    Kabag Humas Kota Tangerang, Amal Herawan yang menerima rombongan studi komparatif Humas Kota Pariaman menyebutkan hal itu. Katanya, sebagai pihak yang juga menjadi juru bicara walikota, dia sangat terbantu dengan political will induk semangnya, yang memang banyak melakukan terobosan-terobosan, yang membuat Humas banyak bekerja. Apalagi, sang walikota awalnya juga berangkat dari Humas, yang sangat tahu seluk-beluk sosial kemasyarakatan ditengah kota itu.
    Makanya, pada Bagian Humas Kota Tangerang ada tiga Subagnya, yakni Subag Pemberitaan, peliputan, dokumentasi dan pustaka. "Untuk memudahkan informasi kegiatan SKPD yang ada, seminggu sekali dilakukan brifing, yang selanjutnya disebar-luaskan kepada seluruh media sebagai mitranya Humas. "Bagi kita, wartawan profesional adalah kumpulan orang-orang hebat, yang susah ditakar, berapa seharusnya imbalan yang mesti kita bayar dari hasil kerjanya. Yang susahnya, ketika salah satu media dituntut oleh pimpinannya untuk mencari iklan atau advertorial sebanyak-banyaknya. Ini kadang-kadang yang membuat Humas merasa kewalahan," ujarnya.
    Kota Tangerang yang luasnya mencapai 18,378 hektare (termasuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta), dijuluki sebagai kota akhlakul karimah. Pendidikan menjadi yang terpenting di kota itu. Tahun 2004 silam, 48 persen dari APBD nya digelontorkan untuk pendidikan. Semua bangunan sekolah diseragamkan, dan dibangun dengan konstruksi tahan lama, mencapai 30 tahun. Sebanyak 1,8 juta warganya telah terlayani oleh pelayanan kesehatan secara gratis. Dan yang paling membanggakan, lima kali kota itu berturut-turut mendapatkan penilai WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan RI.
    Menurut Amal Herawan, penerimaan dan pengembangan informasi dilapangan oleh walikotanya sangat penting. Untuk ini, ada salah satu media yang menyediakan rubrik halo walikota, dimana hal itu dikembangkan dari aspirasi warga kota yang diajukan lewat pesan singkat. Setelah ditayangkan di media, semua aspirasi, keluh-kesah warga itu ditindak-lanjuti oleh Pemko.

   
Perantau Berharap Orgen Tunggal Sampai Tengah Malam Dihilangkan

    Ketua DPW PKDP Provinsi Banten, H. Rasyid Datuak Tan Malin berharap banyak kepada Pemko Pariaman untuk menetralisir kegiatan hiburan orgen tunggal yang sampai tengah malam. Sebab, akibat dari kebebasan hiburan malam itu, banyak hal yang bisa berkembang pada generasi yang akan datang. Sebut saja judi, minuman keras dan narkoba, serta pergaulan bebas muda-mudi.
    Harapan itu disampaikan Rasyid, saat menerima kunjungan silaturrahim jajaran Humas Kota Pariaman dengan paguyuban urang awak yang ada di Banten. Pertemuan berlangsung di Restoran Dadu, pimpinan HM. Sa'ban, di kawasan CBD Ciledug, Kota Tangerang. Rasyid sering menerima masukan dan laporan hal itu langsung dari kampung halamannya, Piaman.
    Ia melihat, kurangnya pendidikan rohani membuat urang awak yang dikampung semakin jauh dari agama dan adat-istiadatnya sendiri. Walikota Pariaman bertanggungjawab penuh terhadap kerusakan akibat perilaku negatif demikian. "Kita ingin, Pariaman maju dan berkembang, tanpa adanya hal negatif yang akan merusak tatanan. Kini, keadaan sudah terbali. Orang kampung yang zaman saisuak gemar mengaji, sudah berganti dengan orang rantau yang suka ke masjid," ujar dia.
    Rasyid bersama sejumlah pengurus PKDP Banten dan DPP PKDP, diantaranya, Sa'ban, Andreas, Suharto dan pengurus lainnya merasa senang ketika menerima kunjungan Humas Kota Pariaman bersama para wartawan. Sebab, informasi timbal balik antara masyarakat dikampung halaman dengan masyarakat yang tinggal dirantau sangat dibutuhkan. Perantau juga punya tanggungjawab untuk ikut membangun kota tabuik itu. Apalagi, rang Piaman memang paling banyak mengadu nasib dirantau orang.
    "Perkembangan urang awak dirantau dari masa-kemasa cukup terlihat. Kalau kita amati dengan baik, sebenarnya urang awak yang berjualan dikaki lima sudah tidak seberapa. Sangat terbalik fakta demikian, yang selama ini terkenal urang awak paling terdepan, karena berjualan didepan toko. Hal itu sudah semakin habis. Urang awak sudah banyak yang jadi saudagar kaya, yang mampu menelorkan ratusan tenaga kerja," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar