Minggu, 02 Oktober 2016

Saatnya Potensi Daerah Diberdayakan

-P2Kl Padang Pariaman
Saatnya Potensi Daerah Diberdayakan, Dengan Subsidi Pengusaha

Pariaman--Petugas Penanggulangan Kemiskinan Lapangan (P2KL) Padang Pariaman, merupakan sebuah lembaga bentukan Pemkab setempat, guna mengurangi anggka kemiskinan di daerah bekas gempa tersebut. Sejak keberadaan P2KL tahun 2007 lalu, hingga saat ini terus eksis melakukan pendataan disetiap nagari yang ada di daerah itu.
    Sejak tahun 2010 lalu, P2KL berinisiatif untuk menyatukan visi misi lewat sebuah forum yang diberi nama Forum Petugas Penanggulangan Kemiskinan Lapangan (FP2KL), yang diketuai oleh Dalinur, yang berasal dari Kenagarian Balah Aie, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak. P2KL punya anggota satu orang setiap nagari, kecuali untuk Lubuk Alung, itu anggotanya mencapai lima orang, lantaran nagarinya besar.
    Rabu (20/4) lalu, FP2KL menggelar pertemuan di salah satu rumah makan di Balah Aie, guna membicarakan eksistensi lembaga yang bertugas terhadap kesejahteraan masyarakat. Dalam pertemua itu juga menghadirkan staf ahli anngota DPR RI, H. Nudirman Munir, yakni Jhon Kenedi Martin, sebagai pembicara tunggal dalam forum itu.
    Dari 51 anggota FP2KL yang terserak di Padang Pariaman, saat pertemuan bergengsi itu hadir sekitar 30 anggota. Mereka sangat antusias mendengarkan paparan yang diberikan seorang Jhon Kenedi Martin, yang dikenal suka memberikan motivasi dalam berbagai kesempatan.
    Jhon Kenedi Martin melihat keberadaan FP2KL cukup signifikan dalam memberikan masukan untuk daerah. Apalagi Padang Pariaman merupakan pilot project untuk penanggulangan kemiskinan berbasis nagari, yang dicanangkan langsung oleh Presiden SBY. "Sebagai orang yang setiap waktu berada ditengah masyarakat, dan selalu melihat dan menyaksikan kemiskinan ditengah kampung, saatnya FP2KL ikut memfasilitasi usaha-uasaha yang mungkin dikembangkan oleh masyarakat miskin tersebut," kata mantan bakal calon Bupati Padang Pariaman pada Pilkada 2010 lalu ini.
    Dia ingin, seluruh rumah makan milik rang Piaman yang ada di Jakarta, sudah saatnya mendapat perhatian serius dari Pemkab, agar pengusaha urang awak itu tidak gulung tikar. Sebab, setiap saat sewa warung selalu naik. Bantuan Pemkab tentu juga dibarengi dengan adanya perhitungan yang jelas antara Pemkab dan pengusaha rumah makan, dengan cara seluruh kebutuhan rumah makan, harus mereka beli dari kampung ini.
    Menurut Jhon Kenedi Martin, hal yang seperti demikian sebenarnya telah lama dilakukan oleh negara Thailand, terhadap pengusaha rumah makan masyarakatnya yang ada diluar negeri. Apa yang terjadi, sekitar 30 persen divisa Thailand, itu berasal dari hasil subsidi yang diberikan kepada pengusaha rumah makannya yang ada diluar sana. "Nah, Padang Pariaman dikenal punya banyak kelapa, beras, telur ayam dan sejumlah hasil pertanian lainnya yang selalu dipakai saban hari oleh pengusaha rumah makan. Saatnya hal itu kita kembangkan pula terhadap pengusaha rumah makan milik rang Piaman yang ada diluar sana," kata dia. (dam)
-----------------------------------------------------------------

Pokmas Kelok IV Pungguang Kasiak Lubuk Alung Tidak Pernah Memanipulasi Data Korban Gempa

Lubuk Alung--Ketua dan Bendahara Pokmas Kelok IV, Kenagarian Pungguang Kasiak Lubuk Alung, Padang Pariaman, Nelsy Putri dan Yusni Syofia merasa diancam oleh seseorang, sekaitan pasca pembagian uang bantuan gempa dalam kelompok yang dia pimpin. Padahal, menurutnya, kerja yang dia lakukan bersama pengurus Pokmas dalam penanganan korban gempa itu telah sangat prosedural.
    "Memang ada ada satu nama, yakni Dewi Susanti, yang kebetulan nama itu sama dengan yang ada di Pokmas lain, yang berdekatan dengan Pokmas yang kita pimpin, yakni Pokmas Kelok Perumnas, yang juga di Pungguang Kasiak. Itu awal kisah dan cerita, sehingga merembet, dan telah samapai pula ceritanya kepada Penanggungjawab Operasional Kegiatan (PJOK) Padang Pariaman," kata Nelsy menjelaskan pada Singgalang kemarin.
    Menurut dia, saat dipanggil PJOK telah dijelaskan informasinya sejelas-jelasnya. Semua masyarakat Kelok, Pungguang Kasiak yang tergabung dalam Pokmas tersebut tidak ada yang tertinggal. Semuanya telah terakomodir dengan baik dan benar. "Yang tidak enaknya, kita dituduh yang bukan-bukan, oleh pihak-pihak yang tidak ada kepentingannya sama sekali terhadap persoalan itu. Akibatnya, sang Bendahara Pokmas, yang tidak pernah kena ancam selama ini, merasa sakit. Padahal dia tidak tahu apa-apa. Kita telah berusaha semaksimal mungkin, untuk membagikan bantuan itu sesuai juklak dan juknisnya," ungkap Nelsy lagi.
    Soal ada anggota masyarakat korban yang memberikan uang kepada pengurus Pokmas, lanjut Nelsy, itukan budaya masyarakat sebagai basa-basinya kepada petugas. Dan hal itu tidak pernah dipatok. Masyarakat yang memberikan pun dilandasi dengan kesadaran dan keikhlasan. "Kita tidak pernah minta-minta," sebutnya.
    Nelsy dan Yusni merasa dituduh telah melakukan manipulasi data korban gempa dimaksud. Padahal itu tidak benar sama sekali. Cuma, masyarakat yang merasa namanya sama dengan yang ada dalam Pokmas Kelok IV ini merasa tidak mengerti tentang pemetaan warga masyarakat yang dilakukan selama ini, dan mengadu pula kepada seseorang, yang juga buta dalam soal itu. Rasanya, semua nama-nama anggota Pokmas yang diajukan dulu, telah tepat, tidak adalagi yang tertukar dan segala macamnya. (dam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar